Share

Menjerat Mantan Istri
Menjerat Mantan Istri
Author: Deff Seventeen

Hancurnya Pesta

Brakkk! Suara perkakas nampak dilahap habis oleh beberapa orang berperawakan tegap. Mereka terlihat sedang membuat keributan di sebuah acara pesta pernikahan. Para tamu begitu kaget dengan keadaan ini. Terlebih dengan kedua calon pengantin baru itu.

"Ada apa ini? Kenapa kalian menghancurkan acara ini?" tanya para tamu yang ada di sana.

"Maaf, kami hanya menjalankan perintah dari Tuan kami," sahut salah satu pengacau itu.

"Siapa yang menyuruh kalian?" tanya sang pengantin wanita yang kini turun ke tengah mereka.

Namanya Delia Anastasya. Dia adalah seorang janda muda yang akan melaksanakan ijab kabul bersama Erlan, seorang duda muda anak satu.

"Jawab! Kenapa kalian diam saja? Siapa yang menyuruh kalian?" tanyanya lagi.

"Aku yang telah menyuruh mereka," sahut seorang pria dari ujung sana.

Sesosok pria tampan melangkah ke tengah acara. Namanya Defano Alendra, dia adalah mantan suami dari Delia. Ia kini tersenyum menyeringai ke arah mereka. 

"De-Deff?" Delia menggelengkan kepala tidak percaya.

Pria yang dipanggil Deff itu hanya tersenyum melihat ekspresi wajahnya. Ia melirik wajah pria yang ada di samping wanita itu. Dia adalah calon suami dari Delia, yaitu Erlan. Erlan juga merupakan musuhnya Deff sejak zaman di bangku sekolah. 

"Jangan rusak acara kami!" bentak Erlan, sembari bangkit dan bersiap untuk menyerang ke arah Deff.

"Jangan menantangku Erlan!" tukasnya dengan sadis, lalu melirik ke arah Delia.

Mantan istrinya hanya menangis melihat acaranya diobrak-abrik oleh orang-orang suruhannya Deff. Sebenarnya, Deff juga tidak tega melakukan ini. Hanya saja, Deff memiliki motif tersendiri dibalik semua itu. Ia melangkah mendekati Delia. 

"Delia, ayo ikut aku!" ajak Deff, sembari menatap Delia dengan tajam.

"Nggak, aku nggak mau ikut kamu!" bantah Delia sambil menggelengkan kepalanya dengan takut.

"Sayang, ayo ikut aku." Deff mulai mendekatinya dengan perlahan. Seraya menyentuh pipinya dengan lembut.

"Nggak mau!" balas Delia lagi.

"Sayang, dengarkan aku. Erlan itu-"

"Cukup! Jangan sentuh calon istriku. Dasar pengacau!" Erlan dengan cepat memotong perkataan Deff.

Setelah berkata begitu, Erlan langsung menghadiahi Deff dengan sebuah bogem mentah.

Buk!

Deff hanya tersenyum sinis menerimanya. Selang beberapa detik kemudian, Deff mulai membalasnya dengan pukulan-pukulan yang lebih sadis.

Buk! Bugh! Buk! Pukulan yang pasti membuat Erlan terkapar di atas lantai. Para tamu undangan semakin takut dengan keadaan ini. Bahkan, ada yang sengaja bersembunyi di belakang meja.

"Hentikan, hentikan. Sudah, hentikan. Deff, aku mohon, jangan pukul calon suamiku." Delia terlihat melindungi pria itu.

"Delia, minggir!" perintah Deff.

Delia memegangi wajah Erlan yang membiru. Bukannya kesakitan, Erlan malah sengaja memamerkan kemesraan mereka di hadapan Deff.

"Sial! Mereka pandai membuatku cemburu," batin Deff.

"Delia, ayo kita pulang." Deff sontak menarik tangan Delia dengan sedikit kasar.

"Deff, sudah kubilang aku nggak mau ikut kamu lagi. Aku tau kamu sekarang sudah kaya, tapi kita sudah resmi bercerai, Deff."

"Seperti apapun kamu menolak. Aku akan tetap membawamu pergi," sahut Deff.

Setelah berkata begitu, Deff segera menggendong tubuh mungil mantan istrinya ke atas tubuhnya. Deff membawanya di atas punggung, seperti membawa barang saja. Delia memukuli punggungnya dengan keras, namun sayangnya tidak berasa sakit sama sekali bagi Deff.

"Kalian, urus sisanya." Deff menatap orang-orang suruhannya.

"Deff, aku nggak mau ikut denganmu. Turunkan aku." Delia mulai menangis, butiran-butiran air mata kini kembali menghiasi wajah cantiknya.

"Deff ...."

Deff merebahkannya ke dalam mobil, lalu segera menyusulnya. Ia berusaha menenangkan Delia yang masih terus meronta dan menangis, namun apa daya, tenaga wanita itu masih kalah dengan tenaganya. Mobil melaju, meninggalkan acara pernikahannya yang gagal.

