Hari itu, Abidzar ada kegiatan di pondok pesantren modern dimana tempat dia mengajar. Dia diminta oleh pengasuh pondok pesantren untuk menjadi salah satu pembicara dalam acara seminar santri. Abidzar begitu senang mendengar, dawuh Kyai tersebut. Dia tidak menyangka jika dipilih dari banyaknya ustadz yang mengajar di pesantren tersebut. "Ustadz Abidzar, mohon kesediaan nya untuk menjadi salah satu pembicara inti dalam acara seminar di pesantren kita nanti." Ucap Kyai Zulfikar selaku pengasuh pondok pesantren modern itu."Inggih Kyai, saya mau. Tapi saya belum ada persiapan sama sekali buat acara ini, Kyai." Ucap Abidzar begitu tunduk, pasalnya dia memang belum tau. Dia ke pesantren pada saat itu hanya ingin menghadiri acar seminar tersebut. Perasaan nya saat ini antara senang, bangga dan terkejut jadi campur aduk. "Tidak apa-apa ustadz Abidzar, saya rasa ustadz Abidzar sudah cukup mumpuni untuk menjadi pembicara dalam acara-acara besar seperti ini." Ucap Kyai Zulfikar sambil meyakin
Pagi itu, cuacanya sedikit mendung, mungkin sebentar lagi hujan akan turun membasahi permukaan rumah Abidzar. Layla sudah bangun, dia akan menjalani kegiatan rutinnya setiap hari yaitu dia akan memulai dengan memasak, kemudian bersih-bersih di dalam rumah maupun di lingkungan rumah. Karena sudah turun hujan, Layla menunda membersihkan bagian depan rumah. Layla sempat bingung, padahal jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi namun Abidzar belum menunjukkan tanda-tanda untuk keluar dari kamarnya. Layla sempat berpikir bahwa Abidzar pagi hari ini libur untuk tidak mengajar di pesantren modern. Karena sudah selesai semua tugas nya, jadi Layla memilih untuk masuk ke dalam kamarnya. Dia bertujuan untuk mandi pagi saja, setelah itu jika memang Abidzar belum bangun, dia akan memeriksa nya.Sedangkan di dalam kamar, Abidzar menggigil kedinginan. Badan nya panas, dia merasakan pusing yang sangat berat. Bahkan tadi pagi saja dia tidak pergi ke masjid untuk melaksanakan sholat shubuh berjamaah. Me
Sore itu, langit masih terlihat cerah. Lalu lalang kendaraan di jalanan kota Jakarta begitu ramai. Para pekerja banyak yang akan kembali ke tempat tinggalnya.Termasuk Abidzar, Ustadz muda itu sudah selesai mengajar. Sekarang dia sedikit terjebak macet. Setelah menghubungi Layla lewat ponsel genggam nya, Abidzar berinsiatif untuk membawakan Layla sesuatu. Dia akan membawakan Layla beberapa hadiah sebagai permintaan maaf nya. Dia ingin menjadi suami yang lebih baik lagi. Tentang Jihan, mungkin dia akan memutuskan semuanya dengan wanita itu.Abidzar tidak ingin berdosa berlama-lama. Dia tidak ingin menambah rasa sakit hati lagi bagi orang terdekatnya.Mungkin dengan begitu Abidzar akan sedikit merasa tenang. Karena semua permasalahan nya akan segera selesai.Abidzar keluar dari mobilnya, dia berhenti di sebuah toko boneka. Dia berniat akan membelikan Layla sebuah boneka.Ketika dia memasuki toko itu, dia disuguhkan dengan banyak boneka bermacam-macam jenisnya. Dari beberapa karakter h
