Kebahagiaan ini jangan cepat berlalu. Seperti itulah harapan Nathan ketika sedang berlari sambil memegang tangan Eliza. Wajahnya tersenyum memancarkan bahagia. Rasa bahagia yang tidak pernah di rasanya sebelumnya."Apa sudah capek belum?" Nathan memandang Eliza yang berlari di belakangnya. Jarak dari villa ke perkebunan sekitar 700 m. Biasanya Nathan akan memakai motor untuk menuju ke sana. Namun kali ini dia lebih memilih berlari kecil bersama dengan Eliza. Anggap saja mereka sedang berolahraga pagi sambil menghangatkan tubuh.Eliza tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Masih jauh nggak Mas?"Nathan memandang ke arah depan sambil berkata, "itu yang ada jaring kerambah warna hitam.""Kalau gitu ayo larinya lebih cepat." Eliza semakin bersemangat ketika melihat tempat yang akan ditujunya sudah tidak begitu jauh. Jika tadi Nathan yang menarik tangannya namun kini elizala yang sedang menarik tangan Nathan. Nathan tersenyum dan mengikuti Eliza. Kapan lagi bisa mendapatkan momen se
Eliza sudah berada di kebun Anggur. Wanita cantik itu bersorak senang ketika melihat anggur berwarna ungu menjuntai di atas kepalanya. Ia mencoba menjangkau anggur tersebut. Namun sayangnya tubuh Eliza rendah hingga tidak sampai."Mas, Liza mau ambil tapi nggak sampai." Eliza kesal ketika tingginya tidak bisa menjangkau anggur yang berada di atas kepalanya. "Mau dibantu ngambilnya?" Sebagai pria yang baik dan pengertian, Nathan langsung menawarkan jasa. "Mau," jawab Eliza dengan girang. Dalam waktu beberapa detik saja wanita itu sudah menjerit dan panik. Apakah seperti ini yang dikatakan Nathan membantu?"Mas mau apa?" Eliza berkata dengan gugup. Cara yang dilakukan Nathan ampuh membuat tubuhnya lebih tinggi. Bahkan Nathan berada di batas perutnya."Cepat petik," kata Nathan dengan gaya cueknya. Entah mengapa ia bisa memiliki ide memalukan seperti ini. Tanpa pikir panjang Nathan memeluk bagian paha Eliza dan kemudian mengangkatnya. Apa yang sudah dilakukannya pasti menimbulkan kepa
Eliza duduk santai di ayunan besi sambil memangku malaikat kecilnya. Takdir manusia tidak ada yang bisa menebak. Jika sang pencipta berkehendak yang hitam bisa jadi putih yang putih bisa dah jadi hitam bahkan semudah membalikkan telapak tangan. Begitulah dengan nasib Eliza. Disaat ia diberikan cobaan yang begitu sangat berat, namun tidak membuatnya putus asa. Eliza mencoba keluar dari lingkaran syetan dan berjuang menyelamatkan dirinya sendiri. Pada saat itu pula Eliza bertemu dengan malaikat kecilnya. Ia tidak pernah membayangkan bahwa malaikat kecil itulah yang menjadi penyelamat hidupnya. Selama bersama dengan malaikat kecilnya, tak ada lagi air mata kesedihan seperti yang biasanya. Dikelilingi orang-orang yang baik dan menjalani hari-harinya dengan penuh kebahagiaan."Dingin sekali ya anak." Eliza memeluk tubuh mungil Noah. Meskipun sudah memakaikan baju dingin dan topi, tetap saja pipi bayi berumur 6 bulan itu terasa sejuk.Bayi laki-laki itu tersenyum sambil mengusap pipi Eli
