Home / Romansa / Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan / BAB 6. DALENA MENJADI PENGASUH BABY RACCEL

Share

BAB 6. DALENA MENJADI PENGASUH BABY RACCEL

Author: Te Anastasia
last update Last Updated: 2024-04-26 20:53:19

"Tidak Tuan, saya belum pernah bertemu Tuan sebelumnya."

Dalena was-was dengan tatapan mata Damien padanya. Barulah setelah itu jabatan tangan mereka terlepas.

"Silakan duduk," titah Damien.

"Terima kasih, Tuan."

Dalena duduk menundukkan kepalanya. Damien tak henti memberikan tatapan dingin.

Detak jantungnya berpacu hebat, Dalena takut kalau Damien mengenalinya.

"Jadi Nona ingin menjadi pengasuh putriku? Nona punya pengalaman apa soal anak-anak, perlu Nona tahu kalau saya tidak sembarangan mencari seorang pengasuh!" tegas Damien menunjukkan sisi posesifnya.

"Saya... Saya bisa menjaga putri Tuan dengan baik. Saya akan meluangkan semua waktu saya untuk menjaganya dan merawatnya sepenuh hati."

Dalena berusaha membuat Damien percaya.

Laki-laki itu berdehem pelan, ia meraih sebuah surat lamaran kerja milik Dalena yang berada di atas meja. Semua isi surat itu sedikitnya adalah kebohongan, apalagi tentang identitas Dalena yang pernah menetap di Barcelona.

"Daddy! Dad... Raccel mau jalan-jalan! Daddy di mana?!"

Suara teriakan melengking anak perempuan itu membuat sekujur tubuh Dalena bergetar. Ia menatap ke depan di mana seorang anak perempuan mungil berparas cantik muncul dari sana berjalan lincah.

"Daddy!" teriaknya keras-keras dengan berkacak pinggang.

"Daddy di sini, Princess. Kemarilah Sayang..." Damien melambaikan tangannya.

Dalena ternganga saat Raccel berjalan mendekat, wajah anak itu sangat-sangat mirip dengan Cassel. Dalena ingin menangis saat ini hingga ia menundukkan kepalanya dan meremas kuat tas yang ia bawa.

Raccel berdiri di samping Damien dan menatap lekat pada orang asing di hadapannya yang tak lain adalah sosok Dalena.

"Siapa Tante itu, Daddy?" tanya anak itu berdiri memegangi jemari Damien.

"Dia-"

"Hai Tante," sapa Raccel tersenyum melambaikan tangannya pada Dalena.

Hati Dalena bagai diremas kuat saat Raccel memberikan senyuman padanya. Ingin sekali dia langsung memeluk dan mendekap Raccel menumpahkan air mata kerinduannya selama ini.

"Hai Sayang, Nona kecil cantik sekali," balas Dalena memberikan pujian yang manis untuk Raccel.

Bocah itu mendekat, dia menatap boneka gantungan tas milik Dalena. Salah satu koleksi boneka dinosaurus milik Cassel.

Mata cokelat Raccel terangkat menatap Dalena. Dia mengerjap polos dan mengulurkan tangannya.

"Mau kenalan boleh, tapi setelah itu pinjam bonekanya," pintanya seraya menunjuk tas milik Dalena.

"Tentu saja boleh." Dalena membalas uluran tangan mungil. "Nama Tante, Dalena. Tante ke sini ingin menjadi pengasuh atau Nanny untuk Nona Manis."

"Hemm, begitu ya! Oh... Namaku Raccel! Raccel-nya Daddy!" seru anak itu sebelum dia tersenyum.

Dalena terkekeh gemas mengusap pucuk kepala Raccel setelah ia mengenalkan dirinya akan menjadi Nanny atau pengasuh untuk Raccel. Barulah dia memberikan boneka dinosaurus berwarna hijau di tasnya.

Sementara Damien memperhatikan mereka berdua dengan perasaan terheran-heran, bahkan Thom yang sesekali beradu tatap dengannya seolah saling melempar isyarat.

Bagaimana bisa? Bagaimana bisa Raccel semudah itu dekat dengan wanita ini. Bahkan biasanya dia sangat anti dengan siapapun, tapi kenapa dengan wanita ini dia langsung bercakap-cakap dan tidak angkuh mengenalkan diri!

"Bagus, Raccel suka..." Boneka dinosaurus itu dipeluknya.

"Ambil saja buat Raccel," balas Dalena.

Anak perempuan bertubuh mungil itu kembali menoleh pada Daddy-nya. Dia berdiri seraya menunjuk ke arah Dalena.

"Raccel mau sama Nany Dalena, Daddy!" serunya dengan nada memerintah.

