Share

Hanya Bisa Menurut

Author: Jannah Zein
last update Last Updated: 2025-07-29 11:41:51

Bab 4

"Hanya 2 tahun, Sayang. Nggak apa-apa ya. Nanti ada saatnya kamu menjadi prioritas Mama kembali. Bantu Mama berjuang agar kita kedepannya bisa hidup layak, meskipun sekarang Mama harus menahan segala sakit di hati karena bekerja dengan papa kamu, menyusui dan mengurus anak papa yang lain."

Bilqis juga tidak perlu tahu jika ia dan Queen bersaudara, satu ayah lain ibu.

Teringat semua itu, Naina lantas menujukan pandanganya pada tempat tidur bayi yang sangat cantik. Semua barang milik Queen berasal dari merek terkenal dengan kualitas yang tak diragukan lagi. Berbeda dengan kepunyaan Bilqis. Naina hanya mampu membelikan Bilqis baju-baju murahan. Baju-baju bayi yang ia beli di sebuah e-commerce, dengan menggunakan ponselnya, satu-satunya benda berharga yang masih ia miliki sampai saat ini.

"Sabar, Sayang. Nanti kalau Mama udah banyak rezeki, kamu pasti akan mendapatkan seperti apa yang dimiliki oleh saudaramu." Suara Naina menyerupai gumaman. Dia menepuk pelan paha putrinya, lalu merebahkannya di pembaringan.

Tepat saat tubuh Bilqis menyentuh empuknya kasur, Gayatri muncul di kamar ini. Di belakangnya seorang asisten rumah tangga bernama Kinara membawa nampan berisi makanan dan minuman. 

Dengan ujung jarinya, Gayatri memberi isyarat agar Kinara meletakkan nampan di sebuah meja di sudut kamar ini.

"Kamu mendapatkan makan tiga kali sehari, Naina. Kalau minum, bebas. Kamu bisa menggunakan air yang ada di dispenser itu," tunjuk Gayatri pada dispenser air yang terpasang di salah satu sudut ruang, dekat meja tempat Kinara meletakkan nampan tadi.

"Kamu juga akan mendapatkan makanan selingan, tapi itu tidak tentu. Semua tergantung Kinara. Dialah yang mengatur kebutuhan makan kamu...."

"Saya mengerti, Nyonya."

"Bagus." Perempuan itu tersenyum puas. Dia berjalan mendekati box bayi. Dan sesampainya disana, ia menyingkap kelambu, yang memperlihatkan sosok bayi mungil yang sangat cantik.

"Untuk hari ini kerjamu bagus, Naina. Saya harap kamu bisa bekerja sebaik-baiknya. Albert sudah memberi tahu soal gajimu, dan saya menyetujui nominal yang ia usulkan."

"Saya akan bekerja sebaik mungkin, Nyonya. Saya janji." Perempuan itu mengangkat wajah menatap langsung Gayatri meskipun sebenarnya dia tidak kuat berlama-lama bersitatap dengan perempuan paruh baya ini. Aura kepemimpinan perempuan berdarah bangsawan ini cukup kuat yang membuat setiap orang akan tunduk di hadapannya.

"Saya harap kamu bisa merawat cucu saya dengan baik." Tangannya terulur menekan sepasang bahu Naina dengan kuat. "Jangan pernah melakukan kesalahan, atau kamu akan tahu apa hukuman yang pantas untukmu."

Setelah mengucapkan kata-kata itu Gayatri keluar dari kamar bayi diiringi oleh Kinara.

Naina hanya mampu mengusap dadanya. Posisinya yang lemah di rumah ini membuatnya tak bisa berbuat banyak, hanya bisa menurut, yang penting Gayatri, Albert, dan orang-orang di rumah ini tidak menyakiti fisiknya dan juga Bilqis.

Perempuan muda itu menghela nafas, lalu berjalan menuju pintu dan menutup kembali pintu kamar. Suasana sudah sepi. Dua bayi sudah tertidur, dan kini saatnya dia harus mengisi perutnya. 

