Share

Menjadi Ibu Untuk Anakku
Menjadi Ibu Untuk Anakku
Penulis: Luisana Zaffya

1. Anakku

Penulis: Luisana Zaffya
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-19 07:59:58

“Ternyata kau di sini.” Suara penuh kelegaan muncul di belakang Megan. Memutar pundak wanita itu yang sejak tadi mengabaikan keramaian pesta di balik punggung dengan menyendiri di balkon.

“Bisakah kau membawakanku satu gelas lagi?” Megan menyodorkan gelas kosongnya pada Jelita. Manager yang merapal sebagai asisten pribadinya.

Jelita mengambil gelas itu dan meletakkannya di samping pot tanaman. “Aku akan memberimu satu botol. Tapi setelah kau ikut denganku."

“Ke mana?”

Senyum Jelita terlihat begitu mencurigakan.

“Aku tahu apa yang kaupikirkan. Tapi kali ini tidak, Je. Aku sedang tak berminat menemui siapa pun. Aku ingin waktu untuk diriku sendiri.”

Jelita mengembuskan napasnya yang panjang dengan bosan. “Kau selalu membutuhkannya kapan pun kau ingin.”

“Dan aku menginginkannya se …”

“Ayo.” Jelita menarik lengan Megan sebelum wanita itu menyelesaikan kalimatnya. Kembali memasuki keramaian pesta.

“Ke mana?”

“Aku akan memperkenalkanmu pada CEO mall M-King. Kau tak akan menolaknya.”

Megan memutar matanya dengan jengah. Seseorang yang hendak Jelita kenalkan padanya pasti seorang pria, dengan penampilan fisik yang tak mengecewakan. Dan CEO, kekayaannya pasti tak bisa dihitung.

“Kau sudah menandatangi kontrak dengan mallnya.”

“Aku menandatangani banyak berkas,” gumam Megan. Berhenti sejenak untuk mengambil segelas minuman dari pelayan yang melintas. Akan tetapi Jelita segera merebutnya kembali sebelum gelas itu menyentuh bibirnya.

“Je,” rengek Megan.

Jelita tak mendengar, menarik Megan menuju tengah pesta sambil sesekali berhenti untuk menyapa orang-orang dan membalas senyum mereka. Sampai keduanya melintasi lorong yang ada di sudut pusat pesta, menaiki beberapa anak tangga hingga sampai di pinggiran kolam yang jauh dari keramaian. Mengabaikan gerutuan Megan sepanjang perjalanan.

“Tuan Matteo?”

Megan terhuyung ke belakang ketika Jelita tiba-tiba berhenti melihat seseorang yang berdiri memunggungi mereka.

Merasakan tepukan pelan di punggung dan panggilan tersebut, pria itu menoleh dan memutar tubuhnya dengan perlahan. Menampilkan senyumnya yang ramah. “Nona Jelita?”

Seluruh tubuh Megan membeku, kepucatan segera muncul ke permukaan wajahnya menatap sosok pria yang berdiri di hadapannya. Menatap wajah tampan yang masih begitu jelas dalam ingatannya. Setelah sekian lama, hanya satu perubahan yang terlihat begitu jelas. Pria itu semakin tampan dan terlihat lebih banyak tersenyum. Tak ada lagi tatapan kepedihan dan kecewa yang pernah dihujamkan padanya.

“Tuan, ini Megan Ailee. Dan Megan ini tuan Matteo. Mikail Matteo, CEO M-King.” Jelita memperkenalkan keduanya.

Senyum Mikail sempat terhenti menemukan sosok tak asing yang berdiri di hadapannya. Selama beberapa detik keduanya hanya saling pandang dalam kebekuan, hingga Jelita berdehem dan memecah keterpakuan keduanya.

Jelita menyenggol pundak Megan. Matanya melemparkan isyarat yang tajam dan membuat Megan tak punya pilihan selain mengulurkan tangan dengan kaku.

“Megan.” Megan berdehem ketika suaranya terasa begitu kering.

Sejenak Mikail menatap uluran tangan Megan, lalu tersenyum tipis dan membalas uluran tangan tersebut. “Mikail.”

“Papa!” teriak seorang anak dari arah samping mereka. Berlari menghampiri Mikail.

Mikail membungkuk, merentangkan kedua lengan dan menangkap anak kecil itu. Yang langsung melingkarkan kedua lengan mungil di leher Mikail.

