Rayden, Raka, dan Sheina menatap Mona yang sedang ditangani oleh dokter, ketiganya berharap-harap cemas dengan keadaan Sheina.Alat defibrillator sudah diletakkan di dada Mona memberikan kejutan listrik untuk mengembalikan detak jantung Mona yang berhenti mendadak menjadi normal.Dokter tersebut terus berusaha, tetapi suara monitor yang untuk mengetahui ritme jantung Mona terlihat bergaris lurus. Hingga alat itu dihentikan pun detak jantung Mona tidak kembali. Tentu saja Raka tahu apa arti garis lurus pada monitor tersebut, ia menangis menatap Mona yang sudah menutup mata.“Maaf, kami sudah melakukan semaksimal mungkin tapi nyawa pasien tidak tertolong,” ucap Dokter dengan penuh sesal.“Mama bangun,” pinta Sheina menggoyang tubuh Mona yang sudah tidak bernyawa.Tentu saja Sheina histeris, wanita itu menangis pilu karena baru saja Mona menerimanya tetapi wanita itu sudah meninggalkan dirinya.Padahal Sheina ingin merasakan mempunyai ibu kembali. Tetapi takdir kembali memisahkan denga
“Gimana ini?” ucap Diandra dengan mondar-mandir.Sungguh ia sangat takut terjadi sesuatu dengan Mona. Ingin tidak peduli, tetapi ada perasaan di sudut hatinya, yang tidak bisa ia jelaskan begitu saja.Selama ini, ia sudah sangat dekat dengan Mona. Di balik sikapnya yang jahat, ada sisi di mana ia juga menyayangi Mona. Tak sepenuhnya hatinya menerima keadaan Mona sekarang, hatinya ikut menyalahkan dirinya sendiri.Bisikan-bisikan itu membuat Diandra mengacak rambutnya dengan kasar. Ia tidak ada keberanian untuk menemui Mona saat ini, Diandra frustasi, kepalanya seakan hendak pecah karena hidupnya yang berantakan saat ini.“A-aku harus melihat keadaan Tante Mona,” ucapnya dengan penuh tekad.Tetapi setelah itu, ia membayangkan akan bertemu Rayden. Keberaniannya kini hilang, ia takut bertemu dengan pria itu. Dan pasti akan menyalahkan dirinya.Diandra yakin, Dean sudah menceritakan semuanya kepada Rayden dan juga yang lain. Pria itu benar-benar brengsek, dan ia membenci Dean. Sungguh sa
Sheina masuk ke dalam ruangan Mona yang sudah dipindahkan ruang ICCU khusus pasien yang mengalami penyakit jantung.Sheina menatap mertuanya dengan miris, bagaimanapun sikap mertuanya dulu. sheina sudah memaafkan dan melupakan itu semua, ia sudah menganggap Mona sebagai ibunya sendiri.“Ma,” panggil Sheina dengan pelan nyaris tak terdengar.Tetapi Mona mendengarnya, wanita tua itu membuka matanya dengan perlahan.Mona tersenyum menatap Sheina, walaupun bibirnya tertutup masker oksigen tetapi Sheina melihat semuanya.“M-maafkan Mama, Sheina,” gumam Mona dengan terbata.Air mata Mona mengalir begitu saja, tangan ringkihnya ingin menyentuh wajah Sheina.Tentu saja Sheina langsung membantu wanita itu, memegang tangan Mona dengan lembut dan meletakkannya di pipinya.“Sheina sudah memaafkan semua kesalahan Mama. Maafkan Sheina jika selama ini Sheina masih menjadi menantu yang membuat Mama kesal, karena pernikahan kami yang memiliki perjanjian pernikahan, Ma,” gumam Sheina dengan sendu.Mona
Mona menampar Diandra dengan kencang. Apa yang ia dengar tadi begitu mengejutkan hatinya, bahkan ia sangat syok mendengar pengakuan Diandra.Ternyata benar, Diandra adalah seseorang yang sudah membuat huru-hara dalam pernikahan Rayden dan juga Sheina. Yang lebih parahnya lagi, ia mempercayai wanita itu hingga membuat Sheina benar-benar pergi dari kehidupan anaknya.Rasa bersalah itu muncul dengan dada begitu sesak.“Saya tidak menyangka jika kamu yang melakukan ini semua, Diandra!” ungkap Mona dengan penuh kekecewaan.Diandra tampak gugup, tentu saja ia tidak dapat memprediksi jika Mona akan datang ke cafe ini dan mendengar semua pembicaraan dengan Dean.“T-tante dengarkan penjelasanku dulu. Ini tidak seperti yang Tante dengar,” ucap Diandra dengan lirih sedikit memohon terdengar dari nada bicaranya yang frustasi.“Saya sudah mendengar semuanya, Diandra. Untuk apa kamu menjelaskannya lagi kepada saya? Ternyata kamu perempuan yang sangat licik,” sahut Mona dengan tajam.“T-tan…”Diand
3 minggu kemudian…“Uwekk…”Diandra lari ke kamar mandi dengan cepat, perutnya begitu sangat mual. Ia mencoba memuntahkan isi perutnya, tetapi yang keluar hanya cairan bening yang terasa begitu pahit di tenggorokan.“Uwekk…uwekkk…”Wajah Diandra begitu terlihat pucat, ia menghidupkan air di wastafel, mencuci mulutnya dengan cepat.Wanita seksi itu menatap pantulan dirinya di cermin, baru kali ini ia muntah bahkan begitu sangat lemas. Satu kejadian terlintas di otaknya, ia mencuci mukanya mencoba menghilangkan pikiran itu.“Gak mungkin aku hamil,” gumam Diandra dengan panik.Diandra bingung, ia takut jika dirinya benar-benar hamil. Dengan langkah yang gemetar, Diandra keluar dari kamar mandi. Ia mengambil tas miliknya begitu saja, ia harus memastikan sesuatu, sebelum berspekulasi sendiri.“Pasti aku salah,” gumamnya mencoba denial dengan apa yang terjadi pada dirinya.Diandra butuh testpack untuk membuktikan semuanya, untung saja apotek dari apartemen miliknya tidak terlalu jauh. Jadi
Karena kejadian semalam Sheina begitu tampak canggung dengan Rayden. Bahkan ia memeluk Rayden sampai pagi tanpa ia sadari, jujur Sheina akui jika ia begitu nyaman tidur bersama dengan Rayden.Tetapi karena gengsi Sheina enggan mengakuinya, pagi ini Rayden juga tampak biasa saja. Tidak membahas soal semalam yang dirinya tidak ingin ditinggalkan oleh lelaki itu.“Aku mau ke anak-anak dulu,” celetuk Sheina dengan gugup.Berdua di dalam satu kamar yang sama bersama dengan Rayden ternyata cukup membuat hatinya tidak menentu. Kegugupan melingkupi hatinya saat ini, hingga ia merasa sesak, tetapi ia tidak bisa menghindari pesona Rayden begitu saja.“Anak-anak sudah dibawa kakek sama nenek jalan-jalan,” sahut Rayden dengan santai.Rayden menatap Sheina dengan lembut, tatapannya begitu dalam terhadap Sheina, hingga wanita itu kembali gugup dibuatnya.“K-kok mereka gak bilang ke aku?” tanyanya dengan gugup.Rayden tersenyum, pria dingin itu menarik Sheina hingga duduk di pangkuannya.“M-mas…”“H