Perutnya memang sejak subuh tadi sudah lapar, tetapi ia tahan karena makanan untuknya belum diantar oleh Kinara, lagi pula dua bayi itu terus merecokinnya sejak subuh tadi, saat matanya sebenarnya baru saja terlelap, setelah begadang nyaris semalaman.

Mengurus dua bayi sekaligus bukan hal yang mudah untuk dilaluinya sendirian. Namun Naina harus tetap bersemangat. Diabaikannya semua rasa sakit dan keinginan untuk lari dari rumah ini demi masa depan Bilqis, lagi pula belakangan ini Naina merasa bahwa pertemuannya dengan Albert kemarin bukan sebuah kebetulan. Ini adalah skenario dari Tuhan agar Bilqis bisa bertemu dengan papanya, meskipun Albert tidak tahu jika dia memiliki anak dari Naina.

Sejak tinggal di rumah ini, Bilqis begitu anteng. Sangat berbeda saat bayi itu masih dirawat di rumah sakit yang hampir setiap jam menangis, bahkan perawat bayi harus turun tangan untuk menenangkan bayi itu. 

Mungkin karena Bilqis menyadari jika dia harus berbagi dengan saudaranya, atau mungkin dia merasa sedang berada di dekat seorang lelaki yang menjadi penyebab lahirnya ia ke dunia ini.

***

Beberapa hari kemudian....

"Kok cuma segini?" protes Naina. Dia melihat menu makan malamnya. Hanya ada semangkuk kecil nasi putih, sepotong tahu, dan sedikit orak-arik telur dan capcay. 

"Iya. Memangnya kenapa?!" ketus Kinara, perempuan berumur 35 tahun itu meletakkan nampan begitu saja di meja. Nampan yang hanya berisi satu piring, itupun isi di dalam piring tidak penuh.

"Mana kenyang, Mbak. Aku kan menyusui dua bayi. Masa iya makan malamnya cuma segini? Lagi pula nanti kalau aku tengah malam kelaparan, gimana? Biasanya kan Mbak juga membekali aku dengan kue atau roti, yang bisa aku makan buat cemilan. Kalau di tengah malam itu aku suka lapar, Mbak."

"Oh, ya?!" Kinara memutar tubuhnya dengan cepat. Matanya melotot. "Kami hanya bertanggung jawab pada satu bayi, bukan dua bayi. Kami hanya memastikan satu bayi tercukupi ASI nya. Kamu harus memperioritaskan non Queen, karena itu adalah pekerjaan kamu. Jadi jangan manja. Jangan pula bertingkah sok kamu adalah bagian dari keluarga ini dengan makan sekenyang-kenyangnya. Kami nggak ada urusan kalau misal bayi kamu kekurangan ASI...."

"Tapi bukan begitu maksudku, Mbak. Aku...." 

"Cukup, Naina!" Kinara mengangkat tangan.

"Kalau kamu merasa makanan yang aku berikan kurang, silakan protes sama Nyonya Gayatri, Nyonya Cherry atau Tuan Albert. Aku hanya menjalankan perintah mereka!"

***

"Apakah yang dibilang Mbak Kinara itu benar?" gumam Naina. Akhirnya ia pasrah. Dia tetap menyantap makanan yang sedikit itu, walaupun dia belum merasa kenyang. Tapi Naina mengakalinya dengan minum sebanyak mungkin.

"Semoga saja tengah malam nanti aku tidak kelaparan." Perempuan itu membatin. 

Kini dia tengah melangkah menuju dapur sembari membawa perangkat bekas makannya.

"Heran sekali. Orang kaya kok soal makanan saja hitung-hitungan. Orang menyusui dua bayi itu kan porsi makannya juga harus double, soalnya berasa lapar terus." 

"Ini peraturan paling aneh. Kalau soal Bilqis tidak boleh memakai barang perlengkapan Queen, itu masih wajar. Lah, sekarang untuk makan saja pakai dihitung-hitung. Memangnya mereka nggak mikir, jika aku kelaparan bakal berpengaruh kepada produksi ASI? Apa mereka pikir Queen tidak akan kena dampaknya?" Naina menggeleng lemah.

