Share

11. Dilema

Author: Sashie Rahma
last update Last Updated: 2022-09-13 21:57:54

Dalam diam Hamdan menatap ke luar jendela mobil. Saat ini ia tengah dalam perjalanan pulang ke House of Falasi, kediamannya. Sekeluarnya dari kediaman ayahnya, tidak ada sepatah katapun yang terucap dari mulutnya. Hanya masuk ke dalam mobil tanpa memberi perintah pada supirnya. Dan Mr. Raj pun tidak banyak bertanya. Melihat wajah tegang dan lelah milik tuannya ia langsung saja menjalankan mobil ke House of Falasi yang berada di wilayah private berdekatan dengan Burj Khalifa.

Mata Hamdan menerawang menatap gemerlap lampu dari gedung-gedung pencakar langit yang berderet di kawasan Sheikh Zayeed Road. Sekelebat ingatan masa lalu terefleksi di kepalanya, kemudian tanpa diminta semua kenangan bersama ayahnya bermunculan dan mengalir seperti air. Mulai dari kenangan tentang sepeda pertamanya, latihan berkuda pertamanya, Hamdan yang hampir tenggelam saat belajar berenang hingga sebuah pelukan hangat yang ayahnya berikan saat tahun kemarin Hamdan menjuarai Windsor eundurance race di Inggris.

Kala itu Sheikh Mohammed memeluknya dengan raut bahagia, dengan bangga Sheikh Mohammed menyebutnya 'anakku'. Dan itu semua berbanding terbalik dengan apa yang baru saja terjadi. Sheikh Mohammed menyebutnya kurang ajar bahkan menamparnya yang mana hal tersebut tidak pernah dilakukan oleh Sheikh Mohammed kepada semua anaknya. Kini Hamdan menjadi yang pertama yang menerima tamparan dan kata-kata kasar dari ayahnya yang terkenal lembut serta penyayang tersebut.

"Sheikh, Sheikh...," Mr. Raj memanggil Hamdan beberapa kali, "sudah sampai," tambah Mr. Raj ketika dengan geragapan Hamdan menanggapi panggilannya.

"Ah... iya." Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Hamdan keluar dari mobil dan berjalan lurus ke dalam rumah. Terus masuk ke dalam kamar, melewati rangkaian sofa dan meja kerja Hamdan membuka pintu penghubung ke tempat tidurnya dan terus ke kamar mandi. Ia butuh air hangat dan waktu sendiri untuk berpikir.

Hampir satu jam dan Hamdan baru keluar dari kamar mandi. Setelah berganti baju dengan kaus longgar dan celana piyama, Hamdan berjalan melewati kopernya yang masih tergeletak di dekat tempat tidurnya dan lebih memilih berbaring di kasurnya yang nyaman.

Hamdan memejamkan matanya dengan tangan kiri yang ia gunakan sebagai bantal dan tangan kanan menutupi matanya. Tapi ia tak kunjung tertidur, gelisah masih menguasainya. Hingga seraut wajah pucat yang tengah tersenyum muncul di kepalanya.

Ia teringat dengan foto Rebecca yang dibelinya di lelang. Hamdan bangkit dari tidurnya dan berjalan melewati pintu kamarnya dan menuju ke meja kerjanya. Foto Rebecca masih tersimpan rapi dan dibungkus dengan kertas khusus. Perlahan Hamdan membukanya. Termenung, ia menatap refleksi Rebecca di foto tersebut.

Tidak dapat Hamdan pungkiri jika ia memang memiliki ketertarikan tersendiri pada Rebecca. Ketertarikan yang setiap hari justru semakin kuat ia rasa. Rebecca berbeda dengan beberapa wanita yang ia kenal, terkadang Rebecca begitu tertutup dan pendiam tapi di lain kesempatan ia begitu berani dan ceria. Sangat menarik. Terlebih senyumannya, lembut dan menenangkan.

Ah, Rebecca. Tidak ada apa-apa di antara kita tapi kenapa semua seolah berniat menjauhkan kita? Batin Hamdan gusar.

*****

"Astagfirullah! Ya Hamdan! Jangan bertindak gila. Aku belum menikahi Madiyah dan kau ingin membunuhku terlebih dulu?" Ahmed berteriak dengan tangan yang berpegangan erat pada sisi tempat duduknya.