"Liza yakin mas bukan tipe suami yang banyak duit tapi pelit sama istri. Liza yakin mas tipe suami yang royal dan menjadi istri ratu." Eliza berkata dengan panik.Nathan tertawa mendengar perkataan Eliza. Apalagi melihat wajah Eliza yang sedang panik, sungguh lucu dan menggemaskan.Eliza diam saat memandang Nathan tertawa lepas seperti ini. Pria itu memang sangat jarang tertawa seperti ini. Dalam diam Eliza mengagumi sang bos. "Sebelum pernikahan dia meminta agar kami membuat yang namanya surat perjanjian sebelum pernikahan. Yang mana isi surat perjanjian itu saya mengizinkan dia untuk tetap berkarir. Dia meminta waktu 3 tahun untuk tetap di Paris. Dengan alasan masih memiliki kontrak kerja. Saya meminta agar dia memutuskan kontrak kerja. Saya siap membayar uang pinalti ke perusahaan yang sudah bekerja sama dengan dia. Namun dia menolak, baginya karir sangatlah sangat penting."Karena terlalu mencintai, Nathan menerima perjanjian pra pernikahan yang dibuat oleh Sherly. Namun ternya
"Apa kamu sangat mencintai suamimu?"Tidak ingin berbelit-belit, ia langsung bertanya sesuai dengan apa yang ingin diketahuinya. Inilah kesempatan Nathan untuk mempertanyakan tentang perasaan dan hubungan Eliza dengan suaminya.Eliza diam mendengar pertanyaan Nathan. Pertanyaan ini seperti pisau silet dua mata, setiap sisi matanya sangatlah tajam. Yang mana kedua matanya sama-sama bisa melukainya. "Kenapa diam?"Eliza masih diam dengan tatapan jauh ke depan. Menceritakan tentang perasaannya terhadap Sandy, sudah pasti sangat menyakitkan. Luka yang selama ini sudah berangsur sembuh, kini kembali terasa perih. Dengan sabar Nathan menunggu Eliza menjawab pertanyaan singkat darinya. Seharusnya pertanyaan itu hanya ada dua jawaban iya sangat mencintai atau tidak mencintai. Namun mengapa Eliza sangat sulit mengatakan hal itu? Setelah cukup lama diam, akhirnya Eliza bersuara. "Ya Liza sangat mencintai dia."Mendengar jawaban Eliza, membuat hatinya berdenyut nyeri. Nathan memandang Eliza.
"Mas maaf Liza benar-benar enggak sengaja." Eliza baru menyadari apa yang telah dilakukannya. Dengan cepat Eliza membersihkan lengan baju Nathan. "Tidak apa-apa," jawab Nathan antara geli dan kasihan."Mas baik banget sih, makasih ya. Kalau gitu boleh pinjam sekali lagi ya," kata Eliza yang kembali membuang ingusnya memakai lengan sweater yang dipakai Nathan. "Ngelunjak," guman Nathan."Udah kotor juga Mas, nanti Liza cucikan. Liza sangat bertanggung jawab orangnya," kata Eliza tanpa rasa bersalah."Ya sudah deh terserah kamu." Nathan membuka sweater dan memberikan kepada Eliza. "Terus gimana lagi cerita kamu, mas penasaran ingin dengar cerita komplitnya." Selama ini Nathan hanya mendengar cerita sepotong-sepotong. Ia ingin mendengar secara keseluruhan. "Di jam 2 malam, Liza berjalan kaki bawa Ibnu ke rumah sakit. Sepinya luar biasa, karena di sana perumahan baru dan masih banyak hutan. Ditengah hujan deras Liza berlari gendong Ibnu. Liza benar-benar takut ketika mendengar suara p
Waktu berlalu dengan cepat. Rasanya baru tadi malam Eliza sampai ke villa, namun hari ini mereka sudah harus kembali ke Jakarta. "Mas, kok sudah Minggu aja ya." "Kenapa, apa belum mau pulang?" Nathan memandang Eliza dengan penuh kekaguman. Meskipun hanya memakai kaos lengan panjang dan celana training serta sepatu. Wajah Eliza tampak sangat cantik secara natural. Jauh berbeda dengan mantan istrinya. Nathan mulai kesal dengan dirinya sendiri. Mengapa harus membandingkan Eliza dengan Sherly. Serly selalu menjadi primadona di kampus. Perempuan itu sangat terkenal karena kecantikan yang dimilikinya. Namun tetap saja Sherly tidak sebanding dengan Eliza. Bukan karena rupa yang membuat Nathan tertarik dengan Eliza. namun karakter Eliza yang unik. Kepribadian yang baik, sopan santun, ramah dan penyayang. Eliza juga cerdas dan polos. Inilah kelebihan yang tidak banyak dimiliki wanita di luar sana. "Liza masih pengen di sini." Eliza tersenyum sambil menghirup udara bersih. Segarnya udara ya