"Deff, aku mau pulang ...."

"Diam!" bentak Deff dengan emosi. Sebenarnya ia tidak benar-benar marah, hanya saja ia berusaha bersikap tegas agar mantan istrinya itu tidak melawannya lagi.

"Lepaskan, Deff. Kita sudah bukan suami istri lagi."

"Benarkah begitu? Kalau begitu, aku akan segera merujukmu. Tepatnya, memaksamu." Deff berbisik lembut di dekat telinganya, sengaja ingin membuatnya merinding.

"Aku tidak mau, kau jahat ...." Delia terus memukul-mukul tubuh Deff. Ia tidak terima diperlakukan seperti ini oleh Deff.

"Aku tidak jahat, Delia. Justru aku berusaha melindungimu dari pria jahat itu," batin Deff.

"Lepaskan aku! Kalau tidak, aku akan terjun dari mobil ini!" Ia mendorong Deff dengan keras.

Deff segera merogoh sesuatu dari balik celana, lalu membubuhkan benda itu pada sebuah sapu tangan. Delia terlihat bersiap membuka pintu mobil, namun sayangnya aksinya kalah cepat dengan Deff.

"Deff ...." Delia terkulai lemah di dalam dekapannya. Deff memeluknya dari belakang dengan sayang.

"Sayang, maafkan aku. Aku melakukan ini demi kebaikanmu."

Sesampainya di rumah, Deff segera menggendongnya ala bridal. Ia membawanya masuk ke dalam kamar, lalu merebahkan tubuh lemahnya di atas sana.

Pria itu lepaskan pakaian mantan istrinya agar ia tidak gerah. Dinyalakannya AC dengan porsi sedang. Sungguh, melihat keindahan tubuh Dafina sedikit menggoda Deff. Namun, Deff bukanlah pria brengsek yang dengan mudahnya melakukan itu kepada setiap wanita.

Cup! Dia kecup kening mantan istrinya dengan dalam. Ia tersenyum menatap wajahnya yang terlelap karena pengaruh obat. Wajah yang selalu mendamaikan hatinya.

Drrrt! Drrrrt! Drrrt! Panggilan masuk dari tantenya Delia. Deff menatapnya dengan sinis, lalu mematikannya. Tapi, lagi-lagi panggilan itu terus bergetar di handphonenya Delia.

"Ada apa?" tanya Deff.

"Dasar brengsek! Di mana kamu menyembunyikan Delia?"

"Dia aman bersamaku. Sudahlah, kami ingin istirahat dulu. Bye."

Tuut! Segera dimatikannya telepon, karena ia tidak ingin berdebat dengan orang tua tersebut. Dia juga bukan wanita yang baik, dia hanya ingin memanfaatkan Delia saja.

"Kamu milikku Sayang, aku tidak akan pernah menyerahkanmu kepada siapapun!" seru Deff dengan tegas.

Deff merayap dan menetap di samping Delia yang terlelap. Matanya terlihat sembab karena dia habis menangis. Terdengar suara ringisan yang keluar dari mulut Delia.

"Ja-jangan, jangan ...."Delia menggelengkan kepalanya.

"Sssst, tidur yang nyenyak Sayang. Aku janji, akan selalu melindungimu." Deff membelai lembut anak rambut Delia, membuatnya menjadi lebih tenang.

Setelah Delia terlihat tenang, Deff mulai menjauh dari tempat tidurnya. Ia segera melepaskan pakaiannya sendiri, lalu bergegas pergi ke kamar mandi. Setelah selesai mandi, ia pun segera keluar.

Ia segera pergi ke dapur, mengisi perutnya yang kosong sejak pagi tadi. Setelah itu, ia kembali merebahkan diri di samping tubuh wanita yang begitu dicintainya itu. Sebenarnya sangat banyak wanita yang terang-terangan menyukai Deff. Namun, Deff masih tidak bisa menguburkan perasaannya kepada mantan istrinya itu.

Delia terlihat mengerjapkan matanya. Setelah sekian lama ia tidak sadarkan diri. Ia melirik ke sekelilingnya, sebuah kamar yang begitu asing terhadapnya. Lalu, ia berusaha mengingat apa yang telah terjadi.

 "Deff ...."

"Apa, Sayang?" tanya suara bariton yang mengagetkannya dari samping.

"Aaagh!" Delia hampir terlonjak karena ia terkejut dengan keberadaan Deff. Sedangkan Deff hanya tersenyum melihat reaksi Delia.

"Pe-pergi! Aku membencimu!" teriak Delia sambil memukuli Deff dengan bantal guling.

"Delia, tenang Sayang." 

"Aku membencimu! Sangat benci, hahhh!" seru Delia sambil mengamuk.

"Tapi aku mencintaimu, Sayang." Deff tersenyum menyeringai sambil menangkap kedua tangan Delia.

DEG!

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nietha
hmmm... kyknya gk cocok sma q yg suka novel dark, psikopat posesif awokawok
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status