Share

Teringat Masa lalu

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2025-07-29 16:29:18

Bab 5

Refleks Naina merapatkan tubuhnya pada rak piring yang menyatu dengan dinding. Seorang pria mendekat.

"Roy...."

"Kaget ya?" Pria itu tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang teratur rapi dan bersih. "Maaf udah bikin kamu kaget."

"Kamu mau makan?" Tangannya meraba-raba rak piring tanpa membalikkan tubuhnya.

"Aku sudah makan tadi di warung pinggir jalan sepulangnya mengantar Nyonya Gayatri ke bandara." Pria itu menyerahkan bungkusan kresek berwarna hitam. "Aku beliin kamu juga. Ada martabak isi kacang sama coklat. Kamu suka itu, kan?"

Tangan Naina masih menggantung, tak langsung menerima bungkusan itu. Dia menatap Roy, pria yang merupakan sopir keluarga di rumah ini. Mereka baru berkenalan beberapa hari yang lalu.

"Tapi...."

"Nggak apa-apa. Aku ikhlas kok. Terima ya." Roy menjejalkan bungkusan itu ke tangan Naina. Sedikit memaksa.

"Ibu menyusui harus happy dan banyak makan. Nggak apa-apa gendut dikit, dietnya mah nanti saja kalau anak udah nggak menyusu lagi."

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Roy pun menjauh. Dia menghilang dari dapur, menyisakan Naina yang terpaku sembari menggenggam bungkusan itu.

Benar-benar rezeki yang tidak diduga. Naina yang merasa masih lapar segera menyantap sepotong martabak isi kacang yang gurih saat ia kembali ke kamar.

"Baik banget, tetapi semoga saja dia benar-benar tulus. Jujur, aku nggak mau ada lagi yang membuat hidupku tambah ribet. Sudah cukup aku berurusan dengan keluarga Albert dan keluarga Revan." Naina menenggak minuman dari gelasnya hingga habis.

Sekarang Naina benar-benar kenyang. Diusapnya perutnya sembari berjalan menuju pembaringan, pembaringan yang berada tepat di samping tempat tidur bayi, sehingga memudahkannya untuk menjangkau ketika Queen atau Bilqis terbangun.

Naina merebahkan tubuhnya. Mumpung kedua bayi itu sedang tidur, dia bisa beristirahat sejenak. Soalnya biasanya kedua bayi itu akan terbangun di sekitar jam 11 malam sampai jam 03.00 dini hari. Benar-benar mengajak begadang.

Namun entah kenapa malam ini sulit rasanya memejamkan mata. Setiap kali ia mencoba memejamkan mata, selalu saja bayangan-bayangan buruk itu berkelebatan di benaknya.

Bayangan kejadian malam itu dan dirinya yang kalut, lalu mengiris nadinya sendiri dan saat ditemukan oleh Revan dalam keadaan hampir sekarat di kamar kostnya.

Tidak mudah pula untuk melupakan perlakuan buruk yang diterimanya saat berada di rumah keluarga Revan.

Revan pria yang baik, dewasa dan berbesar hati menerima semua kekurangannya. Revan memberikan status untuk janin yang tengah ia kandung, memberinya perlindungan dan selalu menghibur.

"Menikahlah denganku dan aku berjanji akan menutup rahasia ini seumur hidup," ucap Revan waktu itu saat mereka bertemu di sebuah cafe setelah Naina keluar dari rumah sakit.

"Tapi Van, nggak gini juga kali. Kamu mengorbankan diri sendiri, apalagi kita tidak saling mencintai, dan kamu nggak harus bertanggung jawab atas benih yang ditebarkan oleh orang lain," sahut Naina.

"Tapi aku bertanggung jawab atas kelangsungan hidup sahabat adikku. Kamu nggak perlu merasa nggak nyaman. Kita akan coba jalani semua sama-sama. Mungkin aku nggak sekaya Albert, tapi setidaknya aku bisa pastikan kamu hidup layak sesuai dengan kemampuanku...."