Tatapan mata dingin Damien bertemu dengan tatapan mata Dalena yang penuh kewaspadaan.

"Raccel, kau belum mengenal Tante ini, paham?" seru Damien membujuk lembut.

"No Daddy! Raccel hanya mau Nanny Dalena!" serunya dengan keras kepala.

Damien berdecak begitu melihat Raccel kini memegangi lengan Dalena. Suatu kelemahan baginya saat Raccel meminta sesuatu, pastilah dia turuti.

Dia mendongak menatap wajah cantik Dalena. Mata mereka yang seolah menjawab akan semua waktu yang berlalu.

Teringat tangisan Raccel waktu dia bayi saat Dalena meninggalkannya di depan rumah Damien, empat tahun lalu.

"Nanny Dalena jangan dengarkan Dady-ku, okay?!" perintah anak itu.

Dalena menatap Damien. Mau tidak mau laki-laki itu memberikan anggukan setuju.

"Baiklah, aku menerimamu menjadi pengasuh Raccel. Tapi dalam waktu beberapa hari ini aku sendiri yang akan mengawasimu cocok tidaknya kau menjadi pengasuh putriku!" tegas Damien.

Dalena mengangguk setuju, ia amat sangat bersyukur.

"Baik Tuan. Terima kasih banyak..."

Lega rasanya, Dalena kini bisa menyentuh Raccel dan melihat senyuman putrinya lebih dekat. Bahkan Dalena bisa menghabiskan waktu bersama Raccel sepuasnya.

Air matanya berdesakan tak terbendung. Rasa rindu yang meronta-ronta, namun Dalena tidak akan semudah itu membawa Raccel pergi bersamanya. Damien bukanlah orang yang mudah dia hadapi.

'Aku harus berusaha lebih keras lagi, akhirnya aku bisa menyentuh putriku. Raccel... Ini Mami nak,' batin Dalena menangis saat ia mengusap pipi Raccel. "Di hadapanmu saat ini Mami, Raccel-ku Sayang!'

**

Hari sudah gelap, pengasuh cantik di kediaman Escalante itupun sudah berpamitan pulang setelah dia berhasil membuat Raccel tertidur. Padahal menidurkan seorang Tuan Putri kecil milik Damien adalah bagian paling sulit, namun Dalena melewatinya dengan mudah.

Damien menjadi terheran sekaligus kagum. Laki-laki itu berdiri menatap pemandangan malam yang sunyi di balik kaca jendela di ruangan kerjanya.

"Saya rasa memang Dalena adalah pengasuh yang baik untuk Nona Raccel, Tuan."

Suara bariton tegas itu berasal dari Thom yang sedang berdiri di depan meja kerja di dalam ruangan itu.

Damien menyergah napas panjang, sebelum ia berbalik.

"Kau tahu sendiri, putriku tidak mudah dekat dengan siapapun selama ini."

"Benar Tuan."

"Tapi dengan pengasuh baru itu, makan pun dia tidak rewel lagi. Bisa jadi karena memang Raccel yang memilih sendiri!" Damien duduk dan ia tersenyum tipis. "Aku akan memintanya untuk full time menemani Raccel, itupun kalau dia lolos seleksi dariku!"

Thom mengangguk setuju dengan sang Tuan. Tidak mudah baginya sebagai tangan kanan Damien mencarikan pengasuh untuk Raccel, apalagi putri kecil Tuannya itu bukanlah anak biasa.

Sosok Raccel yang nakal, tantrum, dan gampang menolak apapun jenis makanan. Namun setengah hari bersama Dalena, anak itu terus bermain sambil meminta Dalena menyuapinya.

"Di mana Nanny Dalena?! Nanny..!"

Suara teriakan dan tangisan terdengar melengking di lantai dua.

Damien sontak terkejut. "Raccel!"

Laki-laki itu langsung berlari keluar dan mendekati Raccel yang menangis di pertengahan anak tangga membawa boneka dinosaurus yang Dalena berikan padanya siang tadi.

"Princess, kenapa bangun lagi, Sayang? Kenapa menangis?" Damien langsung kembali menggendongnya.

"Mana Nanny Dalena? Raccel mau bobo sama Nanny," jawab anak itu menangis keras-keras.

"Dia sudah pulang, besok pagi akan ke sini lagi. Jangan menangis, tidur sama Daddy saja, okay?"

"Tidak mau! Mau sama Nanny Dalena! Ihhh Daddy pasti nakal!" teriak anak itu memukuli tubuh Damien.

"Astaga, Raccel..."

Raccel menangis keras-keras dan marah, dia memberontak dalam pelukan Damien hingga meminta turun dari gendongan Daddy-nya.

