Share

4. IDENTITAS RAHASIA VANNIA

Author: Mona Cim
last update Last Updated: 2025-08-03 23:08:29

Deretan mobil yang tertata di dalam garasi panjang dipandangi oleh Vannia satu per satu. Ia langkahkan kakinya yang dibalut highhell hitam menuju ke sebuah mobil Lamborghini berwarna merah, lalu telunjuknya terangkat ke arah mobil tersebut.

"Aku ingin mobil yang ini," pintanya pada seorang sopir yang sedari tadi menemaninya memilih mobil.

"Baik, Nona," sahut sopir tersebut langsung bergegas untuk mengeluarkan mobil tersebut.

Di sisi lain, keluarga Renvier sedang melakukan makan siang bersama di rumah. Hari pertama menjadi bagian dari keluarga Renvier, Anya berusaha sebaik mungkin. Ia menyajikan makanan yang telah ia pesan sebelumnya. Marisa sebagai mertua sangat senang sekali melihat bagaimana menantu barunya sedang berusaha melayani mereka.

"Kau memang menantu yang terbaik, Anya. Sudah lama aku menginginkan menantu sepertimu. Malangnya, Renvier malah memilih wanita seperti Vannia. Kau dan Vannia sangat berbeda. Vannia benar-benar tak bisa menjaga penampilan ketika di rumah. Dia hanya mengenakan pakaian biasa dan wajah tanpa polesan apapun ketika di rumah. Tapi kau selalu tampil cantik dan modis setiap saat," ujar Marisa memuji dengan senang hati.

Anya tersipu malu mendengar pujian itu. "Ibu bisa saja. Tentu penampilan itu penting. Aku memang senang shopping, tetapi itu demi merawat dan memanjakan diriku. Bukankah wanita memang perlu seperti itu, Bu?"

"Ah, tidak masalah. Aku juga senang shopping sejak muda. Lagipula kau kan sekarang istrinya Renvier."

Tak lama Renvier datang dengan setelan kerjanya. Hal tersebut membuat Anya dan Marisa bingung. Ini adalah hari Sabtu, untuk apa Renvier mengenakan pakaian kerjanya?

"Renvier, kau mengenakan pakaian kerja? Kau ingin bekerja hari libur seperti ini?"

Renvier yang sudah duduk di samping Anya pun mengangguk. "Tiba-tiba saja klient pentingku dari Jerman ingin mengadakan meeting dadakan hari ini. Aku tidak tahu mengapa meeting dimajukan dan pada hari libur. Tapi tidak masalah, aku akan tetap menghadirinya. Ini kerja sama yang sangat penting untuk perusahaan kita."

Anya tersenyum sambil mengganggam punggung tangan suaminya. ''Aku temani, ya? Aku akan menemanimu meeting hari ini supaya kau tak bosan."

Renvier tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengangguk. "Baiklah, Sayang. Kau segeralah bersiap-siap. Aku tak ingin klient protes karena kita terlambat."

"Tentu. Aku hanya perlu mengambil tasku saja. Kau lihat sendiri dandananku siang ini, bukan?"

Renvier tersenyum sambil mencolek dagu istrinya. "Ya. Kau sangat cantik seperti biasa," sahutnya membuat Anya tersipu malu.

Usai selesai makan siang, Renvier dan Anya pun menuju tempat meeting di lakukan. Meeting tersebut akan dilangsungkan di sebuah kafe ternama di kota ini. Ternyata sudah ada seorang pria dewasa dengan setelan jas hitam yang menunggu mereka. Renvier dan Anya pun menghampiri pria tersebut.

"Selamat siang, apakah Anda Pak Gior?" sapa Renvier dengan ramah.

"Benar. Selamat siang, Pak ...."

"Saya Renvier.''

"Ah, iya. Selamat siang, Pak Renvier. Silakan duduk,'' ucap Pak Gior menjabatangan Renvier sebelum mempersilakan duduk. Anya yang ingin bersalaman juga malah dihiraukan oleh Pak Gior. Mau tak mau dengan rasa malu Anya menarik tangannya kembali.

"Bagaimana dengan meeting hari, Pak? Hanya kita berdua saja?''

"Atasanku masih di jalan. Mohon ditunggu, Pak Renvier," ucap Pak Gior.

"Iya tidak masalah. Kami akan menunggu."

Sudah tiga puluh menit mereka menunggu, tetapi atasan dari Pak Gior tak datang juga. Hingga satu jam berlalu pun yang ditunggu tak datang. Anya sudah sangat gelisah. Ia berbisik pada Renvier, tetapi Renvier berusaha menanangkannya untuk bersabar sebentar lagi.