"Kamu ngomong apa sih?! Aku nggak pernah memandang Albert dari apa yang dimilikinya!" sergah Naina. Manik-manik matanya berpendaran.

"Atau jangan-jangan kamu masih mencintai Albert?" cetus Revan.

Namun Naina menggeleng. "Please... jangan paksa aku untuk menjawabnya."

Revan lantas menghela nafas panjang. Dia mengulurkan tangan, menepuk bahu Naina.

"Tidak apa-apa. Kamu pikirkan saja tawaranku. Dua atau tiga hari ke depan. Aku harap kamu menyetujuinya. Bukan cuma buat aku atau kamu, tetapi juga kita. Ada bayi yang harus segera kita beri status."

"Aku nggak mau kamu menyesal suatu hari nanti."

"Nggak akan. Aku sudah memikirkan keputusan ini matang-matang, saat merawat kamu di rumah sakit kemarin."

"Mungkin bukan sekarang, tapi suatu hari nanti."

"Please Naina, pikirkan kehamilan kamu. Mungkin kamu bisa meneruskan kehamilan tanpa suami, tapi bagaimana jika bayi ini sudah lahir? Bagaimana surat menyurat, administrasinya? Belum lagi dampak sosial yang harus kalian terima. Mungkin kamu merasa biasa saja, tapi bagaimana dengan anak kamu? Apakah nanti dia tidak akan terluka jika orang-orang menyebutnya sebagai anak haram?"

Akhirnya Naina menikah dengan Revan, dan diboyong ke rumah keluarga itu. Salahnya Revan cuma satu. Seharusnya Revan memberikan Naina tempat tinggal sendiri. Jadi segala pembicaraan mereka tidak perlu diketahui oleh orang yang tidak perlu mendengarnya.

Suatu hari saat mereka baru saja pulang dari klinik seorang dokter kandungan, Naina keceplosan menyebut nama Albert.

"Jadi kamu hamil duluan dengan Albert sebelum menikah dengan kakakku?! Keterlaluan kamu, Nai!" pekik Revi. Sebuah tamparan keras mendarat di pipinya, membuat pertahanan tubuh Naina seketika goyang. Namun sebelum ia jatuh membentur lantai yang keras, Revan lebih dulu menangkap tubuh Naina dan memeluknya.

"Maaf," lirih perempuan itu.

"Aku bener-bener nggak menyangka jika ternyata kamu selicik itu. Kamu melakukannya dengan Albert, sementara kakakku kamu suruh untuk bertanggung jawab. Sahabat macam apa kamu?!"

"Aku pikir kamu bisa jaga diri saat berpacaran dengan Albert. Tapi ternyata kamu sama saja dengan gadis-gadis lain yang menginginkan berpacaran dengan orang-orang kaya agar bisa ikut menikmati hartanya!"

"Dan sekarang apa yang terjadi? Bukankah Albert sudah menikahi artis itu? Kamu ngaca yang benar, Naina. Kamu itu cuma dijadikan mainan sama Albert. Langit tetaplah langit dan tidak ada sejarahnya Cinderella ada di dunia nyata!"

"Cukup! Cukup, Revi!" Revan berteriak seraya menarik tubuh Naina agar bisa menjauhi Revi. Revan membawa Naina ke kamarnya.

"Apa yang dikatakan oleh Revi itu benar. Aku memang pernah bermimpi untuk menjadi Cinderella, tapi nyatanya gagal. Malah hamil dan bikin susah kamu." Air mata Naina seketika jatuh. Dia tidak henti-hentinya menangis.

Revan memeluknya, lalu mencium pucuk kepala itu selama bermenit-menit. Tubuh Naina lemah dan rapuh, meski Revan masih bersyukur, janin yang berada dalam kandungan Naina ternyata sangat sehat dan kuat.

