Jose mematikan rokoknya, berpikir sejenak, lalu berkata, "Nggak ada apa-apa, kamu pergi saja."Selesai bicara, dia langsung berdiri dan masuk ke rumah, meninggalkan Aura yang berdiri di tempat dengan wajah bingung.Benar-benar moody! Aura menggigit pelan bibir merahnya, lalu melangkah keluar dari vila Jose.Saat sudah di mobil, dia berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk kembali ke vila keluarganya.Toh rumah pribadinya sekarang sudah diketahui semua orang, jadi dia tidak mungkin bisa hidup tenang lagi. Lebih baik pulang, sekaligus lihat apakah Serra dan Ghea masih membuat masalah.Tak disangka, saat sampai di rumah, Aura tidak melihat seorang pun. Kasih yang melihatnya pulang pun tampak agak terkejut."Nona baik-baik saja?" Kasih mendekat, memperhatikannya dengan saksama. "Dua hari lalu Ghea kasih tahu Tuan Anrez alamatmu. Aku benar-benar khawatir beliau akan bikin keributan."Aura merasa agak tersentuh. Akhir-akhir ini, dia bertemu banyak orang. Hanya perhatian tulus dari Kasih ini
"Bi Kasih, kamu pasti syok hari ini. Besok ambil libur sehari. Nanti ke rumah sakit dan periksa dengan benar. Selain itu, bonus bulan ini aku lipat gandakan."Selesai berbicara, Aura melambaikan tangan ke arah Kasih. "Lanjutkan saja kerjaanmu."Ghea yang berdiri di samping pun menggertakkan giginya sekuat tenaga. Aura bukan memberi kenaikan bonus kepada Kasih, melainkan sedang menghinanya!Aura menoleh menatap Ghea dan tersenyum. "Dik, kalau begitu Kakak doakan impianmu segera terwujud. Semoga kamu bisa menikah dengan anggota keluarga kaya ya."Ghea paling suka bersikap sok lembut dan memakai nada seperti ini untuk membuat orang kesal. Aura pun menirukan gaya bicara Ghea. Jujur saja, rasanya sangat memuaskan.Setelah itu, dia langsung naik ke lantai atas sambil menggoyangkan pinggang rampingnya. Semakin Ghea marah, semakin Aura senang.Saat sampai di ujung tangga, dia mendengar suara kaca pecah dari lantai bawah. Aura menurunkan pandangannya, tetapi tidak berhenti melangkah dan masuk k
Begitu ucapan itu dilontarkan dari mulut Anrez, bukan hanya Aura yang terdiam. Semua orang yang ada di ruangan langsung membeku.Selama bertahun-tahun ini, Anrez tak pernah sekali pun membela Aura. Setiap kali ada masalah, Aura yang selalu menjadi kambing hitam, sementara Ghea tinggal pura-pura lemah dan menangis sedikit untuk menjadi korban dalam cerita.Ini adalah pertama kalinya Anrez membela dirinya. Aura terkejut, tangannya yang memegang cangkir kopi sampai membeku.Kemudian, dia tersenyum tipis dan berucap, "Aku nggak sanggup terima permintaan maaf dari dia."Serra pun akhirnya sadar situasi hari ini tidak akan berakhir semudah itu. Dia buru-buru melangkah ke arah Ghea dan mendorongnya pelan. "Ghea, dengar kata ayahmu, minta maaf sama kakakmu."Ghea yang akhir-akhir ini terus dipermalukan di depan Aura, sudah menyimpan banyak amarah di hati. Mana mau dia tunduk sekarang?Berpura-pura lemah pun dia tidak sanggup lagi. Ghea tetap berlutut di lantai. Dengan leher tegak, dia berkata,
