Share

Bab 6

Jam pulang kerja memang aku selalu terakhir.

"May, pulang, yuk, udah malam, nih!"

"Duluan aja, Al, aku masih lama kayaknya."

"Kamu kenapa, sih, selalu forsir tenaga begitu? Sayang badan kenapa?" Aldi memulai ceramahnya.

"Julid banget, sih, Al. Aku udah biasa." Aku butuh uang, jadi wajar saja memforsir tenaga untuk mendapatkannya. Ya, selama aku mampu.

Aldi yang sedari tadi duduk di salah satu kursi tamu, di ruang depan terlihat mengeluarkan ponsel. Dia sepertinya mulai asyik dengan benda itu. Bahkan, kakinya diselonjorkan di atas meja.

"Aku tunggu di sini sampai kamu selesai."

"Nggak usah. Aku bisa sendiri. Lagian kamu kayak nggak punya kerjaan aja, sih."

"Jam kerjaku udah selesai setengah jam lalu, May! Hidup itu dinikmati. Sekali-kali."

Aku memajukan bibir menanggapi pembicaraannya.

"Ya udah, pulang, yuk! Aku udah kelar." Aku yang merasa risi ditunggui olehnya segera bangkit dan merapikan laptop.

Dia sepertinya sedikit kaget. Hanya saja tidak menolak ajakanku. Kami akhirnya melangkah keluar gedung.

"Besok libur jalan-jalan, yuk! Aku mau ke pantai. Lihat sunset." Ah, dia romantis.

"Besok aku kerja. Lagian aku mana pernah pergi-pergi. Enak di rumah aja."

"Justru karena nggak pernah pergi-pergi, jadi coba, yuk, besok! Dijamin seru!" bujuk laki-laki yang aromanya sesegar jeruk itu.

"Lihat besok, deh, Al. Aku kayaknya malas." Sebenarnya aku sama sekali tidak malas pergi ke suatu tempat wisata. Akan tetapi, mengingat statusku dengan Lukman, tentu saja aku mencoba menghormatinya.

Aku melihat Aldi sedikit kurang suka.

"Kalau mau, telepon aku, ya! Kutunggu." Dia memamerkan gigi-gigi putihnya.

Astaga, kalau saja tidak ada Lukman, mungkin saja aku begitu mudah ditaklukannya.

Aku mengangguk kemudian menuju mobil.

"Aku duluan, ya!" Kulambaikan tangan kepadanya. Memasang senyum seperti biasa. Kemudian, menghidupkan mesin.

Aku melesat cepat bahkan sebelum dia beranjak dari tempatnya berdiri. Entah kenapa Aldi akhir-akhir ini terasa sangat perhatian kepadaku. Biasanya tidak seperhatian ini. Sampai membelikan makanan segala.

Aku memikirkan keanehan itu sepanjang jalan. Entah kenapa pula aku merasa sedikit risi. Terlebih saat tahu Sasti menyukainya.

Aku yang belum selesai dengan laporan harian, segera membelokkan mobil ke sebuah tempat yang menyediakan jaringan internet gratis.

"Pesan apa, Kak?" Seorang gadis berseragam serba cokelat muda menanyakan menu yang kupesan. Aku berpikir sejenak sambil melihat gambar makanan dan minuman yang dipasang di belakang si pelayan.

Aku melihat promo diskon setiap pembelian burger ukuran besar dan minuman.

Aku menunjuk menu itu, kemudian membayar sesuai yang tertera di layar.

"Terima kasih." Aku menerima nota pembelian dan lanjut mengantre di bagian pengambilan pesanan. Aku mengamati sekeliling.

Sesosok tubuh semampai yang kukenal terlihat tak jauh di depanku. Dia juga sedang mengantre di barisanku. Hanya berselang tiga orang di depanku. Akan tetapi, karena tidak melihat jelas wajahnya, aku takut salah. Untuk itu, aku memutuskan untuk tidak menyapanya.

"Hei, May?" Sebuah suara mengagetkanku. Dia benar-benar orang itu. Ci Lily, yang tempo hari ketemu di kondangan.

