Melihat niatnya terbongkar, Aura merasa agak canggung untuk sejenak.Namun, dia segera tersenyum dan berkata, "Dasar kamu ini. Aku cuma khawatir ada yang terlewatkan waktu pemeriksaan dan malah menunda pengobatan."Memang, sebagian alasannya adalah karena dia khawatir akan kesehatan Fendro. Namun di sisi lain, dia juga takut Fendro akan tiba-tiba meneleponnya. Sementara itu, dia sendiri juga sulit untuk menolak.Fendro adalah orang dari Keluarga Pranata. Aura sudah cukup pusing dengan hubungannya yang rumit dengan Jose, dia benar-benar tidak mau terlibat lebih jauh dengan Keluarga Pranata. Setelah Fendro menyelesaikan semua pemeriksaan, Aura melihat hasilnya dan menghela napas lega.Selain luka di sudut bibirnya, tidak ada luka lain pada tubuh Fendro. Luka di bibirnya juga hanya luka luar."Baguslah kalau nggak ada masalah," kata Aura sambil tersenyum padanya. Fendro hanya mengangkat sedikit sudut matanya dan memandangnya, lalu melirik jam tangannya dan berkata, "Pas sudah jam makan s
Marsel terdiam. Dia menatap Jose dengan tatapan tak percaya.Tadi saat Aura berbicara dengan Jose, dia berdiri tidak terlalu jauh sehingga percakapan mereka berdua terdengar jelas di telinganya.Jadi, maksud dari bosnya sekarang adalah bersedia membantu Aura?Dia terdiam sejenak, lalu akhirnya tidak bisa menahan diri untuk bertanya, "Tuan, kalau memang bersedia membantu Nona Aura, kenapa tadi nggak langsung bilang? Biar Nona Aura tahu Tuan bersedia membantunya."Sebenarnya yang ingin dia katakan adalah biar Aura tidak marah. Namun, kalimat itu jelas tidak berani dia ucapkan. Karena Marsel tahu Jose adalah orang yang tidak pernah peduli apakah orang lain marah atau tidak. Dia selalu melakukan sesuatu berdasarkan kemauannya sendiri.Padahal Marsel sudah memilih kata-kata seaman mungkin, tetapi Jose tetap saja meliriknya tajam.Marsel yang sudah bertahun-tahun bekerja di sisinya, langsung tahu tatapan itu adalah tanda Jose sedang kesal.Dia buru-buru berkata, "Baik, aku akan segera mengur
Jose memang selalu seperti itu, berbicara langsung ke inti, tanpa memberi ruang untuk bernapas bagi lawan bicaranya.Aura hampir tak bisa mempertahankan senyumannya. Dia berpikir sesaat, lalu menggosok wajahnya ke leher pria itu."Pak Jose, memang sekarang Grup Tanjung sudah nggak sebaik beberapa tahun lalu, tapi masih ada hal-hal yang cukup layak untuk dipertimbangkan."Itu juga alasan kenapa Anrez tidak mau menyerahkan Grup Tanjung kepadanya."Oh ya?" Jose menunduk, menatap gadis di pangkuannya.Gadis itu bersandar manja di pelukannya. Meskipun isi kepalanya penuh perhitungan, wajahnya tetap tampak polos.Jose tersenyum tipis. Jari-jarinya yang panjang membelai dagu Aura, seperti sedang bermain dengan anak kucing."Kalau begitu, coba katakan. Selain kamu, ada apa lagi yang bisa dibanggakan di Grup Tanjung?"Aura termangu sesaat. Ucapan itu tidak terdengar seperti pujian. Aura sudah tahu dari awal, Jose bukanlah orang yang mudah diluluhkan, apalagi dalam urusan bisnis. Dia tidak perna
Seolah-olah kalau Aura tidak setuju, itu berarti dia adalah wanita jahat.Aura terdiam sejenak. "Ya sudah, tunggu sebentar. Aku segera ke sana."Setelah selesai mencuci muka dan turun, Aura melihat Jose sedang duduk santai di meja makan sambil menikmati kopi.Aura sempat tertegun, baru sadar hari ini adalah akhir pekan. Pantas saja, Jose masih bisa duduk santai minum kopi di jam segini.Begitu mendengar suara langkah kaki, Jose hanya meliriknya sekilas, lalu mengalihkan pandangan.Aura memperhatikan wajah Jose, mencoba menebak suasana hatinya. Namun, akhirnya dia hanya bisa menyerah. Karena wajah Jose hampir selalu tanpa ekspresi.Dia memang tipe pria yang suka menyembunyikan perasaannya, entah sedang marah, senang, atau kecewa.Aura menarik napas dalam-dalam, memberanikan diri melangkah lebih dekat, lalu tersenyum manis sambil bertanya, "Pak Jose, lagi sibuk?"Jose yang sedang memegang secangkir kopi mengangkat pandangannya saat mendengar itu. Setelah itu, dia menjawab dengan suara re
Jose melihat ekspresi malu Aura, lalu ujung bibirnya terangkat sedikit membentuk senyuman nakal.Sepertinya ekspresi gadis itu sangat memuaskan hatinya. Jose mengangkat alis sedikit, lalu mengulurkan tangan dan mencubit dagu Aura.Telapak tangannya besar dan kuat, alis Aura sampai berkerut sedikit karena cubitan itu. Aura tahu, hari ini dia telah melanggar perjanjian. Namun, dia tak menyangka Jose akan memperlakukannya seperti ini.Namun, dipikir-pikir wajar juga. Jose bukan tipe pria yang punya banyak kesabaran terhadap orang yang membangkang.Aura diam sejenak, tidak berani membalas. Matanya yang jernih berkedip-kedip. Dia tersenyum menyanjung kepada Jose. "Pak Jose mau ngapain?"Jose mendengus dingin. "Tentu saja mau bercinta denganmu."Jika ini pertama kali Aura mendengar kata-kata sefrontal itu, mungkin dia akan malu sampai ingin menghilang dari dunia. Namun, setelah bersama Jose selama ini, perkataan seperti itu sudah tak asing lagi baginya.Wajahnya tetap tersenyum tenang. "Kala
Di sisi lain, Ferdy menoleh memandang Fendro. Melihat luka yang jelas di wajah adiknya itu, dia berkata dengan ekspresi serius, "Mulai sekarang, jauhi Aura."Mendengar itu, Fendro yang sebelumnya tak berekspresi langsung mengerutkan alis, lalu menatap balik ke arah Ferdy. "Apa urusannya denganmu?""Bukan urusanku, tapi itu urusannya Jose. Kamu juga lihat sendiri, Aura itu milik Jose."Fendro mencela, "Miliknya? Serius? Memangnya sudah nikah?"Ferdy mengernyit. "Kamu nggak bisa lihat kalau Jose punya perasaan buat Aura? Dia itu nggak pernah peduli sama perempuan, tapi hari ini begitu dengar kamu sama Aura, dia langsung ikut aku buat samperin kalian.""Kamu tahu sendiri gimana karakternya Jose. Mending kamu jauhin Aura. Nanti kalau sampai ribut, semuanya jadi berantakan."Fendro jelas tidak terpengaruh dengan peringatan itu. Dia hanya terkekeh-kekeh sinis sambil menyeka ujung bibirnya yang terluka. "Urus aja urusanmu sendiri, jangan campuri urusanku."Ferdy menatapnya tajam. "Jangan bila