Jika Eliza merasakan kebahagiaan karena memiliki keluarga yang baru, keluarga yang begitu sangat menyayanginya. Berbeda dengan Mirna. Wanita yang sedang menunggu momen menjadi seorang ibu itu harus menerima tinggal bersama dengan mama mertua. Mirna pulang ke rumah bersama dengan Wati. Meskipun dalam hatinya mendongkol namun tetap saja ia menunjukkan raut wajah manis di depan sang mertua yang begitu sangat menyebalkan. "Ma, Mama tidur di kamar tamu ya." Mirna menarik travel bag milik Wati dan memasukkannya ke dalam kamar. Wati memandang Mirna dengan mengerutkan keningnya. "Kamu menyuruh Mama tidur di sini?"Jelas Wati tidak terima ketika diberi kamar kecil seperti ini. Selama ini ia tidur di kamar yang sangat luas. Isi kamarnya juga barang-barang berkualitas. "Iya ma, di sini kan kamar cuman ada tiga." Jelas Mirna. Sedangkan satu kamar sudah dipakai untuk calon bayinya. Wati memandang Mirna dengan marah. "Saya tidak bisa tidur tanpa AC. Kamar ini juga terlalu kecil. Tempat tidurn
"Dia tidak marah sedikitpun meskipun aku sengaja menghindarinya. Melihat aku datang, dia langsung menunjukkan wajah bahagia. Dia meminta makan udang panggang besar di restoran favoritnya. Aku menurutnya. Aku menyuapi dia makan. Kami bercerita, tertawa, bercanda. Dia juga memberikan nasehat yang banyak untuk ku. Aku sangat pelupa, karena itu aku merekam semua perkataannya. Aku sudah berkata bahwa dia sudah sehat. Bahkan udang yang aku berikan dimakan hingga habis."Pria itu menangis hingga tubuhnya bergetar hebat. Momen terakhir bersama dengan istrinya tidak akan pernah ia lupakan."Kau harus kuat demi anak-anak mu." Nathan tidak sanggup menahan air matanya. Dengan cepat ia menghapus air mata yang sudah lebih dulu mengalir.Apa yang dikatakan Albert, terdengar jelas di telinga Eliza. Ia bahkan ikut menangis mendengar pria itu menceritakan seperti apa sosok istrinya.Eliza memandang kedalam peti mati. Dilihatnya sosok wanita cantik yang sudah di makeup dan memakai rambut palsu panjang
Eliza masih terdiam. Tatapan matanya masih tertuju ke arah Sherly. Sudah tahu istri Albert baru saja meninggal dunia, dengan bodohnya wanita itu menunjukkan didepan umum, bahwa dia selingkuhan Albert. Bukankah ini sungguh lucu?Eliza ingin tertawa ngakak melihat kebodohan Sherly. Bisa dibayangkan seperti apa malunya diperlakukan seperti ini depan umum. Namun ia juga kasihan melihat ekspresi wajah wanita saat ini. Walau bagaimanapun Sherly ibu kandung Noah. "Sweet heart." Nathan memanggil suaminya istrinya yang masih terus memandang Sherly. Nathan kemudian menarik tangan istrinya agar tidak hanya diam di sana. Eliza menoleh ke arah Nathan sambil mengikuti langkah kaki suaminya. "Kasihan ya." "Gak ada malunya," kata Nathan tanpa ekspresi. Kelakuan Sherly yang tidak tahu malu membuat ia merasa jijik. Nathan tidak mengira bahwa wanita yang dulunya angkuh, sombong, bermartabat dan terhormat, sekarang tak ubahnya seperti wanita murahan. Ketika menceraikan wanita itu, ia sudah memberik