Kini dia sudah selesai mencuci piring dan meletakkannya di rak. Saat dia berbalik Naina terkesiap menyadari jika ada seorang lelaki di ruangan dapur ini.

"Naina..."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Apa Hidupnya Begitu Menyedihkan?

    Bab 13"Itu gajiku dibayar di muka, Mbak. Makanya barusan aku dari ruang kerjanya Tuan Albert, mau menanyakan hal ini."Akhirnya Naina berhasil mengambil ponselnya kembali setelah pandangan perempuan itu teralihkan kepadanya. Pegangan Kinara pada ponsel itu mengendur, sehingga Naina dengan gampang mengambil ponsel itu dari tangan Kinara."Kamu pikir aku percaya? Kamu begitu lama berada di ruangan itu. Pasti kamu sudah menggoda Tuan Albert!""Terserah Mbak Kinara mau percaya apa nggak, tapi yang jelas aku di kamar itu cuma menanyakan soal gaji. Beliau hanya menjelaskan bahwa itu adalah pembayaran di muka, jadi selama 6 bulan saya nggak menerima gaji lagi. Mungkin beliau merasa kasihan...." Naina menelan saliva. Kata kasihan membuat dadanya terasa nyes, sesak sekali.Apa hidupnya begitu menyedihkan, sehingga harus mendapatkan belas kasihan dari mantan kekasih?"Awas aja kalau kamu bohong. Saya bisa laporkan kamu sama Nyonya Cherry kalau kamu mencoba menggoda Tuan Albert!""Apa untungnya

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Kembalikan Ponselku, Mbak!

    Bab 12"Tapi saya tidak bisa menerimanya, Tuan. Ini terlalu banyak untuk gaji seorang baby sister, jadi lebih baik Anda tarik saja." Naina mengambil ponselnya dan menyerahkan kepada Albert."Saya tidak mengerti cara mentransfer. Sebaiknya Anda sendiri yang mentransfer untuk mengembalikan uang yang Anda kirim barusan.""Kamu ini kenapa sih, dikasih gaji banyak kok nggak mau?!" Pria itu mengerutkan kening, pura-pura tidak paham. Tentu saja dia sebagai mantan kekasih Naina tahu betul sifat wanita itu. Naina tidak pernah memanfaatkan posisinya sebagai pewaris grup perusahaan retail Indo Mars. Naina menjadi dirinya apa adanya, lebih memilih berpakaian sederhana, meskipun terkadang itu menampar harga diri Albert sebagai seorang laki-laki. Albert yang memiliki ego yang tinggi pastinya merasa terganggu dengan tatapan yang dialamatkan orang kepada mereka. Cowoknya memakai pakaian yang mahal, sementara ceweknya berdandan sangat sederhana. Pernah Albert memaksa Naina ke mall, dan mencoba membel

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Nafkah Yang Tertunda

    Bab 11Mengingat itu, Naina jadi teringat kejadian malam di mana ia memerkoki Albert dan Roy berbicara begitu santai di halaman rumah ini.Namun untuk menanyakannya langsung kepada Roy, tentu saja tidak mungkin. Ini tidak etis. Dia harus waspada dan bersiap-siap dengan segala kemungkinan.Roy memang tinggal di rumah ini, karena ia sopir pribadi yang harus stand by satu kali 24 jam untuk mengantar majikannya bepergian. Tapi bukan berarti itu lantas membuat pria itu tidak mungkin memiliki keluarga di luar sana."Tapi aku harap kita bisa menjaga batasan, karena aku perhatikan kamu sudah terlalu baik. Aku hanya nggak enak, hampir setiap malam kamu kasih aku makanan, bahkan kamu menolak saat aku memberimu uang untuk membeli obat buat Bilqis. Aku hanya tidak ingin digosipkan punya hubungan pribadi dengan sesama pekerja. Aku juga tidak mau memiliki hutang budi sama kamu." Naina menelan ludahnya. Tenggorokannya tiba-tiba saja merasa kering.Bahkan hawa sejuk di ruangan ini tiba-tiba saja beru

