"Aku akan menikah 3 hari lagi." Ucap Filia mengabaikan lelucon Chloe dan membuat ketiga temannya tertawa terbahak-bahak.
Melihat Filia yang tidak tertawa dan fokus mengaduk-aduk kuenya teman-temannya terdiam."Seriously?" Ucap Shinta memastikan ucapan Filia.Ketiga sahabatnya menatapnya dengan serius dan ingin mendengar kelanjutan ceritanya."Kalian ingat, acara kembang api, 4 hari yang lalu?" Tanya Filia."Iya.. Iya. yang kamu hampir ketabrak. Terus ada kecelakaan." Ucap Zoe."Laki-laki yang akan ku nikahi adalah salah satu korbannya. Dan sekarang dia sedang lumpuh tak bisa berjalan. Merasa iba, aku menawarkan diri menjadi istrinya dan akan merawatnya sepenuh hati." Ucap Filia dengan gerakan tangan yang berlebihan."Hahahahhahaa... Kamu, akan merawatnya sepenuh hati? Yang ada kamu akan buat laki-laki itu semakin lumpuh karena tingkah lakumu." Ucap Chloe memukul lengan Filia pelan.Filia menghela nafas kasar.Dan akhirnya di menceritakan hal yang sebenarnya. Dia memang benar-benar merasa bersalah, tapi jika sampai menikahinya, dia tidak bisa memikirkannya lagi."Sebentar-sebentar, Tuan Elliot Valentino? Bukankah dia akan menikah dengan Alisa? Kekasihnya yang seorang artis itu?" Tanya Zoe."Kamu kenal Tuan Elliot? " Tanya Shinta heran."Astagaaa... Elliot Valentino. Tas, sepatu, Parfum Valentino?Dan benda-benda lainnya. hotel dan juga resort Valentino ada dimana-mana." Ucap Zoe."Haaaaaah?" Filia, Chloe dan Shinta bersamaan menganga dan saling menatap."Dan kamu akan menikah dengan orang itu?" Ucap Chloe memukul mukul pelan Filia."Sebentar-sebentar, hahahahahah." Zoe lalu tertawa."Aku ingat sesuatu. Kalo gak salah, umurnya itu 40 tahun, hampir seumuran mamamu." Ucap Zoe tertawa."Apa? Apa kamu yakin? Aku melihatnya secara langsung. Dia tidak mungkin setua itu." Ucap Filia yang mengingat wajah Elliot yang sangat tampan dan sangat tidak terlihat setua itu."Apa kamu benar-benar memperhatikannya?" Tanya Shinta lagi.Filia mengangguk tegas. "Dan dia, benar-benar tampan. Kalau Dia bilang masih umur 30 tahun. Aku akan mempercayainya." Ucap Filia yang masih tak percaya usia asli Elliot."Tunggu, tunggu. Kamu sekarang 22 tahun dan dia 40 tahun. Hhhhaaaaak. 18 tahun. Dia 18 tahun lebih tua." Ucap Chloe heboh."Iiiihhh.. Kamu Gak ingat yah. Kamu bahkan pernah tidur sama yang lebih tua 25 tahun dari kamu." Ucap Zoe menyindir Chloe."Itu kan, hanya untuk senang-senang. Bukan menikah. Tapi, memang mereka lebih menjaga dan merawat mu." Ucap Chloe membayangkan teman kencannya dengan usia yang jauh lebih tua dengannya."Dan kamu pikir, sahabat kita yang satu ini akan membutuhkan laki-laki. Berciuman saja, dia langsung muntah-muntah." Ucap Zoe menatap Filia."Dia tidak perlu pelayanan istri, kalian ingat kan. Dia lumpuh karena perbuatanku?" Ucap Filia yang merasa kesal karena di paksa menikahi Elliot.Filia lalu bangun, dan mengambil sebotol wine dan meminumnya langsung dari botolnya."Hei, itu wine kesukaan pacarku." Ucap Shinta."Maaf, nanti aku ganti." Ucap Filia lanjut meminumnya.Ketiga sahabat