Sedangkan Damien mengikuti dan mengawasi putrinya yang menangis berteriak mencari Nanny-nya. Raccel berlari hingga ke teras depan, ia berdiri di sana menangis mencari-cari sosok Dalena.

"Nanny... Huwaa, kenapa Nanny pulang?! Nanny Dalena!" teriak Raccel menangis keras-keras.

"Raccel, dengarkan Daddy Sayang... Nanny besok ke sini lagi, Raccel harus tidur supaya Nanny cepat ke sini," bujuk Damien menekuk lututnya di samping Raccel.

"Daddy nakal," serunya mendekat dan memeluk leher Damien. "Raccel mau main lagi sama Nanny!"

"Ssshhhttt... Iya Sayang, besok pagi ya," bisik Damien mengusap lembut punggung Raccel dan menenangkannya.

Sedangkan Raccel masih menangis terus menerus. Damien menoleh pada Thom yang berdiri di dekat pintu memperhatikan mereka.

"Thom, hubungi pengasuh itu lagi! Minta padanya untuk datang kembali ke sini besok. Katakan kalau ini perintah dari Damien Escalante!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Lusianna Barus
semoga damien itu delena itu ibunya raccel
goodnovel comment avatar
Febri Abriani
lagi dong kak
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   UJUNG KISAH YANG BERBAHAGIA

    Sejak pagi hingga sore hari, di kediaman Keluarga Escalante sangat sibuk. Mereka menyiapkan pesta keluarga untuk malam ini. Hingga siang berganti malam, rumah megah berlantai dua itu nampak dihiasi dengan meriah lampu-lampu di luar rumah, maupun di dalam rumah. Dalena tersenyum melihat anak-anaknya berkumpul bersama. "Baru kali ini acara akhir tahun menjadi sangat meriah, iya kan, Sayang?" Dalena menoleh pada sang suami yang berdiri di sampingnya."Iya. Mungkin itu semua karena kita bisa melihat anak-anak kita, menantu kita, cucu kita berkumpul bersama. Sangat membahagiakan, Sayang." Damien merangkul pundak Dalena memperhatikan pemandangan ruangan di dalam rumah yang sudah dihias dengan indah oleh Cassel dan Nicholas sejak siang tadi. Sampai tiba-tiba saja, Elsa dan Gissele muncul dari arah lantai dua. Di sana nampak Gissele cemberut dan bersedekap dengan wajah kesalnya. "Ada apa, Sayang? Sini..." Damien melambaikan tangannya pada Gissele. Dalena juga ikut melambaikan tangannya

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 316. (CASSEL STORY) - Musim Dingin Dalam Kehangatan

    Salju turun cukup tebal kemarin, dan siang ini Cassel mengajak anak istrinya untuk pergi membelikan beberapa makanan, dan juga hadiah. Mereka akan menghabiskan beberapa hari di musim dingin bersama dengan keluarga Cassel. Mereka bertiga datang ke sebuah pusat perbelanjaan. Di sana, Gissele sibuk memilih mainan, camilan, dan hiasan-hiasan yang menarik perhatiannya. "Sayang, jangan mengambil gantungan banyak-banyak, nanti mau ditaruh di mana lagi?" Elsa merebut beberapa boneka gantung yang Gissele ambil. "Gissele mau itu, Ma!" seru bocah itu menunjuk ke sebuah lonceng-lonceng kecil. "Astaga ... untuk apa, Sayang?" Elsa mengusap wajahnya. "Sana, Gissele sama Papa saja. Minta gendong Papa." Anak itu cemberut. Kalau sudah bersama Papanya, dia tidak akan diturunkan dari stroller. Namun, meskipun dengan wajah protes, Gissele pun patuh dengan Elsa dan anak itu mendekati Cassel, meminta gendong dan meminta didudukkan di atas stroller miliknya. "Sudah ... Gissele duduk di sana saja, se

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 315. (CASSEL STORY) - Kita Adalah Dua Insan yang Saling Melengkapi