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Berani Melawan

    Bab 10 "Iya, Dok. Anak saya, Bilqis badannya panas. Saya sudah memberinya obat penurun panas, tapi tidak mempan. Sementara saya tidak mungkin membawanya ke klinik, karena dokter sendiri tahu jika nona Queen tidak bisa sembarangan keluar rumah." "Oh iya, saya mengerti. Baik, saya yang akan ke sana. Tunggu 30 menit lagi ya, Bu." "Terima kasih banyak, Dok." Naina merasa lega karena ternyata dokter keluarga ini bersedia membantu. Dan benar saja, 30 menit kemudian dokter Ratri datang. Perempuan itu mulai melakukan pemeriksaan standar, lalu menjelaskan beberapa hal kepada Naina. "Sayang sekali, saya tidak bawa obat, Bu. Tapi sudah saya tuliskan resep. Nanti Ibu bisa titip kepada sopir atau siapapun di rumah ini untuk membelinya di apotek. Beli obat di apotek online juga bisa, jangan lupa ibu upload resep dari saya ya, saat mau check out." Perempuan itu memberikan secarik kertas bertuliskan nama-nama obat kepada Naina. "Terima kasih banyak, Dok." Mata perempuan itu berbinar. Dia m

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Anda Terlalu Percaya Diri, Nyonya

    Bab 9 Kinara menelan ludahnya. Bukan ini yang ia inginkan. Dia sengaja memprovokasi Cherry agar perempuan itu selalu curiga pada Naina. Kinara ingin sekali menyingkirkan Naina. Dia sudah punya feeling yang tidak enak dengan perempuan yang menjadi ibu susu itu, seolah kehadiran Naina di rumah ini bukanlah kebetulan, tetapi sudah direncanakan sejak jauh hari. Tapi siapa sebenarnya yang merencanakan? Tidak mungkin Gayatri, walaupun kenyataannya Gayatri lah yang membawa perempuan itu untuk menjadi ibu susu cucunya. Kalaupun Gayatri, lalu apa tujuan perempuan setengah baya itu? Apa tidak ada lagi perempuan lain yang bisa menjadi ibu susu Queen? Kenapa dari sekian banyak perempuan yang sedang menyusui, justru Naina yang terpilih? Bahkan terlihat begitu mudahnya Naina terpilih sebagai ibu susunya Queen. Padahal Gayatri orangnya sangat selektif. Tidak sembarangan orang bisa bekerja dan dekat dengan Gayatri. Gayatri sangat peduli dengan latar belakang seseorang, apalagi orang itu akan menj

  • Menjadi Ibu Susu Anak Mantanku   Semua Sudah Jelas

    Bab 8 Naina pikir Kinara ke kamar ini hanya sendirian, tetapi ternyata ada perempuan lain yang mengiring di belakangnya. Perempuan itu melangkah anggun mendekati dirinya. Wajahnya cantik dan sangat familiar karena sering wara-wiri di layar kaca, hanya saja baru kali ini Naina melihat Cherry secara langsung. "Naina. Ini Nyonya Cherry, ibu kandungnya non Queen." Kinara memberitahu, nadanya sedikit menekankan. Namun Naina hanya tersenyum tipis, kemudian mengangguk. "Selamat pagi, Nyonya. Saya Naina, ibu susunya non Queen." Jujur Naina merasa risih karena Cherry memandanginya seperti itu. Penampilan Naina saat ini memang sedikit berantakan. Dia bahkan belum mandi, dan hanya mengenakan baju panjang tanpa kerudung, karena dia sudah hapal betul, Albert jarang masuk ke kamar ini. Sebenarnya Naina juga tidak mengerti kenapa Albert seperti tidak peduli dengan putrinya sendiri, tetapi Naina tidak berani menanyakan soal itu. Itu bukan urusannya. Naina tetap meneguhkan hati bahwa menjadi ibu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status