Share

Bab 4.

Author: Liazta
last update Last Updated: 2024-04-26 14:19:37

Nathan kini duduk di meja kerjanya.

Matanya tertuju ke layar komputer namun pikirannya hanya terfokus dengan bayinya.

Dia sudah mengatakan masalah ibu asi kepada maminya dan berharap sang mami bisa dengan cepat mendapatkan pendonor ASI untuk anaknya. Namun ternyata mencari pendonor ASI bukanlah hal yang mudah!

Padahal, Maminya sudah mencari lewat perantara asisten rumah tangga, tetangga dekat rumah, dan teman-teman sesama sosialitanya. Namun tidak menemukan wanita yang bisa menjadi donor ASI. Karena untuk menjadi pendonor ASI ,wanita itu memang memiliki ASI yang banyak. Dan biasanya jika anak sudah berusia 1 tahun ke atas, produksi ASI pun berkurang.

Kepala Nathan serasa ingin meledak ketika memikirkan ini semua.

Jika tidak segera mendapatkan ibu susu untuk bayinya, dia mencemaskan tumbuh kembang anak malang tersebut.

Pria itu menjangkau ponsel yang diletakkannya di atas meja dan menghubungi asisten pribadinya. Setelah berbicara dengan orang kepercayaannya itu, Nathan menutup sambungan telepon.

"Permisi bos." Seorang pria bertubuh tinggi dan tegap masuk ke ruangan Nathan.

"Duduk!" perintah Nathan.

Pria yang bernama Dirga itu menarik kursi yang ada di depan Nathan, kemudian duduk dengan tubuh tegap.

"Kumpulkan para karyawan wanita yang saat ini memiliki bayi!" Nathan memberikan perintah.

"Maaf bos, untuk apa? Lalu, bayi umur berapa?" tanya Dirga bingung.

"Mereka yang menyusui, aku butuh ASI," jawab Nathan.

Dirga diam dengan mulut yang sedikit terbuka ketika mendengar pengakuan bosnya yang sangat mengejutkan.

Apa bosnya memiliki kebiasaan aneh?

Suka mengkonsumsi ASI?

ASI itu memang sangat bagus, bahkan di beberapa negara dan dikonsumsi pria dewasa.

Gizinya jauh lebih tinggi dari susu sapi. Namun tidak harus minum ASI juga.

"Apa kau mendengar apa yang aku katakan?" Nathan memandang Dirga dengan wajah dinginnya.

"Dengar pak, ASI yang dibutuhkan apa langsung di konsumsi dari sumbernya atau di peras?" Dengan bodohnya pria berusia 30 tahun itu bertanya.

"Langsung dari sumber," jawab Nathan.

Bisa saja orang menipunya, mengatakan ASI padahal susu formula. Karena itu Nathan harus benar-benar yakin bahwa ASI yang didapat anaknya murni 100%. Dia juga akan memberikan uang untuk pendonor ASI dengan nominal yang cukup tinggi.

Dirga menelan air liurnya berulang-ulang kali. "Apa istri si bos tidak marah?"

"Maksudmu, apa?" Nathan memandang asistennya itu dengan penuh kemarahan.

"Tidak saya bercanda, saya permisi untuk cari ASI." Dengan cepat Dirga pergi keluar untuk menyelamatkan diri.

"Sudah satu Minggu ini si bos semakin garang saja, sudah seperti anak gadis datang bulan," gumam Dirga.

Tak lama Dirga datang dengan semua karyawan wanita yang menyusui. "Bos, para karyawan wanita yang menyusui sudah menunggu!"

"Suruh masuk satu persatu," kata Nathan.

"Baik," jawab Dirga. Otaknya masih kacau apa lagi Nathan meminta masuk satu persatu.

Dirga keluar dari ruangan dan memandang wajah karyawan wanita yang berjumlah 20 orang.

"Pak Dirga, ada apa?" tanya salah seorang karyawan wanita. Mereka benar-benar panik karena langsung di minta untuk menemui big bos. Apakah ada undang-undang terbaru mengenai buruh dan ketenagakerjaan? Pertanyaan ini selalu saja membuat mereka panik.

"Ibu Yani, langsung masuk." Dirga memanggil berdasarkan daftar nama di tangannya.

