แชร์

Calon Ibu Susu

ผู้เขียน: Jannah Zein
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-07-28 23:15:27

Bab 2

"Mana lembar tagihanku?" Perempuan itu seketika menjadi panik sendiri.

Naina baru menyadari jika lembaran tagihan rumah sakitnya tidak ada lagi di tangannya setelah ia selesai merapikan pakaiannya. Kepalanya menunduk, mencari-cari. Dia berpikir mungkin saja kertas tagihan itu jatuh ke lantai tanpa ia sadari.

Namun, ternyata apa yang ia cari tidak ditemukan. Naina pun berdiri, bermaksud akan mencari ke area yang lebih jauh dari tempat duduknya tadi.

"Naina...."

Perempuan muda itu menoleh. Seorang perempuan setengah baya yang terlihat sangat cantik di usianya berdiri tak jauh dari tempatnya duduk tadi. Naina segera memutar tubuh, dan menghadap perempuan itu.

"Nyonya memanggil saya?" Suaranya pelan sekali. Naina memang sedikit ragu karena merasa tidak pernah bertemu atau berkenalan dengan perempuan itu sebelumnya.

"Ini bukti pembayaran dari biaya persalinan kamu. Ambillah. Saya sudah melunasinya." Perempuan itu memberikan sebuah amplop.

"Nyonya yang membayar tagihan persalinan saya?!" Bibir perempuan itu bergerak-gerak, suaranya bergetar.

"Betul, Naina. Tapi sekarang kamu harus ikut saya, karena ada yang ingin saya bicarakan sama kamu. Bisa ya?" pintanya dengan nada lembut, meski Naina merasa kelembutan itu seperti dibuat-buat. Entahlah, atau mungkin itu hanya perasaannya sendiri.

Naina tidak punya pilihan. Dia mengikuti perempuan paruh baya itu, meski sebenarnya dia belum begitu percaya. Tapi Naina tidak bisa menolak, lantaran perempuan itu sudah berbaik hati membayar biaya persalinannya. 

Naina menggendong Bilqis sekaligus membawa tas besar perlengkapan dirinya dengan Bilqis. Tidak ada yang membantu. Naina hanya sendirian. Beruntung dia melahirkan secara normal sehingga tidak ada drama angkat barang berat, meskipun sebenarnya untuk ibu yang baru selesai melahirkan tidak dibenarkan mengangkat barang yang berat, tak peduli metode persalinannya caesar atau normal.

"Masuklah Naina, kita bicara di mobil," pinta perempuan setengah tua itu. Dia masuk ke mobil lebih dulu setelah sopirnya membukakan pintu mobil.

Naina masuk mobil perlahan dan penuh rasa ragu, karena merasa sayang. Belum pernah dia masuk ke mobil semewah ini dan duduk di samping perempuan paruh baya yang jelas saja secara penampilan menunjukkan kelasnya.

Naina dengan perempuan itu ibarat bumi dengan langit.

"Nama saya Gayatri. Saya memiliki seorang cucu yang masih bayi dan butuh ibu susu. Dari hasil pengamatan kami pada ibu-ibu yang tengah bersalin di rumah sakit ini, kamu yang terbaik. ASI kamu melimpah ruah, bahkan pakaian kamu sampai basah pula." Dia menunjuk dada Naina yang membuat Naina seketika menunduk, menyadari jika dadanya memang basah, padahal Bilqis baru saja menyusu.

Khusus untuk satu hal yang satu ini, Naina memang merasa sangat bersyukur.

"Nyonya meminta saya untuk menjadi ibu susu dari cucu nyonya?" ulang Naina.

"Benar sekali, Naina. Saya berharap kamu menerimanya. Jangan khawatir soal gaji. Saya pasti akan memberikan gaji yang tinggi sama kamu..."

"Tetapi... Bukankah Nyonya adalah orang kaya dan bisa membelikan susu formula dengan merek termahal?"

