Home / Romansa / Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder / Bab 4. (BUKAN) PERAWAN TUA

Share

Bab 4. (BUKAN) PERAWAN TUA

Author: Purple Rain
last update Last Updated: 2023-09-27 22:57:31

“Apa yang bisa diharapkan dari perawan tua sepertimu? Mendapatkan pria kaya raya dan hidup enak layaknya kisah Cinderella?” Kevin tertawa lepas saat mendengar penjelasan dari, Marissa.

Gadis itu mundur satu jengkal ketika Kevin berusaha merangsek di hadapannya. Dengan perlahan Marissa menurunkan jari telunjuk, Kevin. 

“Apa kamu takut, Kevin?” sindir Marissa dengan senyuman mengejek.

Kevin salah tingkah, bola matanya bergerak tak tentu arah. “T-Tidak! S-Siapa yang takut? A-Aku, takut padamu? Jangan konyol, Marissa!”

Kevin mengelak, saat tuduhan Marissa tepat pada sasaran. Pria itu tertawa kecil untuk menutupi perasaan was-was yang tiba-tiba saja menyergapnya.

“Ayolah, Marissa! Jangan buang-buang waktu dengan percuma! Bukankah aku telah memberikan pilihan terbaik untukmu?” kata Kevin yang mencoba untuk mengalihkan percakapan yang menurutnya tidak berarti.

“Pilihan terbaik? Pilihan terbaik apa?!” dahi Marissa berkerut tanda tidak mengerti.

“Aku akan menjamin hidupmu jika kamu menjadi istriku. Perusahaan konstruksi yang kini sedang kamu jalankan, aku tidak akan mengusiknya. Terserah! Mau kamu apakan aku tidak akan ikut campur. Begitu pula dengan kesejahteraan keluargamu, aku akan tanggung semua itu. Bagaimana? Apa ada yang kurang? Apa yang kamu inginkan, aku akan mengabulkannya. Kurang baik apa aku padamu, hah?” 

Kevin merentangkan kedua tangannya. Ia merasa jadi super hero, hingga apa yang dijanjikan Kevin saat ini membuat Marissa ingin muntah di hadapan mereka.

“Ck, dasar! Mana mungkin aku percaya dengan semua bualan itu? Sudah cukup aku menjadi gadis bodoh di mata kalian,” mulut Marissa mencebik ketika mendengar penjelasan dari, Kevin. Gadis yang mengenakan setelan overall berbahan jeans tersebut sudah tidak percaya dengan semua kalimat yang diucapkan oleh pria itu.

“Kenapa? Apa kamu meragukan semua ucapanku, Marissa? Aku tidak akan mangkir dari semua rencana kita dulu. Kamu tahu jika aku adalah ….”

“Ya! Hanya perempuan gila yang masih sudi menerima kehadiranmu setelah melihat dengan mata kepala sendiri jika kalian ….” Marissa menelan salivanya, ia menghentikan kalimatnya sejenak.

“Sudahlah! Aku akan mendapatkan penggantimu secepatnya. Kamu harus bersiap untuk mundur. Atau ….” Marissa menggantung kalimatnya setelah menyela ucapan, Kevin.

“Atau apa ….?” tanya Kevin yang nyatanya memang takut kehilangan, Marissa.

“Kamu bisa menikah dengan, Joanna. Seharusnya dia yang kamu nikahi, bukan aku. Toh kalian sudah main enak-enakan, kan?”

“Kau ….!” Joanna menunjuk Marissa dengan tatapan yang sengit.

“Santai, Jo! Jangan jadi gadis pemarah!” sahut Marissa tanpa memberinya jeda.

“Tahukah kamu, Joanna? Saat pertama kali kakimu menginjak di lantai rumah kami. Sore itu, paman Mike memohon padaku untuk menerimamu sebagai adikku. Aku sangat senang ketika mendengar jika kamu akan menjadi saudaraku. Aku memelukmu setelah hampir saja bersujud di kaki paman.” Pandangan Marissa menunduk dengan tatapan yang kosong. Ia meremas ujung dress overall yang dikenakan untuk menahan perasaannya yang sedang kacau.

Perubahan ekspresi Marissa membuat Joanna sedikit salah tingkah. Ia mengalihkan perhatiannya ke tempat lain dengan raut yang datar. Mungkin saat ini dalam hati Joanna sedang mengumpat, karena hampir saja membuat semua orang di dalam ruangan tersentuh dengan kalimat yang diucapkan oleh, Marissa.

