Home / Romansa / Menikahi Pria Asing / Persiapan Pernikahan

Share

Persiapan Pernikahan

Author: UmiLovi
last update Last Updated: 2023-11-01 13:25:07

Menyetujui ide licik papanya untuk sementara waktu adalah pilihan yang harus Belle putuskan secepatnya. Ia tak mau kehilangan harta dan segala kemewahan yang telah ia nikmati sejak kecil, Belle tak rela jika semua warisan Ronald jatuh ke yayasan yatim piatu yang dikelola oleh perusahaan. Belle masih waras, ia bisa merencanakan sesuatu yang lebih licik demi memenuhi permintaan sang papa.

"Apa syaratnya, Belle? Katakan dengan jelas di depan tamu kita yang akan menjadi saksi," desak Ronald ketika putrinya mendadak bisu dan pucat pasi.

"Aku ..." Belle mengawasi Ronald, Fendi, Josh dan notaris itu dengan tatapan gugup. "Kalau aku harus menikah dengan pria itu, aku nggak mau ada pesta yang besar-besaran. Cukup akad yang dihadiri oleh kalian dan keluarganya saja."

"Oke!" Dengan wajah puas, Ronald bangkit dari kursinya dan mengulurkan tangan pada Belle.

Saat putrinya menyambut jabatan tangan itu, Ronald kembali bersuara, "Deal!" sambungnya mantap.

"Selesaikan hubunganmu dengan Bryan. Papa nggak mau melihatnya atau mendengar lagu-lagunya diputar lagi di rumah ini, mengerti!?"

Dengan ragu, Belle menganggukkan kepalanya. Ronald tak tahu jika Belle sudah merancang rencana agar pernikahannya tak terendus media, pun ia akan membuat perjanjian dengan lelaki jelata itu sebelum mereka sah menikah.

Setelah menemukan kesepakatan, Belle pun berangkat ke kantor dengan suasana hati yang carut marut. Di satu sisi, ia lega karena harta warisan Ronald akan jatuh ke tangannya. Namun, disisi lain Belle juga terluka oleh perlakuan Bryan yang seolah-olah mencampakkan dirinya. Tiga tahun terasa sia-sia setelah Bryan menghilang begitu saja tanpa kabar berita.

Seharian di kantor, Belle tak bisa fokus pada pekerjaannya. Beberapa kali Tiana, Sekretaris Belle, harus meminta tanda tangan ulang karena Belle salah posisi dalam membubuhkan tanda tangannya. Sungguh, patah hati itu sangat menyakitkan.

Belum selesai Belle melamun, ia merasakan ponselnya bergetar di dalam tas. Dengan malas, Belle meraih gadget pipih itu dan membaca nama yang muncul di layar.

"Halo, Pa?" sapa Belle suntuk.

"Belle, apa kamu nggak membaca pesan papa? Kamu di mana sekarang? Zane dan kru Wedding Organizer sudah menunggumu sejak setengah jam yang lalu!" omel Ronald di ujung sana.

Wedding organizer? Secepat ini??

"Aku sibuk seharian ini, Pa. Baiklah, aku ke sana sekarang!"

"Cepat baca dulu chat papa!"

"Iyaaa, Paaa..."

Setelah sambungan telepon terputus, Belle membuka aplikasi chat dan membaca pesan dari papanya seraya menghembuskan napasnya panjang. Tak sampai satu jam, akhirnya Belle tiba di sebuah cafe yang lokasinya tak cukup jauh dari kantornya.

Wajah Zane yang semula datar, mendadak pias ketika tatapannya bertemu dengan Belle yang baru masuk ke dalam cafe. Kegelisahan pria itu bisa Belle rasakan dari gelagatnya, pun ekspresinya tak bisa menipu Belle yang sudah ahli dalam menebak mimik wajah orang.

"Oh, calon pengantin wanita sudah datang rupanya! Silahkan duduk, Kakak Cantik," sapa salah seorang kru wanita berkacamata dengan ramah.

Belle menyambut uluran tangan mereka dan beringsut duduk di sebelah pria bernama Zane itu.

"Tadi kami sudah berbincang dengan calon mempelai pria, katanya dia menyerahkan semuanya pada anda. Ah, betapa romantisnya kalian ini!" puji wanita itu lagi dengan pandangan berbinar ke arah Belle dan Zane. "Jadi anda ingin konsep yang seperti apa, Kak Belle?"

"Saya hanya ingin pesta yang private dan intimate. Itu saja. Selebihnya saya serahkan pada kalian, toh saya hanya ingin pesta akad saja." Belle meletakkan tasnya yang mahal di tengah-tengah antara dirinya dan Zane. Ia ingin Zane tahu jika Belle bukan wanita sembarangan. Barang yang ia kenakan dari ujung rambut sampai ujung kaki adalah benda mewah nan ekslusif.

"Oh, begitu, baiklah. Saya ada beberapa contoh konsep ..."