"Layla, lama banget kita gak ketemu. Kabarmu bagaimana?" Sapa Yusuf kemudian setelah menyadari kedatangan Layla bersama suaminya - Abidzar.Abidzar yang melihat interaksi kedua teman itu, hanya diam memperhatikan, dia tidak ada minat untuk memasuki percakapan itu."Alhamdulillah aku baik, Yusuf." Anggukan Layla menjawab pasti pertanyaan Yusuf."Syukurlah." Lanjut Yusuf.Abidzar merasa cemburu dengan melihat Yusuf dan Layla masih terlihat dekat, padahal mereka berdua hanya saling bertanya kabar mereka masing-masing. Abidzar dengan sengaja memegangi perut Layla yang masih tidak terlalu besar, namun sedikit berisi. Dia dengan sengaja mengusap perut istrinya itu."Humaira, ayo kita duduk dulu, kamu jangan lama-lama berdiri ya. Nanti perutnya kram, kasihan anak kita nanti." Abidzar berucap dengan manis kepada Layla. Dia ingin menyadarkan posisi Yusuf.Yusuf yang mendengar penuturan Abidzar itu sedikit terkejut, teryata Layla sudah hamil. Dan itu membuat dia sedikit patah hati, cintanya ber
Layla menoleh ke belakang, dia mendapati sesosok laki-laki yang agak jauh tinggi nya dengannya dan memiliki kulit yang begitu bersih. Cuaca yang mendung, angin yang begitu tenang serta suasana yang sepi menghampiri keadaan di siang itu. Di luar gerbang utama, tapi bagian samping, tidak terlihat dari luar gerbang.Layla masih bingung, dia sedikit lupa dengan laki-laki itu tapi dia merasa pernah bertemu dengan lelaki itu."Kamu Anna kan? Laylatul Jannah, santriwati teladan sejak masa Madrasah Tsanawiyah, kamu tidak ingat aku? hmm." Ucap laki-laki itu dengan nada sopan sambil tersenyum menenangkan."Aku sungguh lupa, mungkin kita pernah bertemu sebelumnya." Ucap Layla kebingungan, karena dia benar-benar sangat lupa terhadap laki-laki di depannya saat ini."Eh, sebentar. Kamu panggil aku Anna? Bukannya hanya satu orang yang memanggil ku dengan sebutan itu. hmm, siapa ya?" Ucap Laya kembali, dia masih terlihat berfikir.Setelah beberapa detik kemudian. "Yusuf? Kamu Yusuf si ahli bahasa ka
"Gak apa-apa Mas, cuma belum siap aja. Kalau udah siap nanti juga dibuka tanpa disuruh." Ucap Layla sedikit menjelaskan."Ouh, gitu, bukan karena kamu punya mata ninja kan?" Tanya Abidzar sedikit menggoda."Ish, apa sih Mas, ya nggak lah. Aku normal, masa punya mata ninja." Ucap Layla.Setelah itu mereka pun terlelap untuk beberapa saat. Hingga sampai waktu sholat Dzuhur, Layla terbangun terlebih dahulu. Sedangkan Abidzar masih begitu terlelap.Layla hendak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu, dikarenakan Abidzar masih tertidur. Layla membuka cadarnya ke kamar mandi.Keluar dari kamar mandi dia langsung sholat Dzuhur, usai sholat Dzuhur dia hendak keluar kamar untuk memasak.Abidzar terbangun, dia terkejut Layla sudah tidak ada di kamarnya. Dia melihat jam sudah menunjukkan pukul setengah satu. Dia langsung melaksanakan sholat Dzuhur sendirian.Ternyata Layla lagi memasak bersama Ratna- ibu mertuanya. Mereka sambil bercanda gurau menceritakan Abidzar semasa waktu kecilnya. Layla lup
"Aku hanya ingin bertamu Layla, apa tidak boleh." Ucap Jihan santai."Mas, kenapa Jihan boleh masuk ke rumah ini. Kalian kan bukan siapa-siapa." Ucap Jihan dengan emosi. "Maaf Layla, tadi aku tidak sengaja bertemu dengan dia. Dia sedang ke serempet motor. Jadi aku bawa dia ke rumah buat di obati.""Ya tapi kan gak harus di bawa ke rumah juga, Mas Abi kan bisa bayar Jihan ke Rumah sakit saja." Jelas Layla, hatinya sudah sesak. Layla tidak terima jika Abidzar membawa Jihan ke rumah nya."Sekarang sudah di obati? Tolong pergi dari rumah ini, aku tidak ingin melihat mu lama-lama disini." Sambung Layla, dia sudah tidak tahan."Layla tolong jangan bersikap seperti anak kecil. Jihan lagi terluka, mana hati kamu. Apakah seperti ini yang dijuluki santriwati teladan?" Ucap Abidzar penuh penekanan.Layla tidak menyangka dengan perkataan Abidzar. Padahal Layla tahu sifat asli Jihan seperti apa. Dia pasti mempunyai rencana, dan mungkin rencana ya ini, membuat Layla dan Abidzar bertengkar."Sudah