"Tidak, kamu tidak seperti itu. Kamu bisa menjaga diri selama 19 tahun. Hanya saja pria itu terlalu serakah. Kamu terlalu lemah dan polos untuk pria seperti Albert."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Apa Hidupnya Begitu Menyedihkan?

    Bab 13"Itu gajiku dibayar di muka, Mbak. Makanya barusan aku dari ruang kerjanya Tuan Albert, mau menanyakan hal ini."Akhirnya Naina berhasil mengambil ponselnya kembali setelah pandangan perempuan itu teralihkan kepadanya. Pegangan Kinara pada ponsel itu mengendur, sehingga Naina dengan gampang mengambil ponsel itu dari tangan Kinara."Kamu pikir aku percaya? Kamu begitu lama berada di ruangan itu. Pasti kamu sudah menggoda Tuan Albert!""Terserah Mbak Kinara mau percaya apa nggak, tapi yang jelas aku di kamar itu cuma menanyakan soal gaji. Beliau hanya menjelaskan bahwa itu adalah pembayaran di muka, jadi selama 6 bulan saya nggak menerima gaji lagi. Mungkin beliau merasa kasihan...." Naina menelan saliva. Kata kasihan membuat dadanya terasa nyes, sesak sekali.Apa hidupnya begitu menyedihkan, sehingga harus mendapatkan belas kasihan dari mantan kekasih?"Awas aja kalau kamu bohong. Saya bisa laporkan kamu sama Nyonya Cherry kalau kamu mencoba menggoda Tuan Albert!""Apa untungnya

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kembalikan Ponselku, Mbak!

    Bab 12"Tapi saya tidak bisa menerimanya, Tuan. Ini terlalu banyak untuk gaji seorang baby sister, jadi lebih baik Anda tarik saja." Naina mengambil ponselnya dan menyerahkan kepada Albert."Saya tidak mengerti cara mentransfer. Sebaiknya Anda sendiri yang mentransfer untuk mengembalikan uang yang Anda kirim barusan.""Kamu ini kenapa sih, dikasih gaji banyak kok nggak mau?!" Pria itu mengerutkan kening, pura-pura tidak paham. Tentu saja dia sebagai mantan kekasih Naina tahu betul sifat wanita itu. Naina tidak pernah memanfaatkan posisinya sebagai pewaris grup perusahaan retail Indo Mars. Naina menjadi dirinya apa adanya, lebih memilih berpakaian sederhana, meskipun terkadang itu menampar harga diri Albert sebagai seorang laki-laki. Albert yang memiliki ego yang tinggi pastinya merasa terganggu dengan tatapan yang dialamatkan orang kepada mereka. Cowoknya memakai pakaian yang mahal, sementara ceweknya berdandan sangat sederhana. Pernah Albert memaksa Naina ke mall, dan mencoba membel

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Nafkah Yang Tertunda

    Bab 11Mengingat itu, Naina jadi teringat kejadian malam di mana ia memerkoki Albert dan Roy berbicara begitu santai di halaman rumah ini.Namun untuk menanyakannya langsung kepada Roy, tentu saja tidak mungkin. Ini tidak etis. Dia harus waspada dan bersiap-siap dengan segala kemungkinan.Roy memang tinggal di rumah ini, karena ia sopir pribadi yang harus stand by satu kali 24 jam untuk mengantar majikannya bepergian. Tapi bukan berarti itu lantas membuat pria itu tidak mungkin memiliki keluarga di luar sana."Tapi aku harap kita bisa menjaga batasan, karena aku perhatikan kamu sudah terlalu baik. Aku hanya nggak enak, hampir setiap malam kamu kasih aku makanan, bahkan kamu menolak saat aku memberimu uang untuk membeli obat buat Bilqis. Aku hanya tidak ingin digosipkan punya hubungan pribadi dengan sesama pekerja. Aku juga tidak mau memiliki hutang budi sama kamu." Naina menelan ludahnya. Tenggorokannya tiba-tiba saja merasa kering.Bahkan hawa sejuk di ruangan ini tiba-tiba saja beru