“Kalian, bukankah seharusnya membelaku? Kenapa kalian seolah membenarkan perbuatan, Joanna? Apalagi kalian berhutang cukup besar tanpa sepengetahuanku. Tahukah kalian, Ma ….” Marissa mengangkat wajahnya dan menatap nyonya Sawyer dengan bola mata yang sendu.

“Mati-matian aku mempertahankan perusahaan konstruksi itu. Jatuh bangun aku membangkitkan kembali saham dan investor yang hampir saja gulung tikar. Meski aku tahu kalian tidak peduli seperti apa jatuh bangunnya perjuanganku waktu itu, tapi aku tetap berusaha. Dan setelah semuanya kembali terkendali, kalian mengejutkanku dengan kejadian seperti ini? Ya! Aku benar-benar terkejut dengan lelucon kalian.” Marissa terkekeh dengan bola mata yang berkaca-kaca. Ia melihat kedua orang tuanya, Joanna dan Kevin secara bergantian.

“Kevin memilihmu, tidak ada yang bisa merubah keputusan itu.” Tuan Sawyer  menjawab singkat agar tidak memperpanjang perdebatan.

“Aku bukan barang. Aku punya hak untuk menentukan jalan hidupku sendiri,” bela Marissa pada dirinya sendiri.

“Bukankah aku telah memudahkan hubungan kalian?” lanjut Marissa sambil melihat ke arah, Joanna.

“Marissa ….!” kali ini Kevin yang berteriak, membuat Marissa harus memalingkan wajahnya. Ia merasa lengkingan suara Kevin kali ini memekakkan telinga, hingga membuat gema di dalam ruangan.

“Jangan berteriak seperti itu! Hobi banget sih marah-marah nggak jelas. Telingaku tidak tuli lho,” Marissa tersenyum tipis, ia melirik sinis pada dua orang yang telah mengkhianatinya.

***

"Aku bersedia," Marissa terkesiap ketika sebaris kata terdengar begitu nyaring di telinganya. Kalimat pendek tersebut mampu membuyarkan lamunannya tentang sengketa kecil yang terjadi di tengah-tengah keluarganya siang tadi.

Kalimat yang terucap dari Deniz begitu fasih. Kini keduanya berhadapan di atas mimbar untuk mengucapkan janji suci, hingga Marissa terpaku saat Deniz meraih salah satu tangannya. Gadis itu membiarkan Deniz memasukkan cincin bertahta permata di jari manis lentiknya.

‘Bagaimana mungkin dia sudah mempersiapkan semua ini?’ (batin Marissa bertanya-tanya saat Deniz telah menyematkan cincin itu).

Hingga tanpa Marissa sadari, pria tersebut sudah mengecup keningnya dengan penuh rasa. Ia sedikit terkejut, buru-buru Marissa menormalkan kembali perasaan gugupnya.

“Kalian sudah sah menjadi suami istri,” suara itu membuat jantung Marissa seakan berhenti berdetak.

Ketika Marissa mengangkat wajahnya, ia disuguhkan dengan senyuman Deniz yang mengembang sempurna. Entah apa yang membuat Deniz terlihat begitu bahagia? Apakah pria itu tengah menertawakan Marissa yang terlihat linglung di hadapannya?

“Bolehkan saya membawa istri saya pulang?” Deniz menoleh pada lelaki yang berdiri di depan mereka.

“Silahkan! Gadis manis ini sudah sah menjadi milik Anda,” jawab lelaki berambut putih itu dengan senyuman yang tak kalah senangnya.

“Terima kasih banyak atas bantuannya.” Dengan sopannya Deniz menjabat erat tangan lelaki tersebut.

“Tuhan memberkati kalian berdua,” lelaki paruh baya yang berperan sebagai pendeta tersebut, mendoakan pasangan pengantin baru itu agar pernikahan mereka tetap langgeng.

Deniz kembali meraih tangan, Marissa. Gadis itu terlihat sangat syok dengan apa yang baru saja dialaminya. Tapi bukankah ini yang diinginkan oleh Marissa agar bisa pergi dari kehidupan Kevin dan keluarganya.

“Apa kamu menyesal sekarang, Nona Marissa?” tanya Deniz saat keduanya berjalan menuju pelataran gereja.

