Share

Bab 7

“Hahahaha ... aku bercanda, Jak. Sudahlah, lupakan! Pernikahan kita nanti hanya sandiawara. Tetapi, kau tenang saja, aku akan membuatmu menjadi Raja di rumah dan perusahaanku. Rasanya aku sudah tidak sabar, ingin membuat Cella dan Mamanya pergi dari rumah," ucap Helena sungguh-sungguh.

Jaka hanya terdiam sambil merunduk. Sebelumnya wanita itu mengajak ia belajar saling mencintai. Apa dirinya pantas mencintai dan dicintai gadis kaya raya dan cantik seperti Helena?

“Iya. Semua yang kita lakukan hanya sandiwara.”

“Jak, aku ingin langsung pulang saja.”

“Baik.”

Kendaraan yang mereka tumpangi meluncur menuju rumah besar Abimanyu Adiwilaga. Pengusaha ternama dan disegani dalam kalangan dunia bisnis. Seorang pria yang hanya memiliki dua anak perempuan. Dua anak yang nantinya akan meneruskan tahta perusahaannya. Tetapi sayang, anak sulungnya sudah tidak dapat diharapkan lagi.

Tiba di rumah, hari mulai terlihat gelap. Dengan cekatan, Jaka membuka pintu mobil bagian Helena. Wanita itu seperti biasa mengucapkan terima kasih.

“Jak, kau mampirlah dulu. Kita makan malam bersama,” ajak Helena sebelum masuk ke dalam rumah.

“Mohon maaf, saya tidak bisa. Saya ... Saya benar-benar belum percaya diri bertemu dengan keluargamu lagi,” ujar Jaka apa adanya. Helena menghela napas panjang, mencoba mengerti.

“Baiklah. Aku mengerti. Ya sudah, besok jemput aku seperti biasa.”

“Iya. Saya pamit.”

Jaka langsung pergi kembali, meninggalkan kediaman Abimanyu Adiwilaga.

Helena melenggang masuk rumah. Pertemuannya dengan Samuel membuat pikiran Helena mulai kacau. Ia tahu, tidak baik. Akan tetapi, benih cinta dalam hati Helena untuk Samuel, masihlah ada.

“Aku tidak yakin kalau kau akan menikah dalam waktu dekat,” ucapan yang terlontar dari bibir Saraswati membuat langkah Helena yang baru menapaki dua anak tangga terhenti. Wanita itu dengan malas menoleh, menghadap Saraswati yang berdiri di bawah anak tangga.

“Aku tidak peduli kau yakin atau tidak. Karena aku tahu, kau memang tidak ingin aku menikah dan mempunyai anak. Kalau aku sudah mempunyai anak, secara otomatis semua harta kekayaan papa akan jatuh dalam genggamanku!” Helena menyombongkan diri di hadapan Saraswati sebelum istri kedua papanya itu bicara lagi.

“Ck, wanita sepertimu mana ada yang mau sungguh menikahimu. Kecuali ... kau membayar dia untuk pura-pura menikah denganmu. Iya ‘kan?”

Helena tergelak mendengar dugaan yang disampaikan Saraswati. Dia pikir, di rumah ini tidak ada yang menaruh curiga tentang rencana Helena dan Jaka. Rencana yang hanya diketahui oleh mereka. Lalu, Saraswati tahu dari siapa kalau Jaka adalah orang yang disuruh Helena untuk berpura-pura menjadi suaminya.

“Dasar sok tahu! Kau pikir, aku serendah itu? Terserah! Aku tidak perlu banyak bicara untuk menjelaskan padamu. Cukup aku buktikan saja!”

Setelahnya, Helena menapaki anak tangga yang menghubungkan ke kamar pribadinya.

“Helena, jangan pergi dulu! Aku masih mau bicara! Helena!”

Tak dihiraukan teriakan Saraswati. Helena tetap melenggan anggun menuju kamarnya.

Di dalam kamar, Helena langsung membersihkan badan. Ia ingin sekali menghilangkan bayangan-bayangan Samuel saat berjumpa di butik. Helena lelah mencintai pria yang hanya memanfaatkannya saja.

***

Di tempat lain, Jaka termenung di dalam kamar kontrakannya. Dia masih bingung dengan rencana yang dibuat oleh Helena. Kalau sekarang Jaka memang belum memiliki rasa khusus untuk Helena tetapi lambat laun, rasa itu pasti ada.

Tiba-tiba handphone Jaka berdering. Lelaki berdarah sunda itu turun dari tempat tidur, mengambil handphone yang tergeletak di atas meja.

Sebelum mengangkat telepon dari Helena, Jaka berdehem.

“Selamat malam, Nona. Apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Jaka saat sambungan telepon tersambung.

“Tidak ada. Aku hanya kesepian saja. Kalau kau ada di kamarku malam ini, sepertinya lebih asyik. Tidak perlu aku merasa kesepian.”

Jaka terdiam, tidak tahu harus menanggapi bagaimana?

"Jak, kau mendengarku?”

“Iya. Aku mendengarmu.” Baru saja Helena mau bicara lagi, suara ketukan pintu kamarnya menggangu.

“Jak, sudah dulu, ya? Ada yang ketuk pintu.”

Sambungan telepon terputus. Jaka menghela napas berat. Dia pikir ada masalah apa sampai meneleponnya.

“Maaf Nona mengganggu.” Rupanya salah satu asisten rumah tangga Helena.

“Enggak. Ada apa, Bi?”

“Tuan muda menyuruh saya memanggil Nona untuk makan malam bersama.”

“Oh, makan malam. Ya sudah, sebentar lagi aku akan ke sana.” Helena kembali masuk ke dalam kamar. Kemudian, setelah terlihat baik-baik saja. Helena keluar kamar menuju ruang makan. Ternyata di sana hanya ada Papa dan istri keduanya saja.

“Helena, duduklah. Sambil makan malam, ada yang ingin Papa sampaikan.”

Kening Helena mengkerut. Hatinya memiliki firasat yang tidak bagus apalagi melihat senyum licik yang tersungging dari bibir Saraswati.

“Papa ingin menyampaikan apa?” Helena tak sabar ingin mengetahui yang disampaikan Abimanyu.

“Habiskan dahulu makan malammu. Setelah itu, barulah Papa akan sampaikan.”

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Yanah
seru banget ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status