Setelah mereka pergi ke danau, mereka langsung pulang ke rumah.Perjalanan begitu hening, baik Abidzar maupun Layla sama-sama terdiam membisu. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing."Layla, jangan terlalu dipikirkan perkataan Mas yang tadi." Ucap Abidzar membuka pembicaraan."Maaf Mas, seharusnya pernyataan ku saja yang jangan terlalu dipikirkan. Kita jalani saja ini semua dulu. Untuk hasilnya kita liat saja nanti gimana kelanjutannya."Sampai di rumah, Layla langsung membersihkan diri. Sementara Abidzar langsung merebahkan tubuhnya di kasur empuk itu.Tiba-tiba Abidzar mendapat notif dari grup WhatsApp nya. Bahwa besok ada acara di pesantren modern. Abidzar akan berniat mengajak Layla ke acara itu.Tepat Layla keluar dari Kamar nya. Menggunakan Jilbab syar'i berwarna hitam. Tanpa cadar, Layla jika di dalam kamar dia tidak akan menggunakan cadarnya. Sesuai dengan permintaan Abidzar pada waktu itu.Abidzar terpaku untuk beberapa saat. Jauh di dalam hati nya dia ingin memeluk Lay
Layla dan Abidzar sudah sampai di rumah mereka. Mereka tadi sudah menebus obat untuk wajah Layla."Masih perih?" Tanya Abidzar."Udah mendingan Mas, nanti juga sembuh kok setelah rutin pakai salep sama obat nya ini." Ucap Layla sambil melihatkan beberapa salep dan obat.Abidzar langsung mengangguk mendengar jawaban Layla. Dia terlihat sangat lemah."Layla." Panggilnya dengan suara serak.Layla menikah kemudian tersenyum, "Kenapa Mas Abi?""Aku mencintaimu." Ungkapnya.Layla semakin tersenyum, kata-kata dari Abidzar mampu membuat pipi nya merona."Sampai kapan Mas?" Tanya Layla sedikit menggoda Abidzar."Sampai kapanpun, Insya Allah." Ungkapnya yakin."Aku juga mencintai mu Mas Abidzar. Tolong jangan tinggalkan aku." Pinta Layla.Abidzar mengangguk mantab. Kemudian dia merentangkan tangannya. Layla langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Abidzar.Pelukan yang selalu menghangatkan, pelukan yang selalu menenangkan. Layla sangat menyukai moment seperti ini.Abidzar juga tidak mau
Arsya dan Abidzar sudah berada di kamar Arsya. Mereka sedang membicarakan masalah tadi, mereka sengaja berpindah tempat untuk lebih fokus dan supaya Layla dan Ummah Ratna tidak mengetahui kejadian ini.Kamar itu terlihat rapi, tidak jauh berbeda dengan kamar milik Abidzar. Sama-sama bernuansa gelap. Bedanya hanya pada koleksi. Dimana Arsya banyak sekali mengoleksi barang-barang maninan, mulai dari robot dan sejenis karakter anime.Sebenarnya Arsya dan Abidzar itu tidak ada bedanya, sama-sama cuek dan pecinta anime. Cuma kalau Arsya masih sering ada gurau nya, tapi kalau Abidzar sangat dingin. Hampir ke semua orang. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja.Tapi dibalik itu semua, Abidzar dan Arsya sangat akur. Dibalik sikap mereka berdua, tapi mereka selalu tolong menolong jika ada salah satu yang membutuhkan. Contohnya seperti sekarang, Arsya membantu Abidzar untuk menyelesaikan masalah yang menimpa kakak iparnya itu."Ini Bang, rekamannya. Aku tadi sudah ikutin Jihan itu, dia menyuru