Jelita terpaku, menatap bergantian interaksi Mikail dan anak kecil itu penuh ketidak percayaan. Begitupun dengan Megan, yang berdiri membeku dengan ekspresi seperti tersambar petir.

“Kiano sudah bosan. Kapan kita pulang?” tanya anak itu setengah merengek sambil menyandarkan kepala di pundak Mikail.

“Sebentar lagi,” jawab Mikail dengan seulas senyum.

“Anda memiliki putra yang begitu tampan,” puji Jelita dengan senyum memaksa. Menahan ringisannnya ketika melirik ke arah Megan dengan waspada.

Mikail mengangguk. Mencium pipi gembul anak kecil itu dengan penuh kelembutan. Dengan pandangan yang tak lepas dari kedua mata Megan. Tak sampai di situ, bahkan Mikail mencoba mengenalkan Kiano dengan Jelita dan Megan.

Megan mengerjap, menahan kaca di kedua matanya agar tak meleleh ketika menatap uluran tangan mungil anak kecil itu. Tak bisa menahan desakan air matanya yang hendak meluap, Megan memutar tubuh dan berlari pergi. Mengabaikan panggilan Jelita.

Dengan perasaan yang tak karuan, Megan menerobos kerumunan pesta. Mengabaikan panggilan-panggilan yang mencoba untuk menarik perhatiannya. Langkahnya terseok di antara derai air mata yang menghujani wajahnya. Sampai langkahnya terhenti ketika merasakan keramaian pesta jauh berada di belakangnya.

Jelita menyentuh pundak Megan, napasnya terengah dengan keras. Terkejut menemukan wajah Megan yang basah ketika mencoba membalik wanita itu menghadapnya. “K-kenapa kau menangis?”

Megan tak menjawab. Pundaknya naik turun karena isakan yang semakin menjadi.

“Maafkan aku, Megan. Kudengar dia masing single, aku tak kalau ternyata dia adalah seorang duda.” Jelita berusaha menenangkan Megan. Memegang kedua pundak wanita itu dan membiarkan Megan menangis di pundaknya. Sambil menepuk-nepuk pelan pundak Megan demia meredakan kekecewaan terhadap dirinya. Sungguh ia tidak tahu kalau ternyata si Mikail Matteo itu sudah memiliki seorang putra. Seharusnya ia mencari informasi yang lebih akurat sebelum mencoba menjodohkan pria itu dengan Megan. Untuk mengurangi resiko patah hati.

“Tapi setidaknya dia memang masih single, kan? Apa kau sekecewa itu?” sesal Jelita seraya mengurai pelukannya dan mengulurkan sapu tangan miliknya. “Apa dia berhasil menarik perhatianmu di pandangan pertama? Atau apakah dia mengingatkanmu pada seseorang?”

Tangisan Megan mereda. Menyeka air mata dengan sapu tangan Jelita.

“Aku minta maaf,” lirih Jelita, sekali lagi menepuk pundak Megan dengan lembut. Ia belum pernah melihat Megan seemosi ini, terutama ketika berhubungan dengan seorang pria. Biasanya Megan hanya mengatakan tidak cocok dengan deretan pria-pria yang coba ia sodorkan. Atau pria-pria yang mencoba mengajak wanita itu makan malam. Tak ada satu pun di antara mereka yang mampu menyentuh emosi seorang Megan Ailee, dengan tembok tinggi yang terbangun kuat di hati wanita itu.

“Aku ingin pulang,” ucap Megan. Mengembalikan sapu tangan Jelita dan melangkah lebih dulu. Melewati halaman yang luas menuju pintu gerbang sang pemilik pesta.

Jelita mengangguk, menelpon sopir untuk membawa mobil ke dekat gerbang tinggi. Sepanjang perjalanan, Megan hanya melamun sambil menatap ke jendela mobil sedangkan Jelita tak berani mencoba membuka percakapan. Tahu Megan sedang sangat butuh waktu untuk diri wanita itu sendiri. Hingga mobil berhenti di basement gedung apartemen, Megan masih bergeming tenggelam dalam lamunan.

“Megan?” Jelita memberanikan diri menyentuh pundak Megan.

Megan mengerjap lalu menoleh menatap Jelita. “Kenapa kau tidak memberitahuku kalau namanya Mikail?”