itu, khawatir dengan keadaan Filia.Mereka mengenal Filia ketika Filia pindah ke SMA mereka.Saat itu, Filia terlihat sangat kurus dan tak berenergi.Shinta yang pertama mengajak Filia untuk bicara. Di antara ke empat sahabat itu, Shinta saja yang paling memiliki hidup normal, kecuali mempunyai 2 ibu tiri, dan dia adalah putri yang dikucilkan karena hasil istri kedua.Karena hidup dilingkungan yang buruk. Filia tak memiliki batasan untuk melakukan hal yang tidak-tidak.Ketika kelas 2 SMA, Dia sengaja berusaha mencium guru matematikanya dan menyuruh teman-temannya memotretnya. Meskipun, setelah mencium gurunya dia muntah. Tapi dengan Begitu dia bisa mengancam gurunya dengan foto itu dan mendapatkan nilai yang baik selama SMA.Tapi, karena sudah tak tahan, dengan sikap Filia, banyak siswa dan guru yang melaporkan kelakuannya. Sehingga dia harus di keluarkan dari sekolah ketika kelas 3 SMA, dia tidak menyebut nama Chloe, Zoe dan Shinta. Mengatakan bahwa dia berbuat itu sendiri.Karena itu, dia sendiri yang tidak lulus SMA dan hanya mengambil ujian kelulusan untuk melanjutkan kuliah. Tapi, tentu saja dia tidak kuliah dengan baik dan sibuk bersenang-senang.Setelah menghabiskan minuman satu botol. Filia menelepon taksi dan menuju ke sebuah yayasan.Dia duduk di sebuah bangku, melihat 3 bangunan yang berdampingan.Bangunan pertama adalah bangunan untuk anak-anak be keperluan khusus dan tidak memiliki biaya, bangunan kedua untuk lansia yang tidak mau di urus oleh anak-anaknya. Dan yang ketiga lokasi yang agak jauh dari gerbang utama, adalah tempat yang ingin dia kunjungi.Tempat, orang-orang dengan penyakit kejiwaan.Lama dia duduk, di depan bangunan ketika sambil mabuk, Dia tak sadar hari sudah mulai gelap."Filia?" Panggil salah satu perawat."Eengg... Tante Opi." Ucap Filia tersenyum pada wanita itu. Opi adalah sahabat Sena sejak masih kecil. Dan Yayasan yang ia datangi adalah milik keluarga Raymond.Opi lalu menyentuh pipi Filia, "astaga, sejak kapan kamu di sini? Pipimu sangat dingin." Ucap Opi lalu merangkul Filia dan membawanya masuk."Kamu mau ketemu mamamu?" Tanya OpiFilia tersenyum dan mengangkat bahunya. Karena dia benar-benar tak tau apakah harus bertemu dengan Sena atau tidak.Dia lebih sering pergi dalam keadaan marah atau kecewa terhadap Sena."Apa mama sudah tidur?" Tanya Filia.Opi menggeleng dan berjalan mengantarkan Filia ke kamar Sena."Hari ini, mood nya sedang bagus. Mungkin Dia akan ingat kamu." Ucap OpiFilia menarik nafas panjang. Menatap Ke arah Sena."Hai Ma, apa kabar? " Sapa Filia sambil mendekati Sena."Kamu siapa?" Tanya Sena setelah melihat Filia."Ini Filia, anak mama.""Filia? Apa kamu lihat Minni ku? Kasihan dia. Pasti ketakutan." Ucap Sena menyentuh Filia dan mencari Minni ke mana-mana disekitar ruangan."Minni, hah. Nama itu sudah gak ada lagi." Ucap Filia kesal."Mana Minni ku?" Sena berteriak dan mendorong tubuh Filia."Ini aku, aku Filia anakmu. Minnie sudah mati." Ucap Filia marah. Lalu merendahkan tubuhnya setara dengan Sena yang sudah duduk di lantai."Filia, namaku