Pagi ini mereka dibuat panik dengan permintaan aneh si bos. Manajer personalia dibuat tidak bernapas karena harus mengumpulkan karyawan wanita yang menyusui dalam waktu 30 menit.

"Saya pak Dirga." Wanita bernama Yani itu terlihat pucat karena harus masuk ke dalam ruangan Nathan lebih dulu.

Ini kali pertama wanita itu berjumpa dengan Nathan, pewaris tunggal kerajaan bisnis Hermawan.

"Iya," jawab Dirga yang berdiri di depan pintu.

Wanita berusia 35 tahun itu berjalan dengan lambat menuju pintu berwarna hitam di depannya.

"Silahkan." Dirga membukakan pintu.

Wanita itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan yang terasa dingin dan besar. Tatapan matanya tertuju ke arah pria tampan yang duduk di kursinya dengan tatapan datar.

Setelah melihat sendiri, dia baru mengakui bahwa bos mereka sangat tampan dan rupawan. Sayang sedikit saja, wajahnya sanggar. "Permisi pak."

"Duduk!" Perintah Nathan.

Karyawan bernama Yani itu menurut dan duduk di kursi yang ada didepan Nathan.

"Apa ibu sedang menyusui?" Nathan bertanya langsung pada intinya.

"Iya pak," jawab wanita itu gugup. Setelah ini apakah ada pemecatan? Apakah ini hanya cara perusahaan untuk mengurangi tenaga kerja? Pertanyaan ini terus saja mencul di pikirannya.

"Bayi umur berapa?"

"Satu tahun setengah pak, saya sudah berencana memberhentikan asi. Karena ASI saya yang sudah mulai kering. Saya juga memberikan bayi susu formula sejak berusia 2 bulan. Karena ASI saya tidak mencukupi.

"Keluar! Lanjut yang lainnya."

"Baik pak," wanita itu langsung keluar dari dalam ruangan. Apakah jawabannya benar atau tidak, dia juga tidak tahu. Hal ini sungguh membingungkan.

"Ibu Rima," panggil Dirga.

"Iya saya pak Dirga," jawab wanita bertubuh gemuk dengan dada yang besar.

"Masuk," kata Dirga. Pria muda itu menelan air ludahnya berulang-ulang kali ketika melihat tubuh subur si wanita.

Memandang tubuh wanita itu, Dirga sudah bisa membayangkan bahwa si bos akan kenyang bahkan muntah.

"Permisi pak Nathan." Wanita bertubuh gemuk itu berdiri di dekat meja Nathan.

"Duduk!" Nathan menunjuk dengan dagunya.

Mata pria itu tampak terbuka lebar ketika melihat sosok wanita yang duduk di depannya. Dia yakin wanita ini bisa menjadi ibu susu untuk anaknya.

"Nama siapa?" tanya Nathan.

"Saya Rima pak, bagian produksi." Wanita itu menjelaskan.

"Usia?"

"Usia saya 30 tahun pak."

"Memiliki bayi usia berapa?" Nathan langsung memberikan pertanyaan.

"Usia bayi saya 8 bulan pak," jawab si wanita.

"Apa sampai sekarang masih ASI?"

"Masih pak, hanya saja saya tetap memberikan anak saya susu formula karena ASI Saya tidak banyak."

Nathan memandang wanita itu dengan kening berkerut. Bahkan alis matanya yang tebal saling terpaut.

"Kamu mengatakan asimu tidak banyak?" Nathan masih tidak percaya dengan apa yang dikatakan si wanita.

"Tidak pak, ini Saya memang punya besar tapi ASI sedikit." Wanita itu menunjukkan bagian dadanya.

Kepala Nathan pusing dan berdenyut ketika mendengar jawaban si wanita. Dia kemudian menyuruh wanita itu pergi dan meminta yang lain untuk masuk.

Mulai dari pagi hingga sampai jam 12.00 mencari satu orang pendonor ASI ternyata sangat sulit. Setiap wanita yang masuk kedalam ruangnya mengaku bahwa mereka memberi anaknya susu formula karena ASI yang tidak cukup.

Para karyawan wanita itu mengatakan, penyebab produksi ASI yang sedikit karena pengaruh suntik dan pil KB.

Nathan semakin frustasi karena tidak menemukan ibu susu untuk anaknya! Tidak adakah wanita yang pas untuk sang putra?