Aura selalu bertindak cepat dan tegas.Ghea mungkin bodoh, tetapi Aura tidak. Dari awal sampai akhir, dia sama sekali tidak terlibat dalam masalah ini. Justru Ghea sendiri yang tertangkap kamera saat memasang flashdisk. Jika masalah ini benar-benar dibesar-besarkan, yang akan malu tetap Ghea.Serra terdiam sejenak. Ketika dia hendak membalas, tiba-tiba Anrez membentaknya dengan keras, "Cukup! Kamu mau bikin Keluarga Tanjung malu sampai sejauh mana baru puas?"Serra ingin membela diri, tetapi setelah berpikir sesaat, dia akhirnya menunduk dan meminta maaf kepada Aura dengan patuh. "Iya, iya, Bibi salah. Aura, jangan marah ya."Aura tidak menanggapi, malas melihat keluarga ini bermain drama. Dia langsung berdiri dan hendak pergi.Baru mengambil beberapa langkah, Anrez tiba-tiba memanggilnya, "Aura, tunggu sebentar. Ke ruang kerja dulu, ada yang mau kubicarakan."Aura merasa ini bukan peluang baik. Ternyata drama pagi ini diatur untuk dirinya. Dia menoleh, lalu melirik Anrez. "Maaf, aku m
Aura menatap ekspresi Anrez. Nada bicara pria itu terdengar sangat peduli, tetapi semua itu terasa begitu palsu bagi Auta. Ternyata setelah berakting sejak pagi, ujung-ujungnya tetap saja ingin menggunakannya sebagai kambing hitam. Pada akhirnya, tetap dia yang harus menerima semua kesedihan.Aura tertawa sinis. "Jadi semua sandiwara dari pagi ini cuma demi tujuan itu, ya? Aku sempat benar-benar mengira kamu sadar diri dan tulus mau membelaku." Tatapan Aura terhadap Anrez penuh ejekan.Anrez mengatupkan bibirnya dan menghindari pandangan Aura. "Aura, kamu dan Ghea sama-sama anak Ayah. Siapa pun dari kalian yang terluka, Ayah tentu merasa sedih."Aura mengangguk pelan. "Mengharukan sekali. Menurutku, kamu layak mendapat penghargaan sebagai ayah tiri terbaik seibu kota."Anrez terdiam.Selama bertahun-tahun ini, hal yang paling dikuasai Aura adalah bersilat lidah.Wajah Anrez tampak canggun. Namun, seketika dia kembali serius sambil mengernyit dan menatap Aura. "Kamu itu perempuan, kenap
"Aku bisa menyetujui syaratmu. Kalau Ghea memang ada di dekatmu sekarang, ayo kita langsung ke kantor pertanahan. Selesaikan saja urusan rumah itu."Nada bicaranya sarat dengan kekecewaan dan perasaan getir. Namun, Anrez berpura-pura tidak mendengarnya. Dia malah tertawa senang. "Aura, Ayah tahu kamu anak yang pengertian. Kalau begitu, kita bertemu di kantor pertanahan setengah jam lagi." Tanpa menambahkan sepatah kata pun, dia langsung menutup telepon.Aura bisa membayangkan ekspresi puas di wajah ayahnya. Dia pasti sedang tertawa lebar sampai mungkin sampai semua keriputnya juga ikut tertarik.Aura menoleh sekali lagi ke arah vila itu dan menatapnya dengan diam, lalu naik ke mobil dan menyalakan mesin menuju kantor pertanahan.Seperti yang diduganya, Anrez sangat bersemangat. Begitu mobil Aura berhenti, dia sudah berdiri sambil melambaikan tangan. "Aura, sini, ayo cepat."Aura mengatupkan bibirnya, lalu melangkah mendekat dengan sepatu haknya yang berderap ringan. "Semua dokumen suda
Melihat sikap Aura yang tenang dan tak tergoyahkan, Daffa lalu menggertakkan gigi perlahan. "Aura ....""Diam!"Begitu mendengar suara Daffa, wajah Aura langsung berubah dingin. Namun, sebelum dia sempat bicara, Donna sudah lebih dulu membentak Daffa. Dia melirik tajam ke arah Daffa, lalu berbalik menatap Aura.Meski sebelumnya dia pernah diam-diam mengkhianati Aura dari belakang, wajah Donna tetap menampilkan senyum lembut, seolah semua kejadian tak mengenakkan di masa lalu tidak pernah terjadi.Donna melangkah mendekat, lalu menggenggam tangan Aura seperti biasa sambil tersenyum, "Aura, terima kasih karena akhirnya kamu mau berpikir jernih dan bersedia membantu Daffa menjelaskan semuanya."Aura menunduk sejenak menatap tangan Donna yang menggenggam tangannya, lalu menyunggingkan senyum tipis. Sebagai istri orang kaya selama bertahun-tahun, Donna memang ahli berpura-pura.Tanpa mengubah ekspresinya, Aura menarik tangannya perlahan dan membalas senyum itu dengan kaku. "Nggak usah berte