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Berani Melawan

    Bab 10 "Iya, Dok. Anak saya, Bilqis badannya panas. Saya sudah memberinya obat penurun panas, tapi tidak mempan. Sementara saya tidak mungkin membawanya ke klinik, karena dokter sendiri tahu jika nona Queen tidak bisa sembarangan keluar rumah." "Oh iya, saya mengerti. Baik, saya yang akan ke sana. Tunggu 30 menit lagi ya, Bu." "Terima kasih banyak, Dok." Naina merasa lega karena ternyata dokter keluarga ini bersedia membantu. Dan benar saja, 30 menit kemudian dokter Ratri datang. Perempuan itu mulai melakukan pemeriksaan standar, lalu menjelaskan beberapa hal kepada Naina. "Sayang sekali, saya tidak bawa obat, Bu. Tapi sudah saya tuliskan resep. Nanti Ibu bisa titip kepada sopir atau siapapun di rumah ini untuk membelinya di apotek. Beli obat di apotek online juga bisa, jangan lupa ibu upload resep dari saya ya, saat mau check out." Perempuan itu memberikan secarik kertas bertuliskan nama-nama obat kepada Naina. "Terima kasih banyak, Dok." Mata perempuan itu berbinar. Dia m

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Anda Terlalu Percaya Diri, Nyonya

    Bab 9 Kinara menelan ludahnya. Bukan ini yang ia inginkan. Dia sengaja memprovokasi Cherry agar perempuan itu selalu curiga pada Naina. Kinara ingin sekali menyingkirkan Naina. Dia sudah punya feeling yang tidak enak dengan perempuan yang menjadi ibu susu itu, seolah kehadiran Naina di rumah ini bukanlah kebetulan, tetapi sudah direncanakan sejak jauh hari. Tapi siapa sebenarnya yang merencanakan? Tidak mungkin Gayatri, walaupun kenyataannya Gayatri lah yang membawa perempuan itu untuk menjadi ibu susu cucunya. Kalaupun Gayatri, lalu apa tujuan perempuan setengah baya itu? Apa tidak ada lagi perempuan lain yang bisa menjadi ibu susu Queen? Kenapa dari sekian banyak perempuan yang sedang menyusui, justru Naina yang terpilih? Bahkan terlihat begitu mudahnya Naina terpilih sebagai ibu susunya Queen. Padahal Gayatri orangnya sangat selektif. Tidak sembarangan orang bisa bekerja dan dekat dengan Gayatri. Gayatri sangat peduli dengan latar belakang seseorang, apalagi orang itu akan menj

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Semua Sudah Jelas

    Bab 8 Naina pikir Kinara ke kamar ini hanya sendirian, tetapi ternyata ada perempuan lain yang mengiring di belakangnya. Perempuan itu melangkah anggun mendekati dirinya. Wajahnya cantik dan sangat familiar karena sering wara-wiri di layar kaca, hanya saja baru kali ini Naina melihat Cherry secara langsung. "Naina. Ini Nyonya Cherry, ibu kandungnya non Queen." Kinara memberitahu, nadanya sedikit menekankan. Namun Naina hanya tersenyum tipis, kemudian mengangguk. "Selamat pagi, Nyonya. Saya Naina, ibu susunya non Queen." Jujur Naina merasa risih karena Cherry memandanginya seperti itu. Penampilan Naina saat ini memang sedikit berantakan. Dia bahkan belum mandi, dan hanya mengenakan baju panjang tanpa kerudung, karena dia sudah hapal betul, Albert jarang masuk ke kamar ini. Sebenarnya Naina juga tidak mengerti kenapa Albert seperti tidak peduli dengan putrinya sendiri, tetapi Naina tidak berani menanyakan soal itu. Itu bukan urusannya. Naina tetap meneguhkan hati bahwa menjadi ibu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status