Kening Jelita berkerut penuh keheranan dan tanda tanya. Sampai kemudian wanita itu membekap kesiapnya ketika teringat sesuatu. “J-jangan bilang dia Mikail yang itu?”

Sikap diam Megan cukup sebagai jawaban untuk pertanyaan Jelita, yang membuat wanita itu semakin terperangah. “Kau tidak pernah memberitahuku nama panjangnya. Dan … dan aku benar-benar tak tahu kalau dia ternyata sudah memiliki anak dengan wanita lain. Aku benar-benar minta maaf Jelita. Aku tahu bagaimana hancurnya perasaanmu. Aku sungguh menyesal.”

Perasaan Megan tak membaik, tetapi semua memang bukan kesalahan Jelita. Jelita hanya tahu ia pernah mengalami patah hati dengan seorang pria bernama Mikail. Tetapi memang dunia ternyata tak seluas yang ia perkirakan. Bahkan baru beberapa hari yang lalu ia menginjakkan kaki di negara ini.

“Anak itu …” Suara Megan terhenti sesaat. “Dia anakku.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Devi Pramita
bagus crita nya..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   5. Little Extra Megan Dan Marcel

    Mikail dan Kiano masih menunggu baby Kylie di ruang bayi setelah mengantarkan Megan ke ruang perawatan. Memastikan sang istri untuk istirahat sebelum pergi, tetapi Megan tak bisa tidur. Pun dengan rasa lelah dan letih yang masih membuatnya lemah dan berbaring di tempat tidur. Perutnya terasa lapar setelah semua tenaga yang ia kerahkan saat persalinan. Suara pintu diketuk, Megan menoleh. Sepertinya perawat yang disuruh Mikail untuk membawakannya makanan untuknya. Tetapi wajahnya berubah masam ketika bukan perawat yang muncul, melainkan Marcel. Satu tangan membawa nampan berisi makanan dan satu tangannya disembunyikan di belakang. Membuat Megan berkerut kening akan sikap aneh pria itu. “Kenapa kau di sini, Marcel?” tanya Megan dengan nada tak bersahabat seperti biasa. Marcel tak menjawab, pria itu meletakkan nampan di nakas. “Aku tahu kau tak akan suka jika aku menyuapimu, kan?” Megan hanya mendengus tipis. Tentu saja ia akan menunggu Mikail. Dan ia langsung mengambil ponsel untuk

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   4. Extra Megan Dan Mikail

    Delapan bulan kemudian … Megan memuntahkan seluruh isi perutnya di lubang toilet dengan hentakan yang kuat dari dalam perutnya. Membungkuk dengan kedua tangan bersandar di dinding karena perutnya yang besar membuatnya kesulitan berjongkok. “Kau muntah lagi?” Marcel muncul dari balik pintu yang tak sempat Megan tutup ketika bergegas masuk ke kamar mandi. Berdiri di belakang Megan sembari menggosok pelan punggung wanita itu. Megan yang sudah lemas, tak punya kekuatan untuk menolak perhatian Marcel, apalagi untuk memanggil Mikail yang masih belum turun ke lantai satu. Kedua kakinya melemah dan jatuh bersandar ke tubuh Marcel, sesi muntahan itu akhirnya berhenti dan Marcel mendudukkan Megan di lubang toilet. “Lepaskan dia, Marcel.” Mikail muncul di ambang pintu. Menghampiri Megan dan menarik lengan sang adik untuk menjauh dari istrinya. Marcel hanya mengedikkan bahu dan menuruti keinginan sang kakak meski tidak meninggalkan kamar mandi. Ia mengamati Mikail yang mengambil beberapa lem

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   3. Extra Jelita Dan Nicholas

    Jelita menurunkan ponselnya dari telinga dengan helaan napas yang lolos dari kedua lubang hidung dan bibirnya. Matanya terpejam dengan telapak tangan yang menyentuh perutnya yang masih rata. Pernikahan? Ia tak bisa menolak Nicholas yang ingin menikahinya. Terutama setelah pria itu tahu saat ini dirinya tengah hamil. Ya, seminggu yang lalu. Tiba-tiba ia pingsan di tempat pemotretan Nicholas, pria itu membawanya ke rumah sakit. Dan saat ia terbangun dari pingsannya, pria itu sudah menyelipkan cincin di jari manisnya dengan omong kosong tentang pernikahan. “Apa-apaan ini, Nicholas?” Jelita berusaha melepaskan cincin tersebut dari jari manisnya tetapi ditahan oleh Nicholas. “Menikah? Apa kau kehilangan kewarasanmu? Apa kepalamu baru saja dilempar kamera? Atau kejatuhan lampu?” rentetnya dengan kesal. Bukankah ia yang jatuh pingsan, kenapa malah Nicholas yang kehilangan otaknya. Nicholas hanya menarik seulas senyum sebagai jawaban. “Kita harus menikah. Kita membutuhkan pernikahan ini.”