Di dalam lingkaran sosial mereka, semua orang tahu bahwa Aura Tanjung adalah anjing penjilat Daffa Santosa. Wanita ini selalu bersikap rendah diri di hadapan Daffa.Jadi, ketika Aura mengenakan gaun seksi dan mengetuk pintu kamar hotel Jose Alatas, pria itu pun mengangkat alisnya dengan heran."Kamu nggak takut Daffa tahu?" tanya Jose.Aura terkekeh-kekeh sinis, lalu menarik Jose dan menciumnya dengan penuh inisiatif, bahkan terlalu berani. Tercium aroma samar tembakau yang cukup wangi.Semua orang tahu Jose adalah seorang ahli dalam urusan ini. Aura memilihnya bukan tanpa alasan. Pertama karena latar belakang dan kemampuan Jose yang jauh lebih hebat daripada Daffa, jadi ini cukup untuk membuat Daffa marah.Kedua karena Jose adalah tipe pria yang tidak pernah mempertahankan seorang wanita lebih dari sebulan. Habis manis sepah dibuang!Aura yakin dengan tubuh dan parasnya. Jadi, ketika dia tahu Daffa berselingkuh dengan adik tirinya, dia segera mencari Jose.Bukankah Daffa selalu menyom
Melihat sikap Aura yang tenang dan tak tergoyahkan, Daffa lalu menggertakkan gigi perlahan. "Aura ....""Diam!"Begitu mendengar suara Daffa, wajah Aura langsung berubah dingin. Namun, sebelum dia sempat bicara, Donna sudah lebih dulu membentak Daffa. Dia melirik tajam ke arah Daffa, lalu berbalik menatap Aura.Meski sebelumnya dia pernah diam-diam mengkhianati Aura dari belakang, wajah Donna tetap menampilkan senyum lembut, seolah semua kejadian tak mengenakkan di masa lalu tidak pernah terjadi.Donna melangkah mendekat, lalu menggenggam tangan Aura seperti biasa sambil tersenyum, "Aura, terima kasih karena akhirnya kamu mau berpikir jernih dan bersedia membantu Daffa menjelaskan semuanya."Aura menunduk sejenak menatap tangan Donna yang menggenggam tangannya, lalu menyunggingkan senyum tipis. Sebagai istri orang kaya selama bertahun-tahun, Donna memang ahli berpura-pura.Tanpa mengubah ekspresinya, Aura menarik tangannya perlahan dan membalas senyum itu dengan kaku. "Nggak usah berte
"Aku bisa menyetujui syaratmu. Kalau Ghea memang ada di dekatmu sekarang, ayo kita langsung ke kantor pertanahan. Selesaikan saja urusan rumah itu."Nada bicaranya sarat dengan kekecewaan dan perasaan getir. Namun, Anrez berpura-pura tidak mendengarnya. Dia malah tertawa senang. "Aura, Ayah tahu kamu anak yang pengertian. Kalau begitu, kita bertemu di kantor pertanahan setengah jam lagi." Tanpa menambahkan sepatah kata pun, dia langsung menutup telepon.Aura bisa membayangkan ekspresi puas di wajah ayahnya. Dia pasti sedang tertawa lebar sampai mungkin sampai semua keriputnya juga ikut tertarik.Aura menoleh sekali lagi ke arah vila itu dan menatapnya dengan diam, lalu naik ke mobil dan menyalakan mesin menuju kantor pertanahan.Seperti yang diduganya, Anrez sangat bersemangat. Begitu mobil Aura berhenti, dia sudah berdiri sambil melambaikan tangan. "Aura, sini, ayo cepat."Aura mengatupkan bibirnya, lalu melangkah mendekat dengan sepatu haknya yang berderap ringan. "Semua dokumen suda