Tak lama, seorang wanita melangkahkan kaki putih mulus dan jenjangnya ke dalam kafe. Wanita itu mengenakan dress bunga-bunga dengan lapisan blazer hitam. Model rambut long layer wanita itu menambah kesan cantik dan elegan yang tak bisa dipungkiri sedikitpun.

"Nah, itu dia. Atasanku sudah tiba," ucap Pak Gior berdiri.

Sontak Renvier dan Anya pun ikut berdiri dan menoleh pada siapa yang datang. Mereka berdua membulatkan mata saking terkejutnya dengan atasan yang dimaksud oleh Pak Gior.

Wanita itu tak lain adalah Vannia.

"V-Vannia?" Renvier menunjuk dengan tatapan tak percaya.

"Perkenalkan, Pak Renvier. Bu Vannia adalah atasan saya yang akan menjadi partner kerja Bapak dalam kerja sama kita," ucap Pak Gior.

Vannia tersenyum angkuh sambil melirik ke arah Anya yang tampak terkejut sekaligus kesal. Anya membuang muka ketika Vannia menatapnya remeh. Tanpa diduga, Vannia mengulurkan tangannya ke arah Renvier dengan senyuman yang mengembang.

"Aku Vannia. Senang bekerja sama dengan Anda, Tuan Renvier," ucap Vannia.

Renvier menatap Vannia tak paham. Ia tak paham dengan apa yang terjadi. Mengapa Vannia tiba-tiba memiliki status dan posisi ini? Sejak kapan Vannia adalah pengusaha tersukses di kota ini? Setahunya Vannia hanya seorang wanita yang hidup sebatang kara di kota ini. Meski begitu, Renvier menerima uluran tangan Vannia.

"A-aku Renvier. Senang bekerja sama dengan A-Anda."

Sepanjang meeting Renvier merasa heran juga terkagum-kagum dengan sosok istri pertamanya itu. Renvier sangat tak percaya Vannia ternyata seipintar itu tentang urusan bisnis. Padahal selama dua tahun menjadi istrinya, Vannia hanya menjadi ibu rumah tangga saja yang hanya berdiam di rumah.

Usai meeting itu selesai, Vannia langsung berdiri dari duduknya sambil membereskan isi dalam tasnya.

"Pak Gior, tolong urus sisanya dan kirimkan laporannya ke kantor besok. Aku pergi dulu," ucap Vannia segera berjalan pergi tanpa berpamitan dengan Renvier dan Anya.

"Baik, Bu Vannia," sahut Pak Gior dengan hormat.

Renvier sudah tak tahan lagi menanggung rasa penasarannya. Ia pun memutuskan untuk bertanya pada pria dengan wajah kebarat-baratan itu.

"Pak Gior, apakah Bu Vannia itu sungguh atasan Pak Gior di perusahaan besar Danson Company?" tanya Renvier.

"Benar, Pak Renvier. Aku baru tahu tadi pagi. Awalnya meeting ini akan dilakukan bersama Presdir Daniel sendiri pada hari Senin. Tapi secara tiba-tiba meeting dimajukan dan seperti yang Anda lihat. Anak bungsu dari Presdir Daniel yang ternyata menjadi pimpinan baru di perusahaan besar itu."

Mendengar penjelasan dari Pak Gior, Renvier dan Anya sangat terkejut. Mereka bahkan tak beranjak dari tempat itu walau Pak Gior sudah pamit undur diri. Tiba-tiba Renvier menoleh pada Anya yang juga masih terdiam di tempat duduknya.

"Bukankah kau sahabat Vannia? Apakah kau tak tahu tentang identitas Vannia yang sesungguhnya?"

"Setahuku Vannia telah meninggalkan rumahnya sebelum menikah denganmu dan dia memutuskan hubungannya dengan keluarga kandungnya. Aku tak pernah berpikir dia akan kembali ke keluarga kandung dia, Renvier," kata Anya menjelaskan.

Anya tiba-tiba merasa curiga dengan reaksi Renvier yang seolah-olah terlalu memikirkan soal identitas Vannia. "Renvier, apa yang sedang kau pikirkan? Kau tidak menyesal telah mengkhianatinya setelah tahu dia anak orang kaya bukan?"