“Jangan memintaku untuk membelikan gaun pengantin atau buket bunga yang cantik untukmu! Aku tidak tahu ukuran tubuhmu, kecuali ….” Deniz berhenti tepat di depan pintu mobil.

Marissa menoleh dengan tatapan enggan ke arahnya. Gadis itu masih tidak percaya jika dirinya sudah menikah dengan teman lamanya—Deniz Ansel Ghazy.

“Kecuali aku bisa menyentuh pinggangmu dengan kedua tanganku ini,” kedua tangan Deniz sudah berada di depan mata Marissa dengan posisi hendak memeluk.

“Sialan! Dasar pria mesum,” 

“Aduh! Hei, Marissa ….!”

Tanpa Deniz sangka, gadis itu telah mengarahkan tendangannya tepat di bagian sensitif. Sontak saja, Deniz memegang bagian yang sakit dengan raut wajah meringis menahan sesuatu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   120. RENCANA KEVIN DI BALIK KEBAHAGIAAN MARISSA

    ​Apartemen, Pukul 07:00 Malam​Setelah badai emosi berlalu, keheningan yang penuh kebahagiaan menyelimuti kamar. Deniz tidak lagi mengenakan jas biru mudanya. Ia hanya memakai kaos putih dan celana piyama, duduk di tepi ranjang sambil memeluk Marissa yang bersandar di bahunya. Kotak mint itu tergeletak di karpet, terlupakan, digantikan oleh kenyataan yang jauh lebih berharga.​“Kenapa kamu tidak memberitahuku lebih awal?” tanya Deniz lembut, mengelus rambut Marissa.​Marissa mendongak, matanya masih sedikit bengkak karena tangisan bahagia. “Aku menunggu saat yang tepat, Mas. Aku nggak mau membebani pikiranmu dengan ini saat kamu sedang berjuang di kantor.”​Deniz mencium keningnya. “Sayang, kamu adalah alasan aku berjuang. Kamu bukan beban. Kamu adalah rumahku yang sesungguhnya.”​Ia kemudian bangkit. “Aku harus melakukan sesuatu. Kabar gembira ini butuh perayaan besar.”​“Tapi, Mas,”​”Sttt… aku nggak mau dengar alasan apa pun.”​Deniz meraih ponselnya dan mengirim pesan singkat.​Li

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   119. CAHAYA BARU

    Kantor, Pukul 11:30 Pagi ​Ruang rapat direksi terasa seperti arena gladiator modern. Lampu kristal di langit-langit memantul pada permukaan meja mahoni yang mengkilap, menciptakan siluet tajam bagi 12 pasang mata yang menatap Deniz. Mereka adalah para veteran bisnis, pemegang saham yang kuat, dan juga para opportunist yang sigap dan tanggap jika terjadi bahaya sekecil apa pun. ​Kevin tidak hadir, tetapi kehadirannya terasa melalui ketegangan yang menggantung. “Dasar pecundang,” gumam Deniz. ​Deniz berdiri di ujung meja, menyandarkan tangan di permukaan meja. Tidak ada proyektor, tidak ada PowerPoint. Hanya dia, dan ketenangannya. Jas biru mudanya terlihat mencolok di antara setelan abu-abu tua dan hitam. Ia membiarkan keheningan itu berlarut selama beberapa detik, membiarkan detak jam dinding seolah menjadi hitungan mundur. ​“Selamat siang. Saya tahu mengapa kita semua ada di sini,” Deniz memulai, suaranya pelan tapi menusuk, “Kecemasan. Sebuah emosi yang disebarkan dengan sangat

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   118. AROMA MINT JAHE

    Kantor, Pukul 11:00 Pagi​Deniz memasuki markas besarnya, lantai eksekutif yang biasanya tenang kini terasa berdenyut tegang. Aroma kopi premium di pantry tidak bisa menutupi bau kecemasan yang samar. Mark, orang kepercayaan Deniz, sudah menunggu di ambang pintu, wajahnya kaku seperti patung marmer.​“Bos, direksi sudah berkumpul. Mereka menuntut penjelasan yang sangat spesifik,” kata Mark tanpa basa-basi.​Deniz hanya mengangguk. Ia melepas mantelnya dan memberikannya kepada asistennya, gerakannya lambat dan penuh perhitungan. Jas biru muda yang dipilih Marissa membuatnya tampak tenang di tengah pusaran kegaduhan.​“Bagus. Biarkan mereka menunggu sebentar lagi,” jawab Deniz, nadanya datar. “Apa yang sudah kita siapkan untuk menghadapi serangan Kevin?”​Mark menyerahkan sebuah tablet. “Dokumen rahasia klien. Kevin membocorkan info tentang proyek akuisisi di Timur Tengah yang tertunda. Mereka memutarbalikkan fakta, mengatakan ini adalah tanda kegagalan finansial besar. Tentu saja, itu