"Saya nggak mau ambil resiko, Naina. Lebih baik mencari ibu susu, ketimbang mempertaruhkan kesehatan cucu saya dengan gonta ganti susu formula, karena tidak semua susu formula itu cocok untuk bayi, kan?" Gayatri menjelaskan.

Naina mengangguk-angguk. Tawaran Gayatri cukup menggiurkan, demikian pula dengan gajinya. Naina akan bisa melanjutkan hidup, karena bagaimanapun ia tidak punya siapa-siapa di sini. 

Setelah keluar dari rumah sakit pun Naina tidak tahu harus ke mana. Tidak mungkin dia kembali ke kamar kosnya yang kecil, karena sudah habis masa sewanya. Dia pun juga tidak punya uang, kecuali uang satu juta itu yang mungkin akan cepat habis karena dia tidak mungkin akan langsung bisa bekerja setelah melahirkan.

"Saya mau, Nyonya, asalkan cucunya mau menyusu kepada saya."

"Iya, semoga saja dia mau. Selama di rumah sakit dia diberi susu formula. Udah coba beberapa merek dan nggak ada yang cocok. Akhirnya saya pilih cari ibu susu saja. Kalau ASI kan biasanya cocok untuk bayi. Kita nggak pernah dengar kan, ada bayi yang alergi ASI?"

"Iya, Nyonya benar. Memang lebih baik ASI daripada susu formula. Mohon maaf, Nyonya, memangnya kenapa dengan ibunya? Apakah ibunya sedang sakit sehingga tidak bisa menyusui bayinya?"

"Ibunya terikat pekerjaan dengan kontrak yang panjang, jadi tidak bisa menyusui bayi. Dia melahirkan 3 hari yang lalu dan langsung dijemput oleh asistennya untuk kembali melanjutkan jadwal kontrak," sahut Gayatri. Raut wajahnya terlihat mulai masam. Mungkin dia tidak suka dengan pertanyaan-pertanyaan itu.  

Naina yang segera tahu diri hanya mengangguk, meskipun dia sebenarnya masih sangat ingin tahu. Rasanya tidak masuk akal jika ibunya masih ada, tetapi bayinya malah disusukan kepada orang lain.

Kan aneh.

"Tapi sudahlah. Itu bukan urusanku. Yang penting aku punya penghasilan dan mungkin tempat tinggal." Perempuan itu membatin.

Tidak mungkin kan seorang ibu susu tinggal berpisah dengan anak susunya? 

Ini sebuah keberuntungan.

Setidaknya selama 2 tahun ke depan Naina memiliki tempat tinggal dan selama 2 tahun pula ia bisa mengumpulkan uang agar kedepannya memiliki tempat tinggal sendiri dan usaha agar dia bisa mandiri. 

Meski ia tidak tahu, apakah Gayatri bisa dipercaya atau tidak. Namun Naina berharap semuanya baik-baik saja. 

Siapa tahu ini memang jalan agar dia bisa hidup lebih baik kedepannya.

Perempuan itu memejamkan matanya untuk sesaat sebelum akhirnya menghela nafas. 

Akhirnya mereka tiba di depan sebuah bangunan yang sangat besar, seperti istana saja layaknya. Naina keluar dari mobil dan terpaku menatap bangunan besar di hadapannya.

"Mari, akan saya perkenalkan dengan cucu saya dan juga papanya." Perempuan paruh baya itu berjalan di depan tanpa memandang Naina sama sekali.

Naina mengiringi Gayatri dengan perasaan tak menentu. Dia melangkah dengan sangat hati-hati karena merasa tidak pantas menginjakkan kaki di rumah ini. Lantai rumah ini sangat bersih berbeda dengan dirinya yang hanya mengenakan sandal jepit, itu pun dilepas saat akan menapak di lantai teras rumah ini.

Sosok laki-laki tengah duduk di sofa. Dia menunduk sembari memainkan ponsel. Tampaknya memang sudah menunggu kedatangan mereka. 

Keduanya terus berjalan semakin mendekat, menghampiri pria itu.