Sherly sampai di kediaman Albert. Berhubung hari ini kematian nyonya rumah. Orang-orang bebas ngelayat di masion Albert. Para bodyguard yang berjaga hanya memeriksa setiap orang yang akan masuk kedalam rumah. Mereka hanya memastikan bahwa bahwa pelayat tidak ada yang membawa benda tajam ataupun senjata api. Hal ini yang membuat Sherly bisa masuk dengan mudah. Rasa percaya diri yang terlalu tinggi membuat wanita itu langsung berlari mengejar Albert. Tanpa rasa malu ia langsung memeluk pria itu dari belakang."Sayang, maaf aku baru datang." Sherly berkata sambil menahan suara Isak tangisnya.Sebagai artis profesional, menangis bukanlah hal yang sulit baginya. Bahkan Apa yang dilakukannya tampak begitu sangat natural. Tatapan mata anak-anak Albert langsung mengarah ke arah wanita yang dengan berani memeluk Daddy mereka. Wajah Albert merah padam begitu juga dengan matanya. Mata yang sejak tadi terus meneteskan air, kini seperti mata setan yang berwarna merah pekat. "Apa yang kau lakuk
Suara tertawa seorang wanita menggemah di dalam kamar. Wajah wanita itu tampak sangat bahagia. Bukan hanya sekedar tertawa saja, wanita itu sampai guling-guling di atas tempat tidur dan kemudian lompat-lompat kegirangan. Berita yang didengarnya sungguh sangat membuat ia bahagia."Hahaha, akhirnya aku bisa menjadi Nyonya Albert. Kuasai harta kemudian bunuh!" Seburuk apa Albert memperlakukannya selama ini, kembali terbayang di pelupuk matanya. Wanita itu sangat marah hingga wajahnya merah padam. Harga diri yang dulu sangat tinggi, sudah diinjak-injak oleh Albert. Hal ini yang membuat Sherly sangat marah dan benci. Bahkan pria itu sudah memasung kaki dan tangannya hingga tidak bisa pergi.Kematian Anna, merupakan keberuntungan untuknya. Padahal ia sudah pasrah di jadikan gundik selama oleh Albert. Gundik atau lebih sering di kenal dengan istilah istri siri, istri simpanan atau selir. Ternyata posisi ini lebih bermartabat dari pada posisinya. Karena, pada kenyataannya pria itu hanya menj
"Dokter tolong selamatkan istriku. Dokter tolong selamatkan istriku." Albert berteriak sambil menekan tombol yang ada di samping tempat tidur istrinya. Namun pria itu tampaknya tidak puas dia kemudian berlari keluar dari kamar dan berteriak memanggil dokter. Dari arah sebelah kiri beberapa orang dokter langsung berlari menuju ke ruang ICU tempat Anna dirawat "Ada apa?" tanda dokter tersebut."Dokter, Kenapa mulut istriku mengeluarkan darah yang sangat banyak." Albert berkata dengan kaki dan tangan gemetar.Dokter itu langsung masuk ke dalam ruang perawatan dilihatnya darah yang terus saja keluar dari mulut pasiennya. Albert tidak ingin lagi menunggu di luar dia juga ikut masuk ke dalam. Air mata yang tadi sudah sempat berhenti. Kini kembali menetes. Dokter itu memberikan suntik, hingga darah berhenti keluar dari mulut Anna. "Honny, kamu baik-baik saja?" Albert bertanya sambil memegang tangan istrinya. Wanita itu sudah tidak menjawab. Ia hanya diam ketika dokter kembali memasang
"Ya aku tahu, aku bisa mengatasinya. Kamu tenang saja. Tapi bagaimana caranya kamu bisa tahu tentang dia?""Tubuhku yang sakit, tapi otakku masih tetap berjalan dan juga bekerja. Apa kamu tahu aku ini istri dari Albert Aliando. Aku memiliki uang yang banyak. Tidak sulit bagiku Untuk mencari informasi. Termasuk wanita yang dekat denganmu." Anna menjawab pertanyaan suaminya dengan sangat jujur. "Ternyata kamu masih terus saja mencemaskanku." Bukannya marah, Albert justru senang ketika mengetahui Anna masih sangat peduli terhadapnya. "Aku sangat mencinta mu, kamu adalah cinta terakhirku. Aku ingin yang terbaik untukmu." Anna berkata dengan tulus. "Terimakasih honey," kata Albert."Perusahaan yang saat ini kamu pimpin, merupakan hasil kerja keras kita berdua. Kita mendirikannya dari mulai bisnis kecil hingga sampai memiliki perusahaan yang besar. Hanya saja setelah kita memiliki anak, kamu memintaku untuk fokus menjaga anak-anak. Sehingga aku tidak aktif lagi di perusahaan." Wanita i
