--Satu tahun kemudian--"Sayang, cepatlah. Aku tidak sabar mempertemukan bayi kita dengan keluarga kita. Mereka pasti senang." Kinja– istri dari Damon, menunjukkan air muka bahagia luar biasa. Dia menggendong bayi mungil berusia tiga minggu bersamanya, lalu membawanya masuk dalam mobil. Disha hanya bisa meratapi pasangan yang membawa bayinya tersebut dengan air muka murung dan sedih. Sembilan bulan bayi itu dalam perutnya, menemani Disha dan juga kadang menjadi teman berbincang Disha. Yah, selama kehamilan Disha, dia diasingkan di sebuah rumah yang ada di kota kecil, supaya tak ada satupun yang tahu mengenai pernikahannya dengan Damon. Keluarga Damon sebenarnya tahu jika Damon menikah lagi untuk mendapatkan keturunan. Yang Damon hindari adalah media dan publik. Bagaimanapun Damon tidak benar-benar menganggap Disha sebagi istri. Disha hanya penghasil anak untuknya! Setelah mobil mewah itu pergi, Disha memasuki rumah dan langsung menutup pintu. Dia memilih duduk di sofa dengan kepa
"Aku masih nggak nyangka jika Vano meninggal. Ini seperti mimpi," gumam Disha dengan langkah pelan dan lemah ke arah rumah-nya. Vano, sahabatnya sewaktu kuliah meninggal setelah mengalami kecelakaan maut. Padahal sebelumnya Vano mengajak Disha ketemuan, pria itu mengatakan jika dia ingin mengutarakan sesuatu pada Disha. Namun sebelum hari H mereka bertemu, ajal lebih dulu menjemput Vano. Sampai sekarang, Disha masih belum bisa menerima kenyataan. Lima tahun berjalan dan rasanya kehidupan Disha hanya monoton. Dia pindah ke kota ini untuk melanjutkan pendidikan dan juga karena perintah suaminya. Yah, setelah kejadian itu– di mana Damon dan Kinja membawa bayi yang Disha lahiran–dua Minggu setelah itu Damon menemuinya dan membawanya ke kota ini. Marc Dala Lucas, nama bayinya dan Damon. Marc sakit parah dan tidak mau meminum ASi dari ibu susunya yang telah disiapkan ataupun susu formula khusus bayi merek apapun. Jadi Damon membawanya, mengembalikannya pada Disha untuk merawat Marc sa
"Marc di mana?" Suara tinggi mengalun, membuat semua bodyguard dan maid di sana menegang dan ketakutan. Bahkan anggota keluarganya juga ikut ketakutan dengan suara dingin tersebut. "Sayang, kamu baru pulang. Jangan marah-marah begini." Kinja menghampiri suaminya dan langsung memeluk lengan Damon. "Ada apa ini?" Daniel De Lucas, ayah dari Damon datang bersama Audi Anastasia-- ibu Damon. Di susul oleh Tiara yang merupakan Nenek Damon dan juga Stella yang merupakan sepupu Damon. "Ayah, Tuan muda Marc hilang dari kamarnya dan tak ada juga di tempat beraninya," jawab Ando– kepercayaan Damon dan sekaligus Kakak angkatnya. Karena itu dia memanggil Ayah pada Daniel namun tetap memanggil Tuan pada Damon dan Marc. "Bagaimana bisa?" Daniel memijit kening, pusing dan juga mengkhawatirkan cucunya. Penjaga banyak di rumah ini, dan Marc juga diberikan pengasuh untuk mengurus Marc. Dan kenapa anak sekecil itu masih bisa hilang atau kabur? "Karena kalian semua tidak becus menjaga putraku!" ger
"Umm … a--aku akan memanggil Marc," gugup Disha, kemudian dia memutar tubuhnya membelakangi Damon dan berniat beranjak dari sana. Namun tiba-tiba saja ….Deg deg deg'Disha berhenti melangkah, lengannya ditahan oleh seseorang yang tak lain adalah Damon. Jantung Disha dalam sana sudah berdebar kencang dan raut mukanya sudah pucat pias. Dengan perlahan dan tubuh yang sudah panas dingin, Disha menoleh ke arah belakang. "A--ada apa, Tuan?" tanya Disha dengan suara bergetar dan pelan. Damon menaikkan sebelah alis. "Kau tidak mempersilahkan kami masuk?" ucap Damon dengan nada datar. Yah, bukan hanya dia yang datang kemari. Tetapi Ando juga ikut dengannya. "Oh, ya Ampun." Disha langsung menepuk jidat. "Silahkan masuk Tuan," ucapnya kemudian, setelah menarik lengannya lebih dulu dari cekalan Damon. Hal tersebut membuat Damon lagi-lagi menaikkan sebelah alis dengan kepala miring sedikit, merasa aneh juga geli dengan tingkah Disha yang menurutnya sangat menggemaskan. 'Menarik.'"Silahkan d