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   2. Extra Kiano Dan Marcel 2

    Sepanjang perjalanan, Megan sengaja membisu. Matanya terpejam, menahan tangisan kekecewaan dan perasaannya yang campur aduk. Semua ingatan buruknya naik ke permukaan. Keberengsekan Marcel, kehamilannya, pertengkarannya dan Mikail, lalu perceraian mereka. Semua memenuhi benaknya, menekan dadanya. Setelah semua ini, kenapa kenyataan ini harus naik ke permukaan. Menamparnya dengan keras.Setelah setengah jam kemudian, Mikail menghentikan mobil tepat di teras rumah. Belum sempat mematikan mesin mobilnya, Megan sudah membuka pintu mobil. “Tunggu, Megan.” Tangan Mikail tak sempat menangkap tangan Megan yang sudah melompat turun. “Kau harus hati-hati. Kakimu …” Mikail pun menyusul melompat turun dari dalam mobil.Mikail semakin dibuat kebingungan oleh perubahan sikap Megan. Ia setengah berlari mengejar dan berhasil menangkap pergelangan tangan wanita itu di tengah ruang tamu. “Apa yang terjadi, Megan? Kenapa denganmu?”Megan menatap wajah Mikail dengan penuh kekecewaan, tetapi bibirnya tetap

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   1. Extra Kiano Dan Marcel

    Satu bulan kemudian … Setelah satu bulan. Dengan diantar Mikail, akhirnya hari ini Megan kembali ke rumah sakit untuk melepaskan gips di kaki kanannya. Retakan di tulang kaki Megan sudah sembuh, meski harus tetap hati-hati dan menggunakan peyangga demi melatih kaki yang sudah lama tidak digunakan untuk jalan. Sekarang keduanya berada di lift, hendak turun ke lantai basement dan kembali pulang. Megan duduk di kursi roda, meski sudah bersikeras akan berjalan kaki dengan peyangga saja, Mikail malah mendudukkan pantatnya di sana. Mendorong kursi roda dan membungkam protes Megan dengan tegas. “Jam berapa sekarang?” “Dua.” “Kiano sudah pulang?” “Ya, Marcel sudah menjemputnya, dia baru saja sampai di sekolahnya Kiano.” Megan mendesah kesal. Selama satu bulan penuh dan karena kakinya yang butuh perawatan khusus, Mikail menyerahkan semua tentang Kiano pada Marcel. Ya, Megan masih belum sepenuhnya menerima sikap baik Marcel meski pria itu selalu memperlakukannya dengan baik. Seperti yang

  • Menjadi Ibu Untuk Anakku   100. Akhir Untuk Alicia

    Mikail membeku dalam ketercengangannya, kehilangan kata-kata ketika menemukan perut Alicia yang membesar hanyalah sebuah perut palsu yang dililit di pinggang. Sekilas tampak seperti nyata, tapi … itu terbuat dari bantalan kain yang menyerupai perut asli. Bahkan memiliki pusar di tengahnya. Cukup lama bagi Mikail untuk mencerna apa yang disaksikannya saat ini, dalam kebingungannya ia berusaha menemukan pijakannya. Alicia membelalak, terkesiap dengan keras dan wajahnya tertunduk menatap perut palsunya yang sekarang terekspos di hadapan Mikail. Kebohongannya terbongkar, dilucuti habis-habisan tak hanya oleh Mikail, tetapi juga oleh Marcel. Tidak, kebohongannya yang sudah ia bangun mati-matian, tidak bisa terbongkar semudah ini. “M-mi …” bibirnya bergetar hebat, bahkan hanya untuk memanggil nama Mikail. Ia bahkan belum sepenuhnya menyadari apa yang terjadi, tetapi kembali dipatahkan oleh kalimat Marcel. “Dia benar-benar menipumu mentah-mentah, Mikail. Aku sudah mengatakan padamu, kan.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status