Share

Ultimatum

"Apa maksudnya, Tuan?" Pandu mencoba bersikap tenang. Dia tersenyum kalem sembari melirik pada sang atasan.

Sementara Carlen tak segera menanggapi pertanyaan Pandu. Dia tetap menatap lurus ke depan. "Aku mulai tertarik pada Anike. Ada sesuatu yang ada di diri gadis bar-bar itu yang menarik perhatianku. Aku tidak akan berhenti sampai berhasil menaklukkannya," ujarnya beberapa saat kemudian.

"Syukurlah, akhirnya anda berhasil membuka hati, Tuan." Pandu tersenyum simpul, tetapi Carlen membalasnya dengan sorot mata tajam, seakan menembus jauh ke dalam jantungnya.

"Kau sudah paham kan kalau aku tidak mau siapapun menghalangi jalanku? Sekalipun itu orang terdekatku," tegas Carlen.

"Tentu, Tuan. Saya sangat mengerti. Sampai kapanpun, saya akan tetap loyal pada anda," timpal Pandu.

"Hm." Carlen tertawa kecil, lalu terdiam hingga mobil yang mereka tumpangi tiba di tempat tujuan. Carlen menghabiskan hari dengan meninjau pabrik pembuatan suku cadang yang berdiri di atas tanah seluas hampir lima
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status