Sementara itu Hamdan tertawa keras tak menggubris Ahmed yang kembali menjerit akibat ia membelokkan mobil tiba-tiba dan dengan kecepatan tinggi. Hamdan kembali tertawa saat Ahmed mendesis marah kepadanya, bahkan laki-laki yang usianya terpaut lima tahun lebih muda dari Hamdan itu berani memukul kepala Hamdan dengan keras. Tapi Hamdan  masih tidak memedulikan Ahmed, ia justru memacu mobilnya semakin cepat melewati jalanan besar menuju Sharjah.

"Astagfirulah, demi Allah. Jika kau tidak sayang aku, setidaknya pikirkan bugati mahalmu ini," jerit Ahmed.

"Baiklah-baiklah... kau ini, tidak keren. Hanya usiamu saja yang muda, tapi kau tidak berjiwa muda." Hamdan mulai mengurangi kecepatan dan mengendarai mobilnya dengan tenang. Tujuan mereka hari ini adalah ke teluk Fujairah. Menyelam dan memancing.

Tidak sampai satu jam mereka sudah memarkirkan bugati Hamdan yang terlihat mencolok di dermaga. Hamdan dan Ahmed berjalan beriringan ke tempat kapal mereka ditambatkan. Seorang pria berkulit hitam menyambut Hamdan dan Ahmed. Kemudian pria tersebut membimbing Hamdan dan Ahmed masuk ke dalam kapal yang berukuran tidak terlalu besar. Setelah semua siap mereka berlayar ke teluk Fujairah.

Hamdan sudah berganti dengan baju selam sedangkan Ahmed sudah siap dengan pancingan yang bahkan kailnya sudah ia lempar ke lautan. "Ah ya, kenapa kau mengajakku memancing?" tanya Ahmed.

"Tidak kenapa-kenapa, hanya ingin saja." Hamdan menyiapkan tabung oksigennya.

"Kau tidak sedang patah hati kan kak?" nada bicara Ahmed melunak, bahkan ia menatap Hamdan penuh perhatian.

Hamdan tertawa, "bagaimana bisa disebut dengan patah hati jika kenyataannya aku belum memulai apa-apa?" nada bicaranya terdengar ringan tanpa beban.

"Hmm, jadi itu benar." Ahmed mengangguk-angguk. "Kenapa kau mencintai gadis itu?" tanya Ahmed ingin tahu.

"Siapa yang bilang aku mencintainya? Aku hanya tertarik padanya," jawab Hamdan.

"Itu sama saja kak, semua berawal dari rasa tertarik, lalu suka, lalu tak bisa jika tanpanya, lalu rasa rindu muncul dan detik itu juga kau akan mendapat satu kesimpulan, kau mencintainya," kata Ahmed panjang lebar. "Percaya padaku, setidaknya pengalamanku lebih bisa dibanggakan dari pada pengalaman cintamu," tambah Ahmed.

"Apa yang bisa dibanggakan?" Hamdan mencibir, "kau dijodohkan dengan Madiyah sejak kalian umur 7 tahun," lanjut Hamdan.

Ahmed tertawa membenarkan, "kak kalau kau memang mencintai gadis itu, maka perjuangkan," ujar Ahmed mantap.

"Namanya Rebecca. Ibu tidak menyukainya, ayah memintaku menjauhinya lalu media menghakiminya sebagai wanita penggoda. Untung saja Rebecca tidak menguasai bahasa kita sehingga ia tidak mengerti."

"Hmm, namanya Rebecca, lalu...," Ahmed menganggukan kepalanya dan meminta Hamdan melanjutkan penjelasannya. Tapi konsentrasinya mulai terpusat pada kail pancingnya. Merasakan ada tarikan kuat Ahmed segera menarik pancingnya cepat.

"Untuk beberapa waktu ini aku ingin menjauhinya, aku akan mengikuti keinginan ayah. Jadi aku akan menyerahkan tanggung jawab Hamdan Food and Nutrition Organization padamu." Bersamaan dengan berakhirnya penjelasan Hamdan, terdengar bunyi sesuatu tercebur. Sontak Hamdan menatap ke samping kirinya. Ahmed tidak berada di posisinya berdiri tadi. Hanya ada pancing dan jaring ikan.

Sontak Hamdan melongokkan kepalanya menatap ke bawah. Hamdan tertawa saat ia melihat Ahmed timbul tenggelam berenang melawan arus laut sembari melambaikan tangannya meminta tolong agar Hamdan membantunya kembali ke kapal.