Belle menyimak penjelasan wanita itu dengan malas, terlebih harus duduk bersebelahan dengan pria yang tak selevel dengannya membuat Belle mual. Ia melirik seragam kerja yang dikenakan pria di sampingnya sekilas, seragam hitam dengan logo sebuah stasiun TV di bagian lengan. Badge dengan nama pria itu tercetak jelas di atas saku di bagian dada. Zanendra Prasetyo. Hmm, nama yang cukup bagus.

Merasa sedang diperhatikan, Zane melirik Belle sekilas. Degup di dalam dadanya bergemuruh hebat sejak wanita ini datang. Padahal tadinya Zane berdoa agar Belle tak hadir dan beralasan apapun asal mereka tak harus bertemu. Diluar dugaan, Belle justru datang dan bersikap manis seakan-akan mereka benar-benar pasangan yang sedang berbahagia.

"Sayang, kamu nggak makan?" Belle menyela penjelasan kru wanita itu dan memandang Zane dengan lekat.

Tentu saja Zane terkejut bukan main mendengar Belle menyebutnya demikian, apa kepala Belle baru saja terbentur sesuatu?

Dengan gugup, Zane menggeleng. "Tidak, tadi saya sudah makan di kantor."

"Kalau Kak Zane dan Kak Belle mau makan dulu gapapa kok. Kami akan menjelaskan sembari kalian berdua makan malam." Wanita tadi nampak curiga mendengar jawaban Zane yang terkesan formal untuk pasangan yang hendak menikah.

Pada akhirnya karena tak ingin membuang waktu, Belle menggeleng dan meminta wanita berkacamata tadi kembali menjelaskan. Selama satu jam berdiskusi, akhirnya Belle menentukan pilihan pada konsep indoor yang penuh dengan dekorasi bunga mawar putih. Belle sangat menyukai mawar putih karena baginya bunga itu memiliki makna khusus diantara dirinya dan Bryan. Bahkan salah satu lagu Bryan yang berjudul 'Mawar Putih Untukmu' meledak di pasaran.

Dua kru tadi lantas berpamitan pada Belle dan Zane setelah mereka mendapatkan konsep yang diinginkan calon mempelai. Setelah mereka pergi, Belle buru-buru menggeser posisi duduknya sedikit menjauh dari Zane.

"Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Bisa minta waktumu sebentar?" ucap Belle dengan tatapan tajam.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Pria Asing   Hadiah dari Tuhan

    Selama prosesi pemakaman, Zane lebih banyak terlibat di dalamnya. Ia turut menggotong keranda Shamilah, ia juga turun ke liang kubur untuk mengantarkan ibunya ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Sambil menahan tangis, Zane juga mengadzani jenazah ibunya sebelum akhirnya ia menyampaikan salam perpisahan. "Aku menyayangimu, Ibu. Beristirahatlah dengan tenang, selamat jalan." Hanya kalimat itu yang Zane katakan secara sadar, karena setelahnya ia tak bisa mengingat apapun lagi. Saat kembali membuka mata, ia sudah berada di apartemen dengan beberapa orang mengelilinginya sambil menangis. Belle berulangkali mengucap syukur sambil menciumi suaminya. Amanda dan Rio bahkan saling berpelukan penuh haru tak jauh dari mereka. Ronald, masih dengan mata yang basah, ikut mendekat dan memeluk menantunya. "Stay strong, Nak. Kamu sudah melakukan yang terbaik untuk mendiang Ibumu. Dia pasti sangat bangga padamu, Zane." Setetes air mata lolos kembali dari sudut mata Zane, mengingat ibunya mas

  • Menikahi Pria Asing   Selamat Jalan, Ibu

    Malam itu juga, Zane meminta bantuan pada Rio untuk mencari tahu di mana ibunya berada.Tak mungkin Zane menghubungi mertuanya karena ia tak ingin mengganggu istirahat Ronald. Dengan mengerahkan segala kemampuannya, Rio akhirnya mendapat nama rumah sakit di mana Shamilah saat ini tengah dirawat. Bersama Belle, Zane akhirnya berangkat menuju rumah sakit tersebut. Ia tak ingin menyia-nyiakan waktu, Zane takut ibunya keburu pergi seperti nenek Lila dulu. Dan benar saja, saat Zane berlari menyusuri lorong tempat Shamilah dirawat, beberapa orang suster nampak keluar dari ruangan itu dengan wajah panik. Rasanya sekujur tubuh Zane memanas detik itu juga, ia sontak berlari semakin cepat dan meringsek masuk ke kamar di mana ibunya berada. Wajah pucat itu, sedang berusaha keras bernapas melalui selang oksigen di hidungnya. Air mata Zane kembali menetes ketika dilihatnya tubuh ibunya mulai kesusahan untuk menghirup oksigen itu. "Ibu..." Zane mendekat tanpa mempedulikan beberapa orang suster y