Hari itu, cuacanya sangat tenang, matahari begitu cerah menembus lingkungan sekitar. Mungkin keadaan bumi sekarang lagi bahagia, dan penduduk nya pun yang sedang beraktivitas, memiliki kebahagiaan juga masing-masing diwaktunya yang tepat.Seorang perempuan cantik, mamakai gaun yang begitu besar dan mekar. Gaun itu semakin indah di pakai oleh wanita itu. Dan samping nya seorang laki-laki memakai Jas hitam lekat, mereka sedang bersanding di atas pelaminan menyambut dengan senyuman terbaik nya. Banyak beberapa orang berdatangan untuk menyalami mereka berdua. Dan juga mereka sangat terlihat serasi dan penuh nahagaia.Jihan dan Ryan, mereka sedang melangsungkan pernikahan di sore ini. Bertepatan di suatu gedung mewah di salah satu pusat kota di Jakarta. Tamu-tamu mereka sangat banyak, jadilah mereka sangat sibuk menyambut nya. Entah dari sanak keluarga, saudara dari kedua belah pihak dan juga teman-teman mereka yang datang bergantian.Di pintu depan, juga terdapat beberapa orang yang sedan
Kebersihan nya patut diacungi dua jempol, dan di ujung tempat itu juga terdapat beberapa orang yang menjual street food. Jadilah tempat itu banyak peminatnya, khususnya para pasangan yang sedang ingin beristirahat sebentar dari berbagai macam ujian nya, seperti Abidzar dengan Layla sekarang yang juga memilih taman ini untuk bersantai."Mas, aku mau bunga, aku mau makanan itu dan aku juga mau disini agak lama, boleh kan Mas?" Layla mode manjanya sedang kumat, alhasil dia meminta banyak permintaan kepada Abidzar."Boleh Humaira, tapi jangan sampai merusak taman ini, juga kalau mau beli makanan jangan yang pedas ya, terus jangan sampai malam juga disini. Semuanya lakukan dengan dengan sedang-sedang saja Humaira, berlebihan juga tidak baik." Jawab Abidzar dengan lembutnya.Layla mematuhi ucapan suaminya itu, dia mulai mengambil beberapa bunga dan merangkai nya mnejadi satu. Satu tangkai bunga juga dia buat untuk jadi sebuah mahkota, sangat indah. Kemudian Layla seidkit berlari kecil untuk
Layla dan Abidzar pun segera bersiap, hari itu mereka benar-benar akan melakukan semua kegiatan yang telah mereka susun untuk menjaga keharmonisan mereka dan melupakan kejadian barusan yang sedikit membuat permasalahan dalam rumah tangga mereka.Layla langsung membereskan semua kekacauan barusan, dia segera membersihkan dirinya dan segera berkemas. Layla memakai gamis hutan dengan cadar hitam, jilbab panjang berwarna hitam juga. Sedangkan Abidzar memakai jubah navy, mereka berdua seperti pasangan ala Madinah saja.Setelah itu mereka langsung menuju ke tempat dimana mereka akan melakukan semua kegiatan nya. ***Di lain tempat, tepat nya di pesantren modern, Arsya sedang berada di kamarnya. Dia sedikit sibuk akhir-akhir ini, lebih tepatnya dia menyibukkan diri untuk melupakan seseorang yang telah membuat hatinya patah. Arsya ikut banyak kegiatan, seperti dia juga mengikuti organisasi keagamaan dan organisasi umum di tempat kuliahnya. Arsya ingin lebih aktif lagi untuk kedepannya.Tiba-
Pagi itu cuaca nya sangat terang, semua beraktivitas seperti biasanya. Layla memasak untuk sarapan nya dengan Abidzar, sementara Abidzar sudah bersiap untuk pergi mengajar di pesantren modern.Layla terlihat bersemangat di pagi hari ini, mood nya sedang baik. Layla memasak dengan sangat semringah. Begitu juga dengan Abidzar yang terlihat juga senang, pagi hari nya di awali dengan semua yang baik."Makanan sudah siap, ayo Mas kita sarapan sulu biar Mas Abi ngajarnya fokus. Kalau fokus kan kita bisa berbagi ilmu dengan baik kepada para santri." Layla berucap sambil menyendok kan beberapa lauk setelah mengambil nasi ke piring makan untuk Abidzar."Iya Humaira, kamu memang yang terbaik. Gak di malam hari, gak di pagi hari, kamu selalu membuat Mas bersemangat." Abidzar memeluk Layla dari arah belakang yang langsung dapat rengekan dari sang empu nya.Mereka pun langsung memakan sarapan dengan sangat lahap, terlihat kalau Abidzar sangat menyukai masakan dari istrinya itu. Layla juga sangat s