Filia." Ucap Filia marah, tapi Sena malah mendorong wajah Filia.Filia meremas rambutnya menangis dan marah. Dia sangat benci dan marah ketika Sena mencarinya dengan nama Minni."Kalau mama begini lagi, kalau aku kunjungi mama. Aku gak mau kembali lagi ke sini." Ucap Filia berjalan ke arah pintu hendak keluar."Filia, maaf. Aku gak akan cari Minni lagi." Ucap Sena tak ingin Filia pergi.Filia lalu mengusap air matanya."Mah, Aku bakalan nikah. Sama orang yang aku sama sekali gak tau. Tapi, aku tau. Satu sisi memang aku harus bertanggung jawab karena aku dia kecelakaan.""Menikah?" Tanya Opi kaget."Bagaimana dengan penyakitmu?" Tanya Opi."Gak usah khawatir. Pernikahan ini, bukan pernikahan yang normal. Aku Buat suatu kecelakaan. Dan harus tanggung jawab, dan merawat dia seumur hidup.""Kamu tau, merawat orang sakit, bukan hal yang mudah." Ucap Opi.Filia mengangguk mengerti."Aku mungkin akan jarang mengunjungi mama. Tolong Jaga mama yah, Tante." Ucap Filia memeluk Opi. Dan pamit meninggalkan tempat itu.Filia langsung pulang ke kediaman Raymond, dan berdiri di depan kamar William.*bersambung...Filia langsung pulang ke kediaman Raymond, dan berdiri di depan kamar William. Lama dia berdiri di situ, sampai William membuka pintu kamarnya dan menegur Filia. "Apa alasan sebenarnya Pop, menjodohkan ku dengan Tuan Elliot?" Tanya Filia melihat William, yang sudah mulai sadar dari efek minuman. Lama William menatap Filia. "Aku hanya ingin menyembuhkan dan menjaga mu." Ucap William sedih. Mendengar Itu air mata Filia perlahan keluar. "Menyembuhkan? Aku tidak ingin disembuhkan." Filia mengusap air matanya. "Aku tidak ingin menikah, aku tidak mau. Dan aku bisa menjaga diriku sendiri." Ucap Filia marah dan mendekat pada William."Dan apa pop lupa dengan penyakit ku?, bagaimana bisa menyuruhku menikah?." Tanya Filia menatap William tajam. "Aku, sudah tidak muda lagi, Filia. Mamamu dan kamu membutuhkan orang yang bisa melindungi kalian berdua. Masalah penyakitmu, Lucas sudah mengetahuinya. Dan tentang Elliot, dia tidak akan pernah menyentuh wanita yang tidak dia cintai. Dia masih men
Filia yang tertidur, mulai gatal-gatal dan memerah. Dia terlalu banyak pikiran dan melupakan hal pentingnya. Dengan cepat dia berlari ke kamar mandi dan menyalakan shower di kamarnya. Dia tak melihat Elliot di kamarnya, dan lalu kembali tidur. Keesokan paginya, pelayan yang masuk membangunkan Filia terkejut melihat keadaan Filia. "NONAAA..... " Teriak pelayan itu, membuat beberapa orang pergi ke kamar dan melihat Filia. "Kenapa sih berisik banget?" Ucap Filia yang bangun. "Wajah Nona, wajah Nona." Ucap Pelayan itu masih terkejut. Filia bangun dan melihat dirinya di cermin. "Aahh, sial. Aku lupa membawa obatku." Ucap Filia yang membongkar tasnya. "Ada apa ini? " Tanya Theo yang ikut melihat ke arah kamar dan melihat kondisi Filia. Wajahnya memar dan bengkak merah, meski tak merasakan sakit Filia sangat membenci reaksi tubuhnya. Sisa lecet semalam membuat tubuh dan wajahnya lebih merah daripada reaksi biasanya. Filia dengan cepat mengambil ponselnya dan langsung mengubungi kak