Aura menatap ekspresi Anrez. Nada bicara pria itu terdengar sangat peduli, tetapi semua itu terasa begitu palsu bagi Auta. Ternyata setelah berakting sejak pagi, ujung-ujungnya tetap saja ingin menggunakannya sebagai kambing hitam. Pada akhirnya, tetap dia yang harus menerima semua kesedihan.Aura tertawa sinis. "Jadi semua sandiwara dari pagi ini cuma demi tujuan itu, ya? Aku sempat benar-benar mengira kamu sadar diri dan tulus mau membelaku." Tatapan Aura terhadap Anrez penuh ejekan.Anrez mengatupkan bibirnya dan menghindari pandangan Aura. "Aura, kamu dan Ghea sama-sama anak Ayah. Siapa pun dari kalian yang terluka, Ayah tentu merasa sedih."Aura mengangguk pelan. "Mengharukan sekali. Menurutku, kamu layak mendapat penghargaan sebagai ayah tiri terbaik seibu kota."Anrez terdiam.Selama bertahun-tahun ini, hal yang paling dikuasai Aura adalah bersilat lidah.Wajah Anrez tampak canggun. Namun, seketika dia kembali serius sambil mengernyit dan menatap Aura. "Kamu itu perempuan, kenap
Aura selalu bertindak cepat dan tegas.Ghea mungkin bodoh, tetapi Aura tidak. Dari awal sampai akhir, dia sama sekali tidak terlibat dalam masalah ini. Justru Ghea sendiri yang tertangkap kamera saat memasang flashdisk. Jika masalah ini benar-benar dibesar-besarkan, yang akan malu tetap Ghea.Serra terdiam sejenak. Ketika dia hendak membalas, tiba-tiba Anrez membentaknya dengan keras, "Cukup! Kamu mau bikin Keluarga Tanjung malu sampai sejauh mana baru puas?"Serra ingin membela diri, tetapi setelah berpikir sesaat, dia akhirnya menunduk dan meminta maaf kepada Aura dengan patuh. "Iya, iya, Bibi salah. Aura, jangan marah ya."Aura tidak menanggapi, malas melihat keluarga ini bermain drama. Dia langsung berdiri dan hendak pergi.Baru mengambil beberapa langkah, Anrez tiba-tiba memanggilnya, "Aura, tunggu sebentar. Ke ruang kerja dulu, ada yang mau kubicarakan."Aura merasa ini bukan peluang baik. Ternyata drama pagi ini diatur untuk dirinya. Dia menoleh, lalu melirik Anrez. "Maaf, aku m
Begitu ucapan itu dilontarkan dari mulut Anrez, bukan hanya Aura yang terdiam. Semua orang yang ada di ruangan langsung membeku.Selama bertahun-tahun ini, Anrez tak pernah sekali pun membela Aura. Setiap kali ada masalah, Aura yang selalu menjadi kambing hitam, sementara Ghea tinggal pura-pura lemah dan menangis sedikit untuk menjadi korban dalam cerita.Ini adalah pertama kalinya Anrez membela dirinya. Aura terkejut, tangannya yang memegang cangkir kopi sampai membeku.Kemudian, dia tersenyum tipis dan berucap, "Aku nggak sanggup terima permintaan maaf dari dia."Serra pun akhirnya sadar situasi hari ini tidak akan berakhir semudah itu. Dia buru-buru melangkah ke arah Ghea dan mendorongnya pelan. "Ghea, dengar kata ayahmu, minta maaf sama kakakmu."Ghea yang akhir-akhir ini terus dipermalukan di depan Aura, sudah menyimpan banyak amarah di hati. Mana mau dia tunduk sekarang?Berpura-pura lemah pun dia tidak sanggup lagi. Ghea tetap berlutut di lantai. Dengan leher tegak, dia berkata,
"Bi Kasih, kamu pasti syok hari ini. Besok ambil libur sehari. Nanti ke rumah sakit dan periksa dengan benar. Selain itu, bonus bulan ini aku lipat gandakan."Selesai berbicara, Aura melambaikan tangan ke arah Kasih. "Lanjutkan saja kerjaanmu."Ghea yang berdiri di samping pun menggertakkan giginya sekuat tenaga. Aura bukan memberi kenaikan bonus kepada Kasih, melainkan sedang menghinanya!Aura menoleh menatap Ghea dan tersenyum. "Dik, kalau begitu Kakak doakan impianmu segera terwujud. Semoga kamu bisa menikah dengan anggota keluarga kaya ya."Ghea paling suka bersikap sok lembut dan memakai nada seperti ini untuk membuat orang kesal. Aura pun menirukan gaya bicara Ghea. Jujur saja, rasanya sangat memuaskan.Setelah itu, dia langsung naik ke lantai atas sambil menggoyangkan pinggang rampingnya. Semakin Ghea marah, semakin Aura senang.Saat sampai di ujung tangga, dia mendengar suara kaca pecah dari lantai bawah. Aura menurunkan pandangannya, tetapi tidak berhenti melangkah dan masuk k