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   117. SANG PEWARIS

    ​Pintu kamar tertutup. Keheningan apartemen yang mewah itu seketika dipenuhi suara desahan tertahan, derit kepala tempat tidur yang berirama pelan, dan bisikan-bisikan gairah yang hanya dimengerti oleh dua jiwa yang saling merindukan. Aroma teh jahe, tembakau, dan single-origin coffee yang melekat pada Deniz bercampur dengan parfum lavender samar di kulit Marissa, menciptakan campuran yang memabukkan—perpaduan antara dunia pebisnis yang dingin dan dunia seni yang hangat.​Bagi Deniz, momen ini bukan sekadar pelampiasan lelah; ini adalah validasi. Di kantor, ia adalah seorang pemimpin yang harus bersikap tanpa cela. Di sini, di dalam pelukan Marissa, ia adalah manusia yang rentan, yang kerinduannya ingin diakui dan dipenuhi. Setiap sentuhan, setiap ciuman yang dalam, adalah pengakuan bahwa ia punya alasan untuk mnjadi pemenang di luar sana. Bukan hanya untuk aset dan kekayaan, tapi untuk kembali ke tempat ini, ke pelukan yang nyata, beraroma cat dan tawa.​Marissa merespons intensitas

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   116. MERINDUKANMU SETIAP WAKTU

    Keesokan paginya, Deniz tiba di kantor tepat pukul delapan. Udara di lantai eksekutif terasa tipis dan berenergi. Mark sudah menunggu di luar ruangannya, memegang dua cangkir kopi single-origin yang mahal."Rapat darurat, Bos. Tim Legal baru saja mengirim notifikasi gugatan dari 'Pihak Lama'—mereka mencoba memblokir aset operasional kita, mengklaim bahwa restrukturisasi ini melanggar perjanjian penangguhan utang lama," jelas Mark, nada suaranya sedikit tegang.Deniz menerima kopi itu, menyesapnya perlahan. Ia tidak menunjukkan reaksi terkejut sama sekali, seolah sudah mengantisipasi langkah ini. Kevin dan Joanna tidak akan membiarkannya bergerak tanpa perlawanan."Sajikan kopi ini untuk Tim Legal. Minta mereka siapkan berkas. Aku tidak butuh drama, Mark. Aku butuh solusi. Biarkan mereka bermain kotor, kita bermain lebih cerdas," kata Deniz, sorot matanya tajam. "Aku sudah memprediksi ini. Angka kerugian kita sudah kita hitung, dan itu sebanding dengan kemenangan yang akan kita dapatka

  • Menjadi Istri Jaminan Tuan Miliarder   115. SEBUAH JANJI

    Deniz tidak membuang waktu. Kota menyambutnya dengan desakan yang familiar: kemacetan, rapat mendadak, dan aroma kopi mahal. Ruangan pertemuan di gedung pencakar langit yang dulu ia hindari kini ia masuki kembali, bukan sebagai pelarian, melainkan sebagai penakluk. “Pagi Bos,” sapa Mark dan Sam hampir bersamaan. “Siap kembali ke dunia bisnis?” lanjut Mark. “Silahkan masuk, Tuan.” Sam membuka pintu ruangan. Terlihat begitu tenang, dengan aroma lavender saat ia memasukinya. ​Rapat pertama berjalan tegang. Deniz meletakkan komitmennya di atas meja, bukan sebagai permintaan, tetapi sebagai dekrit. ​"Aku akan kembali memimpin. Tapi syaratnya mutlak," ucap Deniz, suaranya tenang, namun memiliki resonansi karang yang tak tergoyahkan. "Perusahaan ini, mulai hari ini, akan kembali beroperasi. Kita mulai dari nol, dan membuktikan bahwa Deniz Ansel Ghazy tidak akan menyerah hanya karena sandungan kecil.” ​Ronan Blaire, yang dikenal pragmatis, mencoba menyela. "Kita bisa buat kembali strukt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status