"Al, Mama sudah bawa calon ibu susu yang kamu rekomendasikan untuk baby Queen," ujar Gayatri. 

Suara ibunya membuat pria itu mendongak dan mengabaikan atensinya dari layar ponsel di dalam genggamannya.

"Al," lirih Naina spontan. Tubuhnya seketika membeku melihat pria itu mengangkat wajah, lantas berdiri di hadapan mereka. 

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Apa Hidupnya Begitu Menyedihkan?

    Bab 13"Itu gajiku dibayar di muka, Mbak. Makanya barusan aku dari ruang kerjanya Tuan Albert, mau menanyakan hal ini."Akhirnya Naina berhasil mengambil ponselnya kembali setelah pandangan perempuan itu teralihkan kepadanya. Pegangan Kinara pada ponsel itu mengendur, sehingga Naina dengan gampang mengambil ponsel itu dari tangan Kinara."Kamu pikir aku percaya? Kamu begitu lama berada di ruangan itu. Pasti kamu sudah menggoda Tuan Albert!""Terserah Mbak Kinara mau percaya apa nggak, tapi yang jelas aku di kamar itu cuma menanyakan soal gaji. Beliau hanya menjelaskan bahwa itu adalah pembayaran di muka, jadi selama 6 bulan saya nggak menerima gaji lagi. Mungkin beliau merasa kasihan...." Naina menelan saliva. Kata kasihan membuat dadanya terasa nyes, sesak sekali.Apa hidupnya begitu menyedihkan, sehingga harus mendapatkan belas kasihan dari mantan kekasih?"Awas aja kalau kamu bohong. Saya bisa laporkan kamu sama Nyonya Cherry kalau kamu mencoba menggoda Tuan Albert!""Apa untungnya

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kembalikan Ponselku, Mbak!

    Bab 12"Tapi saya tidak bisa menerimanya, Tuan. Ini terlalu banyak untuk gaji seorang baby sister, jadi lebih baik Anda tarik saja." Naina mengambil ponselnya dan menyerahkan kepada Albert."Saya tidak mengerti cara mentransfer. Sebaiknya Anda sendiri yang mentransfer untuk mengembalikan uang yang Anda kirim barusan.""Kamu ini kenapa sih, dikasih gaji banyak kok nggak mau?!" Pria itu mengerutkan kening, pura-pura tidak paham. Tentu saja dia sebagai mantan kekasih Naina tahu betul sifat wanita itu. Naina tidak pernah memanfaatkan posisinya sebagai pewaris grup perusahaan retail Indo Mars. Naina menjadi dirinya apa adanya, lebih memilih berpakaian sederhana, meskipun terkadang itu menampar harga diri Albert sebagai seorang laki-laki. Albert yang memiliki ego yang tinggi pastinya merasa terganggu dengan tatapan yang dialamatkan orang kepada mereka. Cowoknya memakai pakaian yang mahal, sementara ceweknya berdandan sangat sederhana. Pernah Albert memaksa Naina ke mall, dan mencoba membel

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Nafkah Yang Tertunda

    Bab 11Mengingat itu, Naina jadi teringat kejadian malam di mana ia memerkoki Albert dan Roy berbicara begitu santai di halaman rumah ini.Namun untuk menanyakannya langsung kepada Roy, tentu saja tidak mungkin. Ini tidak etis. Dia harus waspada dan bersiap-siap dengan segala kemungkinan.Roy memang tinggal di rumah ini, karena ia sopir pribadi yang harus stand by satu kali 24 jam untuk mengantar majikannya bepergian. Tapi bukan berarti itu lantas membuat pria itu tidak mungkin memiliki keluarga di luar sana."Tapi aku harap kita bisa menjaga batasan, karena aku perhatikan kamu sudah terlalu baik. Aku hanya nggak enak, hampir setiap malam kamu kasih aku makanan, bahkan kamu menolak saat aku memberimu uang untuk membeli obat buat Bilqis. Aku hanya tidak ingin digosipkan punya hubungan pribadi dengan sesama pekerja. Aku juga tidak mau memiliki hutang budi sama kamu." Naina menelan ludahnya. Tenggorokannya tiba-tiba saja merasa kering.Bahkan hawa sejuk di ruangan ini tiba-tiba saja beru