"Yaaa, jadi ini adalah kejutan untuk pengantin wanita kita." Teriak pembawa acara menunjuk ke arah Filia. Filia membelalakkan matanya dan terkejut, dan menatap pada Elliot. Sementara Elliot hanya tersenyum dan bertepuk tangan dari atas kursi rodanya. "Untuk rekan bisnis Tuan Elliot, kita tahu Tuan Elliot adalah pebisnis yang hebat. Tapi siapa yang menyangka bahwa dia juga laki-laki yang sangat romantis. Tak mau istrinya yang masih muda ini merasa jenuh, dia menyiapkan lagu yang membuat kita semua terutama istrinya untuk rileks dan lebih menikmati pesta ini." Ucap Pembawa acara langsung meminta DJ menyalakan musik tadi, tapi dengan volume yang tidak memekakkan telinga. Hal ini malah membuat Filia kesal, bagaimana bisa rencananya malah berubah menjadi rencana Elliot dan mengubahnya menjadi pria romantis. Ketika Filia akan pergi, Eliot menarik pergelangan tangan Filia. "lepaskan!!!" Teriak Filia sampai terjatuh, membuat semua pandangan ke arah mereka. "Filia..!! "Teriak Ketiga sah
"Hentikaaaan, menjauh dari istriku." Teriak Eliot dengan suaranya yang menggelegar. membuat para kameramen dan wartawan itu, terdiam. Theo dan pengawal lainnya lalu menyuruh para kameramen itu mundur. "Nona Filia." Ucap Theo pelan. Filia yang penuh air mata mengangkat wajahnya melihat wajah Theo yang familiar langsung memeluknya. Membuat semua orang lagi-lagi terkaget, tak kalah kaget dengan Theo dan Eliot. Tapi Theo dengan sigap menggendong Filia dan meletakkannya di pangkuan Eliot yang sedang duduk di kursi roda."Nona saya akan meletakkan anda dipangkuan Tuan Elliot." Bisik Theo. Filia mengangguk pelan, Dia hanya ingin pergi dari tempat itu secepat mungkin. Dia tak mengangkat wajahnya. Setelah di pangkuan Eliot, Filia balik memeluk leher Eliot. Dia mencium aroma tubuh Eliot. Tidak seperti laki-laki seusianya memiliki aroma nikotin dan bau menyengat dari rokok seperti yang hisap dari aroma tubuh Theo. Filia, tak menyukai aroma rokok tembakau dan sejenisnya, karena itu ia dan
"Filiiiaaaaa!!! " Teriak ketiga sahabat itu melihat Filia di atas lantai dan langsung memburu masuk. Mata Zoe langsung tertuju pada layar besar yang menampilkan laki-laki yang menjadi target balas dendam mereka. Dan dengan cepat dia menutup tirai kamar. Shinta dengan cepat mengeluarkan obat Filia. Otot-otot Filia yang sudah menegang mulai melemas setelah beberapa menit, reaksi obat itu. Sementara Elliot juga tak kalah khawatir. "Tuan, wajah anda." Ucap Theo. Elliot menggeleng, menyuruh Theo membantu gadis-gadis di hadapannya. "Apa dia tak apa-apa?" Tanya Elliot menatap ketiga sahabat Filia. "Sekarang sudah tak apa-apa." Ucap Chloe lega. "Tolong, pindahkan dia atas tem.." Shinta menghentikan ucapannya. "Filia tidur dimana?" Tanya Shinta melihat sofa dan tempat tidur bergantian lalu menatap Elliot. "Biarkan dia di atas tempat tidur. Aku akan tidur di sofa." Ucap Elliot. Lalu Chloe meminta bantuan Theo untuk mengendong Filia. Dan Theo memanggil pengawal lain, membantu Elliot
