Share

10. Hari Pertama Kerja

Pagi yang cerah membuat hariku semakin berwarna, kupersiapkan semua agar dapat segera berangkaat kerja tidak terlambat. aku pun mulai bersiap untuk mandi, kesegaran air pagi hari membuatku semakin bersemangat dalam memulai hari.

Kulangkahkan kaki ini menuju halte bis yang menuju kantor tempat aku memulai karierku dalam bidang desain yang sudah lama aku tinggalkan sejak menikah dengan Mas Jasen tujuh tahun yang lalu.

Sekarang aku harus bisa mandiri tanpa sosok suami yang akan selalu ada dalam seetiap aktifitasku, meskipun dulu Mas Jasen selalu melupakan aku sejak kelahiran Amel. Entah ap sebabnya hingga perubahan sikap suamiku begitu drastis tanpa ada tanda-tanda yang pasti.

Bus way dengn jurusan kantorku telah tiba, aku pun naik dan langsung mengedarkan pandanganku untuk mencari tempat yang kosong. Akhirnya aku menemukan tempat yang kosong tersebut tepat di samping seorang pemuda yang masih kuliah jika dilihat dari gestur wajahnya.

"Turun mana, Mbak?" tanya pemuda itu.

"Aku turun di perusahaan desain kontruksi dan bangunan, Mas," jawabku asal.

Jujur aku lupa menanyakan apa nama perusahaan yang akan menaungiku selama proses berkarierku. Pemuda itu tampak mengernyitkan dahi tanda dia tidak mengerti akan alamat perusahaan yang aku katakan tadi.

Kini aku sadar apa yang membuat pemuda itu sedikit berpikir akan alamat yang aku katakan barusan. Lalu terlihat bibir pemuda itu hendak mengucap sebuah kata, tetapi tujuanku sudah terlihat didepan mata. Akhirnya akupun pamit pada pemuda itu untuk turun lebih dulu.

"Aku pamit turun dulu ya, Mas. Maaf permisi!" aku pun beranjak pergi berjalan menuju pintu bus way.

" Ough iya Mbak, silahkan! Hati-hati dijalan ya, Mbak!" kata pemuda itu.

Aku pun turun dengan hati- hati karena baru pertama kali itu aku naik bus way, dulu saat masih bersama dengan Mas Jasen satu kali pun aku tidak pernah naik bus way. Jika bepergian selalu disiapkan sebuah mobil lengkap dengan seorang sopir, sekarang semua tinggal kenangan.

Dulu hidupku bagaikan burung yang tinggal di sangkar emas. Apapun yang aku inginkan selalu terpenuhi, apalagi sejak aku melahirkan Yoga. Sejak kelahiran Yoga Mas Jasen semakin protect akan semua atifitasku. Bahkan penamoilanku di rubah secara drastis oleh Mas Jasen. Aku yang dulu berhijab harus terbuka demimengikuti kata suamiku. Semua gamisku berganti dengan pakaian kurang bahan yang menampilkan paha mulusku. tetapi itu dulu, setelah kelahiran Amel aku semakin tenggelam dalam kegiatan seorang ibu muda.

Semua kini tinggal kenangan saja, ada rasa syukur dengan jatuhnya talak tiga. Kini aku kembali berhijab lagi, menutup aurat yang seharusnya tidak di konsumsi oleh kaum adam. Kepalalu tengadah menatap gedung yang tinggi di hadapanku. PT. Smart Desain. Di sinilah aku akan memulai karierku setelah berhenti kurang lebih selama delapan tahun terakhir.

Dengan bismillah aku melangkah berawal dengan kaki kanan memasuki gedung tersebut. Ku lihat di meja resepsionis sudah ada petugas, maka kuhampiri mereka terlebih dahulu.

"Pagi, Mbak. Saya Annasta, sudah ada janji dengan pihak HRD untuk wawancara terkait lamaran untuk posisi desain interior dan ekterior," kataku.

"Pagi, juga Bu Annasta. Mari saya antar untuk menemui Bu Irene, beliau tadi sudah berpesan agar jika Ibu datang segera diantar ke ruang HRD," kata gadis resepsionis itu ramah.

Aku pun mengikuti langkah Ratna - si resepsionis. Ratna mengantarkan aku hingga depan pintu ruangan HRD, selanjutnya gadis itu pergi meninggalkan aku dalam ruang HRD.

"Selamat pagi!" sapaku.

Kursi kerja sang HRD pun berputar menghadap ke arahku, wajah cantik HRD tersenyum di depanku. Aku pun terhenyak mendapati wajah Irene ada di kursi tersebut.

"Tara ...." sapa Irene dengan senyum khasnya.

"Anda, ini gila!" umpatku seketika kala wajah itu tersenyum bahagia.

"Ini pasti ulah kamu, Irene!?" decihku kesal.

"Haha, buat sahabat sekaligus rekan kerja apa yang tidak bisa bagi seorang Irene Hadiwinata. Putri bos besar segala usaha desain seluruh Indonesia," ujar Irene membanggakan usaha keluarga miliknya.

"Sayang masih jomblo!" ejekku.

"Baik, Ibu Annasta. Saya sudah melihat CV Anda, jadi untuk posisi yang pas buat Anda adalah desain interior. Ruangan Anda ada di samping ruang saya. Ini berkas yang harus dipelajari untuk beberapa hari kedepan," kata Irene terlihat tegas dan berwibawa, sangat pas intonasi dan nada bicaranya.

"Siap, Bu."

"Hihihi, bagaimana aktingku, Ann?" ucapnya disertai tawa lirih yang keluar dari bibirnya.

"Bagus, aku terpesona. Jadi hari ini saya bisa mulai kerja, Bu Irene?" tanyaku dengan logat resmi.

"Iya hari ini Ibu Annasta bisa mulai bekerja, silahkan. Dan selamat bekerja, semangat!" kata Irene penuh semangat.

Aku pun tersenyum dan pamit undur diri untuk segera masuk dalam ruangan kerja. Kuketuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk, setelah ada suara mempersilahkan masuk maka kubuka pintu ruangan tersebut.

Kuedarkan pandangan keseluruh ruang, ada meja kerja berjajar dua lajur. Lajur kanan terdapat empat meja dan lajur kiri tiga meja yang sudah terpenuhi. Hanya sisa satu meja kerja yang berada di tengah. Aku pun mulai memperkenalkan diri.

"Selamat pagi, nama saya Annasta, mohon kerja sama dari kalian semua!" kataku memcoba berramah tamah.

"Pagi juga, Bu. Selamat datang, kami mohon bantuannya dan bimbingannya!" ucap semua secara kompak.

Aku pun membola, timbul tanya dalam hati, "Ada apa ini, mengapa mereka berkata seperti itu? Apa jabatanku disini?"

###SA###

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status