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Berani Melawan

    Bab 10 "Iya, Dok. Anak saya, Bilqis badannya panas. Saya sudah memberinya obat penurun panas, tapi tidak mempan. Sementara saya tidak mungkin membawanya ke klinik, karena dokter sendiri tahu jika nona Queen tidak bisa sembarangan keluar rumah." "Oh iya, saya mengerti. Baik, saya yang akan ke sana. Tunggu 30 menit lagi ya, Bu." "Terima kasih banyak, Dok." Naina merasa lega karena ternyata dokter keluarga ini bersedia membantu. Dan benar saja, 30 menit kemudian dokter Ratri datang. Perempuan itu mulai melakukan pemeriksaan standar, lalu menjelaskan beberapa hal kepada Naina. "Sayang sekali, saya tidak bawa obat, Bu. Tapi sudah saya tuliskan resep. Nanti Ibu bisa titip kepada sopir atau siapapun di rumah ini untuk membelinya di apotek. Beli obat di apotek online juga bisa, jangan lupa ibu upload resep dari saya ya, saat mau check out." Perempuan itu memberikan secarik kertas bertuliskan nama-nama obat kepada Naina. "Terima kasih banyak, Dok." Mata perempuan itu berbinar. Dia m

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Anda Terlalu Percaya Diri, Nyonya

    Bab 9 Kinara menelan ludahnya. Bukan ini yang ia inginkan. Dia sengaja memprovokasi Cherry agar perempuan itu selalu curiga pada Naina. Kinara ingin sekali menyingkirkan Naina. Dia sudah punya feeling yang tidak enak dengan perempuan yang menjadi ibu susu itu, seolah kehadiran Naina di rumah ini bukanlah kebetulan, tetapi sudah direncanakan sejak jauh hari. Tapi siapa sebenarnya yang merencanakan? Tidak mungkin Gayatri, walaupun kenyataannya Gayatri lah yang membawa perempuan itu untuk menjadi ibu susu cucunya. Kalaupun Gayatri, lalu apa tujuan perempuan setengah baya itu? Apa tidak ada lagi perempuan lain yang bisa menjadi ibu susu Queen? Kenapa dari sekian banyak perempuan yang sedang menyusui, justru Naina yang terpilih? Bahkan terlihat begitu mudahnya Naina terpilih sebagai ibu susunya Queen. Padahal Gayatri orangnya sangat selektif. Tidak sembarangan orang bisa bekerja dan dekat dengan Gayatri. Gayatri sangat peduli dengan latar belakang seseorang, apalagi orang itu akan menj

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Semua Sudah Jelas

    Bab 8 Naina pikir Kinara ke kamar ini hanya sendirian, tetapi ternyata ada perempuan lain yang mengiring di belakangnya. Perempuan itu melangkah anggun mendekati dirinya. Wajahnya cantik dan sangat familiar karena sering wara-wiri di layar kaca, hanya saja baru kali ini Naina melihat Cherry secara langsung. "Naina. Ini Nyonya Cherry, ibu kandungnya non Queen." Kinara memberitahu, nadanya sedikit menekankan. Namun Naina hanya tersenyum tipis, kemudian mengangguk. "Selamat pagi, Nyonya. Saya Naina, ibu susunya non Queen." Jujur Naina merasa risih karena Cherry memandanginya seperti itu. Penampilan Naina saat ini memang sedikit berantakan. Dia bahkan belum mandi, dan hanya mengenakan baju panjang tanpa kerudung, karena dia sudah hapal betul, Albert jarang masuk ke kamar ini. Sebenarnya Naina juga tidak mengerti kenapa Albert seperti tidak peduli dengan putrinya sendiri, tetapi Naina tidak berani menanyakan soal itu. Itu bukan urusannya. Naina tetap meneguhkan hati bahwa menjadi ibu

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status