Jose mematikan rokoknya, berpikir sejenak, lalu berkata, "Nggak ada apa-apa, kamu pergi saja."Selesai bicara, dia langsung berdiri dan masuk ke rumah, meninggalkan Aura yang berdiri di tempat dengan wajah bingung.Benar-benar moody! Aura menggigit pelan bibir merahnya, lalu melangkah keluar dari vila Jose.Saat sudah di mobil, dia berpikir sejenak sebelum memutuskan untuk kembali ke vila keluarganya.Toh rumah pribadinya sekarang sudah diketahui semua orang, jadi dia tidak mungkin bisa hidup tenang lagi. Lebih baik pulang, sekaligus lihat apakah Serra dan Ghea masih membuat masalah.Tak disangka, saat sampai di rumah, Aura tidak melihat seorang pun. Kasih yang melihatnya pulang pun tampak agak terkejut."Nona baik-baik saja?" Kasih mendekat, memperhatikannya dengan saksama. "Dua hari lalu Ghea kasih tahu Tuan Anrez alamatmu. Aku benar-benar khawatir beliau akan bikin keributan."Aura merasa agak tersentuh. Akhir-akhir ini, dia bertemu banyak orang. Hanya perhatian tulus dari Kasih ini
Giulio mengangkat alisnya, melirik sekilas ke arah Aura lalu ke arah Jose. Wajahnya menunjukkan ekspresi penuh pengertian. "Aku ngerti kok. Malam yang indah itu sangat berharga, aku nggak akan ganggu. Nanti kita janjian lagi."Saat pergi, Giulio masih sempat mengedipkan mata ke Aura. Dia memang punya sedikit ketertarikan pada Aura, meskipun beberapa kali mencoba mendekat dan gagal. Awalnya dia mengira Aura akan segera bertunangan, jadi dia berhenti berharap.Siapa sangka, bukan hanya batal bertunangan, Aura malah punya hubungan dengan Jose. Dia menjadi semakin tidak berani berharap. Meskipun demikian, dia tetap menggoda, "Bu Aura, bukankah waktu itu kamu bilang berutang budi padaku?"Aura langsung ingat saat Giulio membantunya di bar waktu itu. Namun, sebelum dia sempat menjawab, tatapan dingin Jose sudah tertuju pada Giulio.Giulio hanya tertawa kecil, lalu membuat gestur mengunci mulut dengan tangan di bibirnya. Dia melambaikan tangan dan pergi.Sekarang, hanya tersisa Aura dan Jose.
Tak ada yang bisa menahan godaan dari Jose, tetapi Aura masih punya akal sehat. Dia mendorong Jose sambil berkata, "Jangan ... Kaley ada di bawah ...."Mendengar itu, Jose menurunkan pandangannya dan menatap Aura. Tatapannya penuh hasrat yang menyesakkan. "Kamu takut?""Kalau begitu, nanti teriaknya lebih pelan." Suara Jose rendah, tetapi ada nada menggoda yang serak-serak memabukkan.Detik berikutnya, Aura merasa tubuhnya terangkat. Gila! Jose benar-benar gila! Dia sama sekali tidak diberi kesempatan untuk memaki. Jose langsung menunduk dan menciumnya dengan liar!Dalam hal ini, Jose memang seorang ahli. Hanya dalam waktu singkat, tubuh Aura sudah lemas, tidak punya tenaga untuk melawan lagi.....Saat turun lagi ke lantai bawah, wajah Aura merah padam seperti udang rebus. Ruang tamu kosong. Kaley dan yang lainnya sedang barbeku di taman. Dari ruang tamu, Aura bisa mendengar obrolan mereka.Dia berdiri diam di tempat, tak tahu harus bagaimana. Sementara itu, Jose terlihat santai, seol