Albert merasa sangat senang ketika melihat wajah Anna hari ini. Wajah istrinya tidak pucat seperti biasanya. Bahkan wanita itu bernapas tanpa mengunakan alat pernapasan."Honey, bisakah kamu ambilkan rambut palsuku di sana?" Wanita itu tersenyum sambil menunjuk ke arah nakas. "Tentu bisa baby." Nathan mengambilkan rambut palsu milik istrinya. "Mengapa ingin memakai rambut palsu?" Albert memasangkan rambut itu di kepala sang istri. Wanita itu tersenyum sambil merapikan rambut yang sudah dipasangkan oleh suaminya. "Aku ingin terlihat cantik. ""Di mataku kau yang paling cantik." Albert berkata sambil menatap wajah istrinya. "Albert, kamu tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku. Apa kamu ingin kapan kita berjumpa?" Albert tersenyum dan mencium punggung tangan istrinya. Kenangan ketika pertama melihat Anna kini kembali melintas dalam pandangannya. Penilaian pertama ketika melihat istrinya itu sudah pasti cantik. Selain cantik, Anna sosok gadis pol
Wajah wanita cantik itu tampak cemberut sambil memandang suaminya. Berbeda dengan Nathan. Pria itu memandang Eliza dengan penuh kemenangan."Kenapa liatin seperti itu?" Nathan berkata tanpa rasa bersalah."Liza sudah bilang kalau Liza mau tidur." Eliza berkata dengan wajah kesal. Keputusan Eliza untuk tidur di dalam kamar ternyata salah. Karena nyatanya dia tidak tidur sama sekali setelah makan siang. Hal ini disebabkan suaminya yang selalu saja mengganggunya. Pada akhirnya Nathan baru berhenti menganggu setelah mereka menuntaskan kewajiban suami istri."Iya Hubby tahu, sini tidur biar dipeluk," kata Nathan dengan tersenyum."Nggak mau." Dengan cepat Eliza menolak. "Loh kenapa tidak mau, bukannya kamu senang dipeluk?" Tanya Nathan."Tangan hubby nggak bisa dipercaya." Dengan waspada Eliza menutup bagian dada dan juga aset bawahnya. Setelah itu ia menarik selimut dan menutup tubuhnya dengan selimut. "Setelah olahraga ranjang, dijamin tidur semakin enak." Nathan berkata sambil menga
Rizky bangun dan melihat jam yang menempel di dinding. Saat ini jam sudah menunjukkan pukul 11 siang. Kondisi kamar juga dalam keadaan kosong. Setelah tidur cukup lama tubuh pria itu terasa lebih segar. Ia menjangkau handphone yang ada di nakas. Yang pertama kali diperiksanya adalah panggilan telepon. Dilihatnya panggilan masuk dari dokter Teddy. Dengan cepat pria itu langsung menghubungi temannya tersebut. "Halo Dokter Rizky," sahut dokter Teddy dari seberang sana. "Ya Dokter Teddy, apa tadi kamu menghubungiku?""Yang menghubungi anda adalah nyonya Rini."DegJantung Rizki berdetak ketika mendengar jawaban dari sang dokter. Jika Rini yang menghubungi itu artinya Kiara mengetahui apa yang terjadi terhadap adiknya. "Yang menerima telepon istri, anda. Ibu Rini langsung berbicara dengan istri anda.""Apa yang dikatakan Kiara dengan mama mertua saya?" Tanya Rizky.Rizky menarik napas panjang dan kemudian menghembuskannya secara perlahan-lahan. Ia harus bisa tenang menghadapi masalah