Renvier lekas menggeleng, lalu tersenyum. "Tentu tidak, Sayang. Aku menikahimu karena aku mencintaimu. Aku bahkan semakin tak menyukai Vannia karena selama ini dia membohongiku. Dia sengaja mengaku miskin agar aku tak merasa kalah kaya dengan dirinya yang sebenarnya. Kurang ajar. Dia sungguh melukai harga diriku!"

Anya tersenyum senang mendengar kekesalan yang suaminya ungkapkan barusan. "Benar, Sayang. Aku yakin setelah ini Vannia akan bertingkah angkuh padamu dan padaku juga. Dia akan berlagak seperti orang yang paling berkuasa. Apalagi sekarang perusahanmu dan perusahannya sedang bekerja sama. A-apa tidak bisa kerja sama kalian dibatalkan saja?"

Renvier menggeleng. "Aku tak mungkin membatalkannya, Anya. Ini tender besar yang berhasil aku menangkan. Aku yakin Vannia masih sangat mencintaiku. Dia tak akan bisa bertingkah terlalu jauh."

Mendengar penuturan dan ekspresi Renvier, membuat Anya dilanda kekhwatiran. Ia jadi teringat dengan kata-kata Vannia yang akan menjadi duri di kehidupannya setelah menikah dengan Renvier.

"Apakah Vannia sungguh akan membuatku sengsara setelah ini?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   105. GOMBALAN ZEIN UNTUK VANNIA

    Anya masuk ke dalam kamar. Tampak Renvier masih tertidur karena pengaruh obat itu. Namun, pria itu beberapa kali melakukan pergerakan. Anya duduk di samping tubuh suaminya seraya mengeluarkan sebuah suntikan dan obat."Sepertinya obatnya akan hilang khasiat. Aku harus menyuntiknya lagi agar dia kembali tidur hingga besok. Pernikahan Vannia dan Zein tetap harus terjadi. Maaf ya, Sayang. Tapi aku harus melakukan ini demi cinta kita tetap terjadi, Renvier."Anya pun menyuntikan obat itu ke lengan Renier. Pria itu mengeryit dalam tidurnya. Anya benar-benar khawatir Renvier akan terbangun oleh rasa sakit itu. Beruntungnya tidak, ia bisa melakukannya dengan baik. Renvier tak terbangun sama sekali."Berhasil. Selamat tidur nyanyak, Sayang," ucap Anya membelai pipi Renvier, sebelum pergi dari kamar tersebut.Di sisi lain, Vannia dengan telaten menyuapi Zein. Pria itu tampak lebih baik dari sebelumnya. Bahkan saat ini Zein sudah dalam keadaan duduk. Tubuhnya tak sekaku dan selemas kemarin. Rau

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   104. ZEIN TERSADAR

    Zein akhirnya sadar juga. Di ruangan itu hanya ada Vannia yang masih setia menjaganya. Kedua orang tua Zein sudah kembali ke kantor, begitu juga dengan orang tua Vannia. Gavano sudah aman bersama baby sitter di rumah Vannia, jadi Vannia bisa fokus pada Zein hari ini. Melihat Zein membuka matanya, membut Vannia yang sedari tadi menggenggam tangan Zein pun langsung berdiri dengan senyuman senang."Zein, kau sudah sadar? Hei, lihat aku di sini. Kau baik-baik saja, bukan?"Zein perlahan menoleh pada Vannia. Senyuman tipisnya pun terukir. Membuat resah di hati Vannia perlahan menguap ke udara. Ia senang Zein bisa merespons dirinya dengan baik."A-aku ...." Zein terlihat susah menggerakan mulutnya. "Ak-aku tak t-tahu, Vannia. Aku merasa k-kaku dan lemas."Vannia kembali duduk sambil menggenggam tangan Zein dengan raut wajah kembali sendu. "Zein, kau jangan khawatir soal itu. Dokter mengatakan hal demikian. Kau akan lemas saat terbangun nanti. Ternyata benar. Dokter mengatakan cairan obat pe

