Share

15. Mual

“Tumben? Sendiri? Emran mana?” Inez yang kesehariannya selalu nempel terus dengan Emran, kini tampak sendirian.

“Emran sedang sakit. Dia tidak masuk kuliah hari ini,” jawab Inez.

“Kamu tidak ikutan sakit?”

"He hee.. Dua sejoli bukan berarti yang satu sakit, maka yang lain ikutan sakit. Kamu ada- ada saja."

"Kalian sangat serasi." Habiba sudah mulai bisa membaur dan memulai hidup baru setelah menata kembali perasaannya yang sempat hancur berkeping-keping.

Mereka berjalan menuju pendopo, menunggu kelas dimulai. Masih ada lima belas menit lagi. Duduk di kursi ditemani semilir angin pagi yang asri, keduanya mengobrol.

Sebenarnya Habiba tidak bersemangat untuk mengobrol begini dengan Inez, tapi ia harus bia menyingkirkan rasa kesal itu dan berdamai dengan situasi. Inez tidak bersalah.

“Bagaimana kondisi ibumu?” Inez merapatkan duduk, merangkul pundak Habiba.

Lagi-lagi Habiba mencium aroma parfum yang menusuk, lengan Inez terangkat hingga ketiak pun terbuka. Seketika aroma parf
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status