Dengan bantuan Fadel, Hamdan berhasil menarik Ahmed mendekat ke kapal agar dapat memanjat dari sisi kapal. Hamdan mengulurkan tangannya saat Ahmed sudah sampai di tangga teratas. Tidak sampai disitu saja, Ahmed yang sudah berhasil berada di atas kapal harus terjungkal karena terpeleset akibat kakinya yang basah.

"Demi Allah! Bersumpahlah kau tidak akan menyebarkan kejadian ini," cerocos Ahmed yang meminta agar Hamdan tidak memberitahu siapapun tentang Ahmed yang tercebur ke dalam laut gara-gara memancing. Dengan napas tersengal, tanpa sungkan Ahmed melepaskan kaus hitam lengan panjangnya.

"Aku tidak bisa janji. Ini terlalu menyenangkan untuk dilupakan." Hamdan menatap Ahmed menggoda lalu terbahak saat Ahmed menatapnya tajam.

*****

To be continued.....

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Istri Putera Mahkota    45. Love Has No Reason

    "Kau mau membaca habibti?" tanya Hamdan. Tangannya membolak-balik lipatan surat kabar mencari headline yang menarik hatinya. Hal itu tak lepas dari pengamatan Rebecca. Namun Rebecca tertegun saat salah satu surat kabar berbahasa inggris yang biasa menjadi langganan Rebecca dan warga asing lainnya justru menampakkan gambar dirinya dengan headline bertinta merah yang dicetak besar-besar. Begitu juga dengan Hamdan. Ia sempat tertegun beberapa saat. Namun ketika tersadar ia segera menutupi tajuk 'Is She Worth It' tersebut dengan harian Dubai yang menyajikan berita Global Economic Syariah yang akan diselenggarakan di Italy bulan depan.Mata cokelat kelamnya mencari mata Rebecca. Hamdan merasakan dadanya berdenyut nyeri saat ia dapat melihat luka di mata Rebecca. "Rebecca... habibti," panggil Hamdan. "Hei, jangan fikirkan itu. Bukankah aku sudah mengatakan padamu jangan memedulikan anggapan orang lain. Jangan dengar apapun jika itu dari orang lain. Lihat aku dan hanya dengar kata-kataku,"

  • Menjadi Istri Putera Mahkota    44. Is She Worth It?

    Kenapa aku baru melihatnya sekarang?" "Melihat apa?" Hamdan menjawab pertanyaan Rebecca dengan sebuah pertanyaan. Tangan kanannya terus menggenggam erat jemari halus Rebecca dan mengayunkannya ke depan-belakang. "Frosty," jawab Rebecca singkat. Kedua mata lebarnya berbinar, nampak sekali jika ia sedang antusias. "Oh itu," gumam Hamdan seolah tak peduli. Membuat Rebecca mencebikkan bibirnya. Sinar bahagia di matanya kini berganti dengan sebuah kekesalan yang tidak ditutup-tutupi."Dan...." Rebecca merengek lalu berusaha melepaskan genggaman tangan Hamdan.Hamdan tersenyum. Ia berhasil membuat Rebecca kesal dan juga merengek meminta perhatian. Selama ini Rebecca tak pernah sekalipun merengek manja meminta perhatian. Tapi kalau merengek karena, emm... sentuhan Hamdan, rasanya jemari di kedua tangannya sudah tak dapat lagi menghitung berapa jumlahnya."Frosty baru saja dikirim kesini pagi tadi. Dua bulan lalu ia kutitipkan di rumah bibi Fatima untuk dikawinkan. Dan setelah berhasil, pa

  • Menjadi Istri Putera Mahkota    43. Aku Menginginkanmu... Lagi.

    Mereka berdiri di pijakan batu di english garden yang baru beberapa hari ini ditata ulang karena permintaan Rebecca yang menginginkan Agapanthus warna biru ditambahkan disana. Tinggal beberapa meter saja mereka sampai di kamar, tapi keduanya terpatri dan berdiri membeku seakan-akan ada gaya gravitasi yang membuat mereka tak dapat menggerakkan tubuhnya."Aku bahagia melihat senyummu, tapi aku tersanjung saat melihatmu tertawa karena aku," ujar Hamdan. Suaranya serak dan dalam. Tiba-tiba saja mulut Rebecca terasa kering.Tak kuasa menatap mata Hamdan dalam waktu yang lama, Rebecca menundukkan kepalanya. Sekaligus untuk menyembunyikan pipinya yang merona. Rebecca terkesiap tatkala jemari kasar khas lelaki menyentuh pipinya. Rebecca memejamkan mata, tatkala merasakan ibu jari Hamdan mengusap sudut matanya lalu bergerak menyusuri rahang Rebecca dan berakhir di bibir bawahnya.Hamdan tertegun saat jemarinya menyentuh kelembutan Rebecca. Ia baru menyadari jika efek Rebecca begitu dahsyatnya.