"Saat itu, ketika beberapa orang menyerang keluarga kita, mamamu sudah terluka parah saat mengandung mu. Tapi, Kak Will dengan sekuat tenaganya membawa ibumu melewati semua orang-orang itu dan membawa ibumu ke rumah sakit, ibumu yang kehilangan banyak darah, hampir kehilangan nyawanya, lagi-lagi dia mendonorkan darahnya untuk Mamamu. Kalau bukan karena kak Will, aku mungkin akan kehilangan kalian berdua." Ucap Lucas meremas pelan bahu Elliot. "Tapi, tidak perlu menikah. Jika melindungi anak dan cucu Tuan William yang ayah mau." Tegas Elliot lagi. "William ingin kita mewarisi setengah dari harta miliknya, dengan janji melindungi Sena dan Filia selamanya. Dan hanya dengan menikah, akan mempermudah segalanya." Lanjut Lucas menjelaskan. "Ayah, ini semua sangat tidak masuk akal." Elliot hendak pergi. "Hanya beberapa bulan, tidak sampai setahun. Kamu bahkan tidak perlu melayaninya sebagai seorang suami. Karena gadis itu juga tidak membutuhkannya." Ucap Lucas membuat Elliot bertanya. El
"Aaaaarrrkk" Teriak Filia yang cepat menutup mulutnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" Teriak Elliot. "Kan kamu sendiri yang bilang, gak mau dikira ditinggalkan istri di malam pertama." Jawab Filia reflek. "Hah??" Elliot bingung. "Bagaimana kalau besok, kamu keluar dari hotel, dan aku gak ada. Nanti dikira istrimu kabur." Ucap Filia cuek lalu berjalan ke arah sofa. "Bagaimana keadaanmu? Apa sudah lebih baik.?" Tanya Elliot menatap Filia, dan melihat jam. "Sekarang baru jam 3 pagi, Apa efek obatnya sudah bekerja?" Tanya Elliot. Filia hanya mengangguk dan merebahkan dirinya di atas sofa. "Lebih baik, kamu tidur di sini." Ucap Elliot menunjuk tempat tidur. "Sudahlah, aku tidur di sini saja." Ucap Filia tak menghiraukan Elliot. Elliot, memang agak susah untuk naik atau turun dari kursi rodanya. Tadi saja, dia menghabiskan waktu sekitar 15 menit, untuk naik ke kursi roda dan hampir mengompol. Karena dia juga tak ingin terus-terusan meminta Theo atau pengawal lainnya membantunya
"Kamu kenapa?" Tanya Elliot khawatir, yang menunggu di pintu kamar mandi. "Gak.Aku gak. Kenapa-kenapa." Ucap Filia yang keluar setelah berkumur dan membasuh wajahnya. "Gak, aku gak. Kenapa-kenapa." Ucap Filia berusaha menjauh dari Elliot. "Aku pasti sudah gila, membayangkan hidup rukun bersama Elliot itu. Bagaimana bisa aku memikirkan hal yang bodoh seperti barusan." Batin Filia. Kadang, hanya dengan membayangkan dia memiliki hubungan lebih dengan seorang laki-laki membuat ia merasa mual. "Tuan, Nyonya. Sarapan anda sudah siap." Ucap Theo yang mengetuk dan masuk bersama seorang pelayan, mendorong kereta makanan yang sudah di pesankan Theo dan meletakkannya di meja makan."Theo, apa wartawan sudah pergi?" Tanya Elliot pada Theo, karena dia tidak betah jika harus berdiam di kamar hotel selama satu minggu sesuai rencananya dan Alisa. "Saya rasa mereka masih menunggu anda. Dan menanti kejelasan hubungan anda dan Nona Alisa." Jawab Theo. Karena mereka juga tahu, hal itu adalah satu r