  • Menikahi Pria Asing   Surat Misterius

    Teruntuk anakku tersayang, Zanendra Aditya. Saat kamu membuka surat ini, mungkin perasaanmu pada Ibu masih sama. Benci, marah, dan kecewa pasti masih kamu rasakan hingga saat ini. Tapi, melalui surat ini ijinkan Ibu untuk menjelaskan padamu beberapa hal yang tidak sempat Ibu katakan malam itu. Zane, demikian kamu dipanggil oleh mereka yang menyayangimu, nama indah yang berarti hadiah/ berkat dari Tuhan. Semua yang mengenalmu pasti akan menyayangimu, dan Ibu bersyukur akan hal itu. Zane yang kini tumbuh menjadi pria dewasa yang hebat dan penyayang, Ibu bangga pernah menjadi bagian dari masa kecilmu. Anakku, Zanendra anakku, bocah kecil yang selalu menemani Ibu tidur dan memeluk Ibu setiap malam, maafkan Ibu yang telah membuatmu trauma seperti ini. Seandainya bisa memutar kembali waktu, seandainya Ibu masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki semuanya dari awal lagi, mungkin Ibu akan membawamu pergi tanpa harus membunuh pria itu. Agar kita bisa melalui masa berat itu berdua, agar I

  • Menikahi Pria Asing   Malam Penuh Gairah (18+)

    Selama proses pemulihan dari operasinya, Zane selalu mendampingi Belle tanpa sekalipun beranjak meninggalkannya. Zane menepati janjinya untuk selalu siaga 24 jam demi memastikan istrinya baik-baik saja. Kembali pulang ke tanah air, Bik Asih menyambut kedatangan majikannya dengan penuh sukacita. Pun Ronald tak bisa menyembunyikan kebahagiaan dan rasa syukurnya ketika mendapati putrinya telah bisa melihat seperti dulu kala. "Papa akan mengadakan acara syukuran dan mengundang anak-anak yayasan untuk datang. Kesembuhanmu patut dirayakan, Belle," ujar Ronald berjanji. Belle hanya menanggapinya dengan senyuman dan anggukan, meskipun penglihatannya belum sepenuhnya jernih melihat objek di depannya, tetapi Belle tetap bersyukur kini ia bisa melihat orang-orang yang ia sayangi. "Di mana Zane? Apa dia belum pulang dari kantor?" Pandangan Ronald mengedar mencari sosok menantunya. "Zane akan segera kembali, Pa. Tadi habis mengantarku pulang, dia langsung ke kantor karena ada meeting penting

  • Menikahi Pria Asing   Kembalinya Ingatan dan Penglihatanku

    "Apa sudah selesai anda menghina saya, Nona?" "Saya terima nikah dan kawinnya Belle Ivy Janata binti Ronald Janata dengan mas kawin tersebut tunai.""Saat kita berpisah nanti, apakah aku masih boleh mengunjungi papamu?""Karena pohon ini akan tetap tumbuh meskipun dia tidak disiram dan tidak dirawat dengan baik. Sama sepertiku." "Bahkan sampah yang tidak berguna, bisa bermanfaat di tangan orang yang tepat. Aku salah satu sampah itu, dan ternyata orang yang tepat bukanlah kamu.""Kalo kamu bisa melakukannya dengan Bryan, lalu kenapa kamu tidak mau melakukannya denganku?" "Itu gajiku bulan ini.""Satu-satunya perempuan yang akan melakukan hubungan badan denganku hanya kamu, Belle!" "Ya sudah, maaf ya, Istriku. Aku janji kalo suatu saat kamu sakit, aku akan jagain kamu 24 jam sampai kamu sembuh." "Zane ..." Kilasan kejadian demi kejadian lewat secara bergantian di ingatan Belle. Semuanya tentang Zane, sejak pertama kali mereka bertemu hingga ingatan terakhirnya sebelum kecelakaan

  • Menikahi Pria Asing   Hari Besar itu Tiba

    Seperti yang sudah dinanti-nantikan, akhirnya hari itu tiba jua. Ronald mengantar Belle dan Zane di bandara seperti biasanya. Kali ini, Rio ikut menemani bosnya karena Zane butuh seseorang untuk menemani dan menenangkannya selama Belle dioperasi. Tak banyak halangan yang berarti, bahkan semua berjalan dengan sangat lancar. Cuaca pun seakan merestui sepanjang Zane landing di Singapore dan tiba di hotel. Karena operasi masih dilakukan besok, jadi Zane dan Belle masih punya waktu untuk istirahat. "Aku penasaran, kenapa beberapa hari ini kamu selalu memakai kalung itu?" Zane memperhatikan kalung sederhana berliontin permata kecil di leher istrinya. Dengan penuh perasaan, Belle menyentuh bandul permata pemberian Milah dan tersenyum mengingat momen terakhirnya bersama sang mertua. Sewaktu Belle meminta tolong pada Milah untuk memasangkan kalung itu dilehernya, wanita itu menangis penuh haru dan bahagia. Dia bahkan memeluk dan mencium Belle sebelum akhirnya benar-benar pergi. "Belle, k

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status