  • Menjadi Istri Putera Mahkota    42. Dimulai Dengan Senyuman

    Rebecca dan Shammah berjalan beriringan melewati jalan bebatuan yang membelah rerumputan hijau nan empuk di halaman depan House of Falasi, hampir pukul sepuluh malam, seharusnya mereka berdua sampai di rumah tidak lebih dari pukul sembilan.Namun sifat Shammah yang manipulatif membuat Rebecca tidak bisa menolak saat Shammah mengajaknya mampir ke Laduree menikmati secangkir teh ditemani dengan Macaroon rasa vanilla mereka yang legendaris. Sedangkan Shammah memilih Cheese Cake dan Tiramissu.Sejak keluar dari Hamdan bin Mohammed Smart University Shammah terus-terusan mengoceh dengan ceria. Sifatnya hampir berbanding terbalik dengan seluruh kakak perempuannya. Shammah lebih terlihat seperti Ahmed versi perempuan. Mungkin sewaktu kecil Shammah menjadikan Ahmed sebagai pahlawannya. Remaja itu juga tak henti-hentinya memuji Rebecca. Membuat Rebecca kehilangan kata-kata dan hanya menanggapinya dengan senyuman. Jujur ia tak tahu harus menanggapi Shammah seperti apa. Seumur hidup baru kali in

  • Menjadi Istri Putera Mahkota    41. The Lady Al Rasheed

    Rebecca gelisah di tempat duduknya. Mengabaikan Shammah yang sedari tadi mengoceh entah tentang apa. Hanya kuku patah dan pashmina kusut yang dapat Rebecca tangkap. Sejak meninggalkan House of Falasi, Rebecca hanya bisa meremas-remas tangannya gusar. Siang tadi Hamdan diperbolehkan pulang setelah hasil CT scan, MRI, dan beberapa tes lainnya menunjukkan jika Hamdan tidak mengalami cidera yang berbahaya. Sampai di rumah, sekretaris Hamdan, Mr. Owaisi mendatangi mereka dan menyampaikan jika malam ini Hamdan harus datang di acara penyambutan mahasiswa baru di Hamdan bin Mohammed Smart University. Melihat keadaan Hamdan saat ini, tidak memungkinkan untuknya menyampaikan sambutan. Agak disayangkan memang. Karena seperti biasanya sambutan Hamdan adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Selain Hamdan adalah pemilik Universitas berkualitas internasional tersebut, Hamdan juga selalu menyampaikan pesan-pesan yang selalu menjadi motivasi bagi seluruh mahasiswa. Awalnya Rebecca mengusulkan agar

  • Menjadi Istri Putera Mahkota    40. Pembelaan Pembelaan Kecil

    "Dia memang kurang ajar, baru kemarin menikah tapi bertingkah konyol dan membuat istrinya menangis. Bukankah seharusnya ia bermesraan dengan istrinya? Kenapa dia justru kencan dengan parasut kuning menjijikkan itu?" Ahmed mencibir namun dengan nada bicara yang penuh humor. Dan berhasil. Guyonan garingnya menimbulkan senyum tipis di bibir Rebecca.Sekuat hati Rebecca menahan diri agar tidak menghambur dan memeluk Hamdan. Ada Sheikha Hind disana. Sejak mendengar pembicaraan suami dan ibu mertuanya, Rebecca menjadi lebih segan kepada Sheikha Hind. Menit demi menit Rebecca tetap bertahan dengan posisinya. Bahkan ia tidak menyingkir sedikitpun saat teman-teman Hamdan pamit untuk pulang. Yang Rebecca lakukan hanya merapal doa, memohon agar Hamdannya baik-baik saja. Ahmed pun sudah lelah karena kakak iparnya selalu menolak permintaannya agar duduk di sofa. Dalam diam mereka memerhatikan Hamdan yang masih belum sadar. Perlahan kelopak mata Hamdan bergerak-gerak. Sekian detik berikutnya Hamd

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status