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   103. RENVEIR PINGSAN

    Renvier membanting penutup wajah kain itu ke lantai ruangan di kantornya. Ternyata pria yang mengawasi Zein dan Vannia itu adalah dirinya. Tentu saja orang yang mencelakai Zein juga dirinya."Sial! Obat itu hanya masuk ke tubuhnya sedikit saja. Ditambah ada seseorang yang membawanya ke rumah sakit. Siapa dia? Bukankah aku telah membayar beberapa pendekor di sana agar tak membantu Zein sama sekali. Mengapa tiba-tiba ada orang yang mmbantu mereka?"Renvier duduk di kursinya dengan raut wajah yang sangat kusut sekali, nyaris frustrasi. Aksi nekatnya benar-benar tak dibayar kontan. Kepuasaannya akan rencana itu tak ada. Walau melihat Zein terkulai lemas, tetapi Renvier tak puas sampai di situ tentang pengaruh obat yang tak sesuai dengan dosisnya."Jika dosis yang aku berikan padanya hanya sedikit, kemungkinan dokter akan menyembuhkannya dengan cepat. Berarti aku harus membuat rencana baru lagi untuk menggagalkan pernikahan itu," gumam Renvier seraya berpikir keras untuk itu."Tapi sebelum

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   102. SESEORANG MENCELAKAI ZEIN

    Persiapan pernikahan sudah benar-benar nyaris sempurna. Mereka tak menyewa gedung, sebab gedung pernikahan mereka milik keluarga Vannia. Dua hari sebelum hari pernikahan gedung itu mulai didekorasi. Konsep yang digunakan benar-benar seperti di negeri dongeng. Vannia akan menjadi cinderella dan Zein menjadi pangerannya.Zein membukakan pintu mobil untuk Vannia. Vannia pun keluar dari mobil dengan perlahan. Digendongannya ada Gevan berbalut pakaian yang hangat."Lihatlah matanya. Dia membuka mata menatap langit. Beruntungnya langit tak begitu cerah, jadi bayi kita tak merasa silau," ucap Zein.Vannia tersenyum manis melihat mata putranya yang tampan. Benar kata Zein, mata Gevan sedikit terbuka. "Dia sangat manis, Zein. Ini pertama kalinya dia melihat alam bebas seperti ini. Dia pasti sangat senang.""Tentu. Ayo kita masuk! Katanya dekorasi gedung pernikahan kita hampir selesai. Tapi tetap saja, kita harus memperhatikan keselamatan Gevano.""Iya, Zein. Kita akan menjaga Gevano sama-sama.

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   101. MENYINGKIRKAN RONALD

    Vannia keluar dari ruang ganti dengan mengenakan gaun pengantin berwarna putih yang sangat cantik. Gaun itu sangat menyatu dengan kulitnya yang putih bersedih. Zein yang sedari tadi duduk di sofa dengan setelan jas hitam, takjub melihat begitu cantiknya Vannia. Ia tersenyum lebar sambil menghampiri Vannia yang sedang menatap dirinya di cermin."Bidadari dari mana ini? Seingatku aku membawa calon istriku tadi ke sini, mengapa yang keluar dari bilik itu malah bidadari," goda Zein.Vannia tersenyum malu, ia mencubit perut Zein hingga pria itu memekik. "Apa kau belajar menggombal sekarang, Tuan Zein?""Aduhh Vannia cubitanmu ..." Zein mengelus perutnya yang ngilu, tetapi setelah tersenyum pada wanita di hadapannya. "Tanpa belajar pun aku akan terbiasa menggombalimu, karena kau memang pantas untuk aku gombali. Kau sangat cantik. Benar-benar cantik."Giliran Vannia yang bertindak, ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Zein sambil menatap penuh pria itu. "Kau juga sangat tampan, Zein. A

  • Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati   100. RENVIER CEMBURU

    Sudah beberapa hari ini sikap Renvier pada Anya terkesan sangat dingin. Walau Anya sudah berusana untuk melakukan yang terbaik dengan membuatkan susu untuk suaminya."Sayang, ini susu sereal untukmu. Kau menyukainya, bukan?" ucap Anya tersenyum manis.Renvier meneguk air putih setelah menjejal sisa roti ke mulutmnya. Pria itu tampak acuh tak acuh, meraih tisu dan mengelap mulutnya dengan cepat."Aku ada meeting penting pagi ini. Aku snagat terburu-buru. Aku pergi dulu," ucap Renvier beranjak dari duduknya."Renvier, minum susu ini dulu," ucap Anya menyerahkan segelas susu buatannya."Aku sedang tak ingin susu, Anya. Ibu, aku pergi dulu," ucap Renvier seraya melangkah pergi dari sana dengan cepat.Anya mencengkram gelas susu di tangannya. Matanya berkaca-kaca dengan perasaan yang terluka. Marisa yang menyaksikan semua itu merasa iba dengan menantunya."Anya, ada apa dengan kalian? Ibu lihat akhir-akhir ini kalian seperti ada jarak. Beberapa kali juga Ibu mendengar kau dan Renvier berde

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status