"Ini pasti bukan karena Marc. Ini karena wanita itu kan? Tadi kau ke sana, dan aku yakin kau dengannya telah melakukan hubungan suami istri. Karena itu kau tersenyum gila, Damon!" pekik Kinja tiba-tiba sudah menangis sembari memukul-mukul dada bidang Damon. "Shut up, Stupid!" Damon berucap dengan nada tinggi, melotot marah ke arah Kinja sembari mengatupkan rahang dengan kuat, "jaga batasanmu. Dan … keluar dari kamar ini!" dingin Damon, menatap tajam ke arah Kinja dengan air muka masih menunjukkan marah. "Da--Damon," cicit Kinja dengan raut sedih dan gugup ketakutan. Raut Damon benar-benar mengerikan, tetapi sikap pria ini lebih mengerikan dan bahaya baginya. Baru pertama kali Damon menemui istri keduanya, tetapi Damon sudah bersikap tak peduli padanya. "Pergi," geram Damon, mengelakkan tangan kuat dengan semakin mempertajam tatapan matanya pada Kinja. Pada akhirnya, Kinja beranjak dari kamar tersebut. Dia juga takut dan merasa terancam dengan tatapan mata Damon yang mengerikan. A
Mata Disha sontak membelalak saat tak sengaja melihat sesuatu yang mengagetkannya. "Eh," kagetnya dengan pelan sembari reflek mengeluarkan handphone. Disha diam-diam mengambil foto, ajaibnya saat dia mengambil kedua pasangan yang ia pergoki tersebut tengah berciuman. Disha mengerjab beberapa kali, menatap foto yang berhasil ia tangkap sembari menggaruk alis. Dia tak menyangka tetapi dia juga bingung. Disha tak percaya harus melihat Kinja– istri pertama suaminya, tengah bersama seorang pria. Ya, jika teman saja, tak masalah. Tetapi mereka saling berciuman, bermesraan dan berbelanja di sini layaknya pasangan suami istri. Disha kembali mengerjab beberapa kali. Tetapi Disha juga bingung kenapa dia harus mengambil foto Kinja dan pria itu. 'Kasihan sekali Tuan Damon. Dia sangat mencintai Nyonya tetapi Nyonya …-' dewi batin Disha, tetapi dia berhenti membatin saat mengingat sesuatu. 'Tuan juga menciumku. Apa Tuan telah berkhianat pada Nyonya? Ah, bodo amat! Ngapain aku ngurusin hubungan m
"Mommy melamun?" tanya Marc dengan nada pelan dan khawatir, memiringkan kepala– menatap lamat ke arah Mommynya. "Enggak, Nak." Disha buru-buru mengambil sesuatu dari tas belanjaannya, sengaja untuk mengalihkan atensi serta fokus putranya. "Mommy habis berbelanja dan habis beli es krim. Ayo, kita makan sama-sama.""Daddy melarang Marc makan es krim, Mommy," cicit Marc, menoleh sedih ke arah es krim di tangan Mommynya yang terlihat menggiurkan. "Tapi Daddy tidak di sini. Jadi …." Disha menyerut es krim tersebut dengan sendok kecil lalu mengangkatnya ke depan mulut putranya. "Daddy tak akan tahu. Ada …," tambah Disha sembari membuka mulut di akhir kalimat, isyarat agar Marc membuka mulut. Marc membuka mulut dengan patuh, menerima suapan eskrim tersebut dengan senang hati. Walau dia takut Daddynya tahu dia memakan Es krim. "Bagaimana jika Daddy memarahi Marc karena Marc makan es krim?" "Gimana Daddy mau memarahi Marc, Daddy kan tidak tahu Marc makan es krim." Disha menyuapkan es krim
Setelah mandi dan berpakaian rapi, Marc segera keluar kamar dengan membawa bontot bekal– berisi makan malam yang Mommynya masak untuknya. Dengan hati-hati dan perasaan berbunga-bunga, Marc berjalan ke ruang makan. Sampainya di sana, anggota keluarganya yang sudah berkumpul di sana sontak memusatkan perhatian pada Marc. Lebih tepatnya pada benda yang Marc bawa. "Jagoan, apa yang kau bawa?" tanya Daniel ketika melihat cucunya tersebut meletakkan sebuah bontot di atas meja– tempat biasa cucu kesayangannya ini duduk. "Ini masakan Mommy, makan malam yang Marc minta dibuat oleh Mommy," jawab Marc dengan happy, terlihat riang dan tak sabaran untuk memakan makan malam spesial dari Mommynya tersebut. Daniel tersenyum lembut, mengusap pucuk kepala cucunya. Setelah itu dia duduk di ujung meja– tempat biasa dia duduk. Kemudian memerintah seorang maid untuk mempersiapkan makanan pada cucu kesayangannya. Ada dua anak kecil di rumah ini. Satu cucu kandungnya, Marc Dala Lucas, dan satu lagi Geba