Abidzar pun meng iya kan permintaan istrinya itu, tapi dengan syarat rujak yang akan di beli nanti bukan rujak yang berada pedas. Abidzar melarang Layla melakukan hal itu, Layla tidak boleh mengonsumsi makanan pedas selama dia hamil.Mereka pun akhirnya pergi ke pesantren modern, lebih tepatnya di samping pesantren modern, karena disanalah kedai rujak buah itu nangkring."Pak, beli satu yang tidak pedas dan buahnya jangan yang kecut." Abidzar memberitahu kepada bapak penjual rujak itu.Mereka sudah sampai di samping pesantren modern, dan Abidzar langsung memesan rujak keinginan Layla. Meskipun Layla sempat tidak menyetujui permintaan Abidzar yang request buah tidak kecut, padahal kan Layla malah ingin buah yang amat kecut sekali.Bapak penjual rujak itu mengangguk, dia langsung memotong beberapa buah segar dan langsung di siram dengan bumbu rujak. Beruntung sekali sore ini sedang tidak ramai, jadi Abidzar dan Layla tidak perlu antri.Setelah selesai, Abidzar pun menyodorkan uang sehar
Abidzar terkejut melihat ke arah Ryan yang menyapa Layla, seakan-akan mereka sudah dekat lama. Begitupun dengan Arsya yang melongo keheranan.Layla hanya diam membisu, dia juga tidak ingin siapa pria di depannya ini yang ternyata sepupu nya Abidzar dan Arsya."Pasti lupa." Ungkap Ryan kembali."Alhamdulillah kabarku baik Bang. Kabarmu gimana?" Jawab Ryan menatap Abidzar."Alhamdulillah." Jawab Abidzar sedikit dingin. Perasaan nya kembali, padahal tadi dia sudah sempat senang bertemu dengan sepupu nya itu."Omong-omong, kita sudah lama tidak bertemu lagi setelah acara lomba itu, sekarang kamu masih di pesantren salaf?" Tanya Ryan kembali.Akhirnya Layla membuka suaranya, dia akhirnya ingat dengan sosok laki-laki di depannya ini."Tidak, aku sudah tidak di pesantren salaf lagi." Jawab Layla sopan.Ryan hanya ber o saja. Dia hanya manggut-manggut."Kalian kenal?" Tanya Abidzar memastikan."Iya bang, pernah beberapa dalam satu lomba dulu, beberapa kali dipertemukan." Ungkap Ryan menatap
Abidzar terkejut melihat ke arah Ryan yang menyapa Layla, seakan-akan mereka sudah dekat lama. Begitupun dengan Arsya yang melongo keheranan.Layla hanya diam membisu, dia juga tidak ingin siapa pria di depannya ini yang ternyata sepupu nya Abidzar dan Arsya."Pasti lupa." Ungkap Ryan kembali."Alhamdulillah kabarku baik Bang. Kabarmu gimana?" Jawab Ryan menatap Abidzar."Alhamdulillah." Jawab Abidzar sedikit dingin. Perasaan nya kembali, padahal tadi dia sudah sempat senang bertemu dengan sepupu nya itu."Omong-omong, kita sudah lama tidak bertemu lagi setelah acara lomba itu, sekarang kamu masih di pesantren salaf?" Tanya Ryan kembali.Akhirnya Layla membuka suaranya, dia akhirnya ingat dengan sosok laki-laki di depannya ini."Tidak, aku sudah tidak di pesantren salaf lagi." Jawab Layla sopan.Ryan hanya ber o saja. Dia hanya manggut-manggut."Kalian kenal?" Tanya Abidzar memastikan."Iya bang, pernah beberapa dalam satu lomba dulu, beberapa kali dipertemukan." Ungkap Ryan menatap