***

"Mbak, saya ingin membayar tagihan rumah sakit anak saya."

Di sisi lain, Eliza kini berada di rumah sakit.

Dia menunjukkan kuitansi pembayaran dan bukti hutang serta jaminan yang dia berikan.

Dibayarnya kekurangan biaya dan mengambil kembali cincin pernikahannya yang dititipkan waktu itu.

Wanita yang duduk di kasir--segera mengambil berkas pembayaran Eliza yang belum lunas. 

Hanya saja, ucapan Eliza menghentikan proses administrasinya sejenak.

"Mbak, saya mau donor ASI, apa rumah sakit ini menerima donor ASI?"

"Asi?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (87)
goodnovel comment avatar
Emak Alghi
Pokok nya makin serruuu
goodnovel comment avatar
Jaurah Dg matene
Elisa aja yg jadi ibu susunya
goodnovel comment avatar
Sintia S
udah eliza jadi istri Natan aja biar apdol, nyusuin ank nya plus bapak nya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 462

    "Kau masih menyimpan semua bukti-bukti itu? "Hermawan memandang Albert dengan tatapan kagum. Albert menganggukkan kepalanya. "Bukti-bukti ini sangat penting bagiku. Dengan adanya bukti-bukti ini maka orang tidak bisa sembarangan menuduhku. Dan aku pun sudah melewati proses dari kepolisian. Di sini aku tidak terlibat dalam kasus kejahatan kriminal karena itu aku bisa lepas dan bebas.""Apa anda tidak melakukan tuntunan balik atas pencemaran nama baik?" Tanya Nathan. Albert menggelengkan kepalanya. "Aku tidak ingin berurusan dengan siapapun. Yang pasti aku tidak terlibat dalam kejahatan apapun. Dan pada saat itu kondisi istriku sedang sakit. Aku saja hampir gila, mana mungkin aku bisa menuntut orang yang ingin mencemarkan nama baikku. "“lagipula mereka menuduh ku hanya karena mereka menghilang dari Paris. Banyak dari mereka kini menjalani hidup yang jauh lebih baik. Anak-anak mereka sering menghubungiku. Mereka mengirimkan foto-foto, ucapan terima kasih. Rata-rata ayah mereka adalah

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 461

    Sejenak suasana hening. Eliza menggenggam tangan Nathan. Aruna menatap Albert dengan mata yang merunduk hormat.Hermawan melangkah maju dan menepuk pundak sahabatnya itu. “Aku mengerti perasaanmu. Anna pasti bahagia sekarang. Dan dia pasti bahagia melihatmu di sini, dikelilingi anak-anak dan tawa yang tak pernah ia benci.”Albert menatap ke arah Aruna, yang berdiri diam di samping Aishwa. Wajahnya lembut, anggun, dan terlihat sangat muda. Bahkan lebih muda dari Eliza.“Bukankah kau tak punya anak perempuan?” tanya Albert pelan.Hermawan tersenyum samar. “Tidak.”“Lalu, siapa dia?”“Teman Eliza,” jawab Hermawan cepat. Tidak mungkin ia menjelaskan kisah rumit yang menyelimuti hidup Aruna. Albert mengangguk perlahan, tapi tatapannya belum lepas dari Aruna. Gadis itu menunduk, lalu membelai kepala Aishwa yang masih menggenggam tangannya erat.Dalam diamnya, Aruna tahu di rumah ini, di tengah keluarga yang bahagia dan hangat, dirinya tetap seperti kepingan cerita yang tak utuh. Hadir, tap

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 460

    Aruna berdiri terpaku di lantai empat mansion megah milik keluarga Hermawan, matanya memandang kagum pada hamparan dunia kecil penuh warna yang terbentang di hadapannya. Cahaya matahari sore menyusup lembut melalui jendela kaca besar di sisi timur, memantulkan kilau keemasan pada lantai dan peralatan bermain, menciptakan suasana hangat dan menenangkan.Lantai ini bagaikan negeri dongeng yang dirancang khusus untuk kebahagiaan anak-anak. Di tengah ruangan, terdapat kolam mandi bola raksasa yang warnanya seperti permen kapas—biru langit, merah muda, dan putih susu. Di sampingnya, perosotan pelangi menjuntai dengan lengkungan lembut, seolah mengajak anak-anak untuk meluncur ke dunia fantasi mereka.Berbagai wahana digital dan mekanik juga tersusun rapi: mesin game cakar boneka berjejer seperti tantangan ajaib, game mobil balap dengan efek suara realistis, dan kereta mini yang berkeliling mengitari ruangan melewati terowongan kecil dan miniatur stasiun. Terdapat pula landasan mobil-mobila