"Ci, hai, apa kabar? Tadi kukira bukan Cici." Kami cipika-cipiki. Tidak enak karena di antrean, kami memutuskan untuk mengobrol sambil makan.

"Di pojok sana, ya, May! Aku tunggu!" Wanita berambut kemerahan itu melambai.

"Oke, Ci, nanti aku nyusul ke sana, ya!"

"GPL!" teriaknya lagi masih sambil berjalan.

"Iya."

Giliranku tiba. Kuambil pesanan, kemudian segera menuju kursi di pojok. Di sana Ci Lily sudah menunggu dengan makanan dan minumannya.

Aku duduk di hadapannya. Kemudian mulai menyedot minuman kola milikku. Tas berisi laptop kuletakkan di bangku kosong samping kiriku.

"Tadinya mau kukenalin suamiku, eh tiba-tiba dia ingat harus telepon rekannya."

"Ah, dia pasti pebisnis yang sibuk, ya, Ci?"

"Sibuk banget, sampai-sampai nggak ada waktu buat keluarga." Dia bercerita sambil mengunyah. Suaranya terdengar lucu.

"Ya, tapi sebanding sama pendapatan, kan?"

"Ya, iya, sih. Tapi, aku kadang suka iri sama orang gitu. Lihat orang-orang pada jalan-jalan sama suaminya. Aku mana bisa."

"Ya, setiap orang punya masalahnya masing-masing."

Aku paham yang dirasakan Ci Lily.

Aku merasakan hal yang sama. Sama-sama ingin menikmati dunia luar bersama orang yang dicintai. Namun, apa daya itu hanya keinginan.

Sedang asyik mengunyah, aku mendengar sebuah lagu yang begitu akrab di telinga. Lagu yang juga begitu kusukai. Lagu romantis yang kadang ingin sekali kurealisasikan di alam nyata bersama Lukman.

I found a love for me

Darling, just dive right in

And follow my lead

Well, I found a girl, beautiful and sweet

I never knew you were the someone waiting for me

'Cause we were just kids when we fell in love

Not knowing what it was

I will not give you up this time

Darling, just kiss me slow, your heart is all I own

And in your eyes, you're holding mine

Baby, I'm dancing in the dark with you between my arms

Barefoot on the grass, we're listenin' to our favorite song

When you said you looked a mess, I whispered underneath my breath

But you heard it, darling, you look perfect tonight

Well, I found a woman, stronger than anyone I know

She shares my dreams, I hope that someday I'll share her home

I found a love, to carry more than just my secrets

To carry love, to carry children of our own

We are still kids, but we're so in love

Fightin' against all odds

I know we'll be alright this time

Darling, just hold my hand

Be my girl, I'll be your man

I see my future in your eyes

Baby, I'm dancing in the dark, with you between my arms

Barefoot on the grass, listenin' to our favorite song

When I saw you in that dress, looking so beautiful

I don't deserve this, darling, you look perfect tonight

Oh, no, no

Mmm

Baby, I'm dancing in the dark, with you between my arms

Barefoot on the grass, we're listenin' to our favorite song

I have faith in what I see

Now I know I have met an angel in person

And she looks perfect

No, I don't deserve this

You look perfect tonight

"Kayaknya menikmati banget lagunya?"

Iya, aku menikmati lagu itu teramat sangat.

"Iya, Ci, romantis banget. Kayaknya semua cewek membayangkan hal yang sama kalau dengar lagu itu." Aku yakin sekali dia pun merasakan hal yang sama. Namun, aku melihatnya menggeleng.

Dia menyelesaikan kunyahannya, lalu menyedot minumannya dengan rakus.

Ci Lily mengelap mulut, kemudian, membuang tisu bekasnya di nampan yang tadi digunakan untuk membawa makanan. Kemudian, dia menatapku serius. Seperti orang yang akan menyidang. Aku jadi berdebar-debar.

"Laki-laki semuanya sama, May. Bullshit!" Dia kemudian meninggalkanku.

Aku terbengong mendengarnya. Apa maksud semua itu? Bukankah baru saja dia membicarakan ingin mengenalkan suaminya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status