    "Mommy dan Daddy ingin kalian menginap di sini. Kapan kalian bisa? Daddy ingin membuat party bersama kalian juga..." Suara di balik panggilan itu adalah suara Dalena yang kini bertanya pada Elsa dan Cassel. Setelah hampir tiga mingguan Cassel dan Elsa tidak datang ke kediaman orang tuanya karena sibuk. "Mungkin besok malam kita akan ke sana Mom, besok kan sudah mulai libur akhir tahun," jawab Cassel tersenyum."Iya. Janji ya, Nak ... Mommy sudah sangat kangen dengan Cucu cantik Mommy," ujar wanita itu. Cassel beranjak dari duduknya, laki-laki itu melangkah masuk ke dalam kamar. Dia menunjukkan kamera ponselnya ke arah Gissele yang kini tengah mengacau pekerjaan Elsa. Karena Elsa mempunyai banyak pesanan hingga menyentuh hampir seribu bouquet selama musim dingin ini, dia pun membawa beberapa bunga dan membentuknya di rumah. "Sayang, dicari Oma, katanya Oma kangen," ujar Cassel menyerahkan ponselnya pada Gissele.Anak cantik dengan rambut pirang cerah itu langsung melebarkan kedua

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 314. (CASSEL STORY) - Waktu Untuk Berdua

    Pagi setelah menginap di tempat orang tua Cassel, esok harinya Elsa nampak sibuk di rumah. Gadis itu kini tampak bergelut dengan beberapa pekerjaan rumah, termasuk membuat banyak kue yang akan ia antarkan ke panti asuhan seperti biasa. "Mama buat kue banyak sekali? Mau dibawa ke panti, ya?" tanya Gissele yang kini membantu Mamanya memasukkan beberapa kue dalam sebuah box. "Iya Sayang. Tapi Gissele tidak usah ikut, ya ... Gissele di rumah saja dengan Tante Raccel dan Oma," ujar Elsa menatap putrinya. Dan dengan patuh Raccel menyetujui hal itu. Bukan tanpa alasan Raccel melarang putri kecilnya untuk ikut, melainkan sejak awal, pengurus panti meminta Elsa untuk tidak sering-sering lagi membawa Gissele ke panti, mereka takut Gissele ingat masa dulu dan tidak mau pulang lagi ke rumah. Anak perempuan itu mengangguk patuh, namun dia cemberut, seolah-olah dia memang tidak setuju dengan apa yang Mamanya pinta padanya. "Mama, hari ini Gissele mau pergi beli sepatu baru kata Papa," ujar an

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 313. (CASSEL STORY) - Apapun Keputusanmu, Sayang

    Setelah kondisi Elsa kembali sehat, Cassel pun memutuskan untuk mengajak istrinya pergi jalan-jalan bersamanya dan putri mereka.Setelah puas menemani Gissele bermain di taman dan game zone, mereka bertiga kini pergi ke rumah orang tua Cassel. Kedatangan mereka disambut dengan sangat hangat, terlebih lagi di sana ada Raccel dan anak kembarnya. "Wahh, Cucu Oma akhirnya ke sini juga!" seru Dalena mengendong Gissele dan mengecup pipi gembul anak itu. "Gissele...!" Suara Raccel membuat Gissele menoleh, anak perempuan dengan dress merah muda itu langsung berlari ke arah Raccel di ruang tengah. Sementara Elsa, gadis itu meletakkan paper bag berisi makanan di atas meja, dan Cassel juga berjalan ke dapur mengambil minuman dingin. "Raccel di sini sejak kapan, Mom? Nicho ke mana?" tanya Cassel menatap sang Mama. "Nicholas sedang ada urusan kantor dengan Daddy, mereka ke luar kota, Sayang. Raccel memang sekarang Mommy minta untuk pindah ke sini, merawat Lovia dan Livia sendirian itu sangat

  • Menjadi Pengasuh Anak Presdir yang Kutinggalkan   BAB 312. (CASSEL STORY) - Anakku Tersayang...

    "Dokter Cassel, apakah ada jadwal yang lain lagi hari ini?" Cassel menoleh ke belakang saat rekannya bertanya, begitu Cassel keluar dari ruangan operasi. Cassel menggelengkan kepalanya. "Tidak dok. Aku akan pulang cepat hari ini karena istriku sedang sakit," jawab Cassel sembari tersenyum. "Oh begitu, baiklah..." Tanpa menjawab apapun lagi, Cassel segera bergegas keluar dari dalam ruangan itu dan ia berjalan ke arah ruangannya sendiri.Laki-laki dengan jas putih itu membuka ruangan pribadinya. Di sana, Cassel langsung meraih ponsel miliknya dan ia melihat apakah dirinya mendapatkan pesan dari Elsa atau tidak?Cassel menghela napasnya panjang dan tersenyum. Baru saja dia ingin melihat pesan, Elsa sudah memberikan kabar lebih dulu padanya."Hemm, tumben sekali dia memintaku membawakan makanan? Biasanya juga selalu menolak," gumam Cassel. Segera Cassel menghubungi Elsa. "Halo Sayang, kau ingin menitip makanan apa, hem?" tanya laki-laki itu. "Bukan aku. Tapi Gissele, dia ingin mela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status