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 459

    Pagi ini, kediaman megah keluarga Hermawan diselimuti kesibukan yang tak biasa. Para pelayan mondar-mandir, mengganti gorden dengan yang baru, mengganti alas meja dengan yang lebih anggun, dan menata bunga segar di setiap sudut ruangan. Aroma mawar dan lili bercampur dengan wangi sabun pel, menciptakan suasana rumah yang lebih hidup dari biasanya.Di dapur, para chef sibuk menyiapkan hidangan-hidangan istimewa. Bunyi pisau menghantam talenan, wajan mendesis, dan aroma rempah menyeruak ke segala penjuru. Ada suasana mendebarkan yang menggantung di udara, seolah ada sesuatu yang besar akan segera tiba.Aruna memperhatikan semua itu dengan rasa ingin tahu yang sulit dibendung. Ketika seorang pelayan lewat di depannya, ia pun bertanya pelan, “Mbak, ada acara apa ya? Kok rumahnya rame banget.”“Oh, Tuan Hermawan akan kedatangan tamu penting,” jawab sang pelayan, lalu kembali terburu-buru melanjutkan pekerjaannya.Aruna hanya mengangguk paham. Ia tak bertanya lebih jauh. Sebenarnya ia ingin

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 458

    Namun Kiara justru memulai ceritanya sendiri, seolah membaca isi hati Aruna. Suaranya pelan, nyaris berbisik."Aku dulu dijodohkan Mama dengan Rudi. Awalnya aku memilih pasrah. Dan beranggapan laki-laki kaya yang suka kawin cerai. Tapi ternyata, dia lebih dari itu." Kiara menunduk, menggenggam tangannya sendiri. "Dia punya enam istri sebelumnya. Lima di antaranya meninggal."Aruna menahan napas. Ia merasakan tubuhnya menegang."Ada seorang tetangga,ibu itu sangat baik sama kakak. Dia datang diam-diam, untuk menemui aku. Dia bilang Rudi bukan manusia biasa. Dia main ilmu hitam. Ibu itu juga yang hubungi Abang Rizky. Minta tolong agar aku dibawa kabur sebelum hari pernikahan."Sejenak, taman menjadi hening. Hanya suara angin yang melintas di antara mereka."Jika waktu itu bang Rizky nggak datang, mungkin aku nggak ada di sini. Mungkin yang ada hanya nama di batu nisan."Kiara juga menceritakan bagaimana ibunya memperlakukannya. Aruna memejamkan mata. Ia merasakan benjolan emosi di ten

  • Menjadi Ibu Susu untuk Anak Presdir   Bab 457

    “By, garukin punggung Liza dong…” kata Eliza dengan suara manja, sambil mengangkat bajunya tinggi-tinggi, hingga punggung putihnya seperti bulan purnama tersaji di depan mata Nathan.Nathan yang sedang serius menonton video tentang cara menenangkan bayi langsung menoleh. Dalam hitungan detik, ia meletakkan ponsel, menutup selimutnya, dan duduk tegak seperti prajurit yang siap menerima komando.“Yang gatal sebelah mana, Jenderal?” tanyanya dengan nada bercanda, sambil mengelus punggung sang istri.“Dekat sini, By…” Eliza menunjuk dengan tangan lemah gemulai, ekspresi wajahnya seperti ratu yang meminta dilayani. “Tapi… susah dijelasin deh. Pokoknya di sekitar tulang belikat kiri, dua jari ke bawah, satu jari ke kanan.”Nathan menahan tawa. “Waduh, ini punggung apa peta harta karun?”Dia mulai menggaruk. Perlahan. Lalu agak keras.“Pas banget, By! Enak… enak banget. Tapi kiri dikit lagi, ya… Aaaahhh,” desah Eliza.Nathan mulai keringatan. Suara itu. Nada itu. Sangat tidak bersahabat bagi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status