Share

Bab 4. Konsekuensi

Penulis: Seruling Emas
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-07 13:12:08

Ibu dan bapak sangat terkejut mendengarnya. “Nonsens!”

Nouval sendiri tak menyangka akan melihat kemarahan yang begitu besar di mata mamanya. Wanita paruh baya itu melotot ke arah menantu cantiknya. “Kamu pikir akan ada wanita yang mau jadi ibu dari entah siapa?”

“Selalu ada orang yang butuh uang, Ma,” kata Sassy enteng.

“Apa? Kalau kamu saja tidak bersedia mengandung benih dari suamimu sendiri dengan berbagai alasan absurd, bagaimana orang lain mau mengandung anakmu!” Nada suara mama makin naik karena Sassy menjawab kata-katanya.

“Itu sesimpel orang menjual jasa, Ma. Kita---”

“Kalau memang sesimpel itu, kenapa bukan kamu sendiri yang hamil!” potong mama dengan nada tinggi.

“Karena Sassy mau utamain kerja! Enggak mau pusing urusin hamil dan punya bayi! Karena Sassy enggak suka bayi!” jerit Sassy akhirnya. Dia kesal terus dipaksa hamil dan punya anak oleh kedua mertuanya yang kolot.

“Apa!”

Kali ini Nouval yang terkejut. Ditatapnya wanita yang sangat dicintainya itu tak percaya. Kedua pundak Sassy dipegang untuk membuat istrinya itu melihat matanya. “Itukah alasan sebenarnya?”

Sassy tak sanggup menatap sinar kecewa dan marah di mata Nouval. Dipejamkannya mata dan mengangguk sebagai jawaban. Dia tak bisa menyembunyikan lagi kebenaran itu dari suami dan mertuanya.

“Kamu itu wanita tapi kamu sendiri yang justru merendahkan wanita! Kamu tidak tahu apa yang kamu lewatkan dengan memutuskan tidak ingin hamil dan punya bayi!” kecam mama pedas.

“Kam--mu--tak pu--nya ha--ha--ti!” ujar papa terbata. Nouval dan mama menoleh cepat pada papa. Pria tua itu merasa sesak di dadanya mendengar pengakuan menantunya.

“Ambilkan oksigen untuk papa!” perintah mama.

Nouval langsung lari ke kamar dan menyeret tabung oksigen yang disiapkan di rumah. Perawat membantunya memasang selang Nasal Cannula ke hidung papa. Pria itu dibawa kembali ke kamar untuk beristirahat.

“Mama akan carikan istri lain untukmu! Istri yang patuh dan bersedia mengandung darah dagingmu sendiri. Karena kita tak bisa lagi mengharapkannya dan membuang waktu percuma!” kata mama di kamar.

“Mama!” Nouval protes.

Akan tetapi, dia juga tak tau mau protes apa, pada siapa. Sassy yang selama ini dia lindungi dari tudingan miring keluarga, ternyata hanya memanipulasi cintanya. Nouval sangat kecewa.

“Mama dan papa selalu menuruti kemauanmu. Bahkan untuk menikahi wanita yang kamu cintai, kami tidak keberatan. Kami juga sudah mentolerir waktu panjang yang terbuang menunggu cucu dari seorang wanita yang sebenarnya memang tidak ingin hamil dan punya anak, karena benci bayi!”

Mama terengah-engah mencurahkan segala kekesalannya pada Nouval di kamar. Tangan papa menunjuk pada putranya. Hanya saja, kondisinya membuat pria tua itu tak mudah mengekspresikan emosinya.

Nouval tak ingin berbantahan dengan kedua orang tuanya. Semua kata-kata pedas mama diterimanya. Dia sendiri merasa bersalah karena Sassy membuat papa seperti sekarang. Nouval tak mau mama juga mengalami hal yang sama jika dia masih juga membantah dan berkata kasar.

“Biarkan Nouval bicarakan ini dengan Sassy.” Itu kata terbaik yang bisa dia ucapkan setelah mendengar ceramah mama yang panjang. Pandangannya beralih pada papa yang terlihat tidak puas.

“Papa jangan pikir yang macam-macam lagi. Istirahat ya. Kasihan mama kalau papa sakit lagi,” bujuk pria muda itu. Diperiksanya apakah posisi baring papa sudah nyaman. Kemudian dia berdiri dan memeluk mama.

“Kami pulang dulu, Ma. Nanti Nouval akan bicarakan itu dengan Sassy,” janjinya sekali lagi. Mama mengangguk dengan mata berkaca-kaca.

Pasangan muda itu meninggalkan rumah mama dalam diam. Ada mendung tebal yang menggayuti keduanya. Membuat jarak antara mereka.

“Aku tidak tahan dengan sikap diammu sepanjang jalan!” tegur Sassy sesampainya di rumah mereka.

Nouval menarik tangan Sassy untuk duduk di ruang makan. Mereka duduk berhadapan. Setelah menuangkan air dan meneguk isinya seperti orang kehausan, Nouval kembali menatap Sassy dengan wajah serius.

“Dulu, waktu kamu kuliah, kita sepakat untuk mengejar karier dulu, baru punya anak. Kamu ingat itu? Itu makanya aku setuju. Aku mendukungmu dan menghadang semua tudingan keluarga padamu. Kenapa tadi kamu bilang tidak suka bayi? Sejak kapan kamu jadi wanita yang tidak suka bayi?” Nouval memberondong istrinya dengan pertanyaan.

“Aku enggak suka bayi, sejak ibu tiriku hamil dan membuat papa melupakan mama!” ketus Sassy sambil membuang muka.

Nouval memegang dadanya dan menarik napas panjang. “Jadi, alasan demi karier itu hanya agar aku setuju dan menerimamu?” Tangan pria itu memegang kedua pipi Sassy agar melihat ke arahnya.

“Ya! Mestinya, kalau kamu benar mencintaiku, itu bukan hal yang sulit. Orang yang mencintai seseorang harusnya mendukung keinginan kekasihnya!” balas Sassy.

Nouval menatapnya keheranan. Kedua alisnya sampai bertaut melihat istrinya. “Berarti kamu enggak mencintaiku, makanya gak mau hamil dan melahirkan anakku!” todong Nouval, membalikkan pemikiran Sassy.

“Bukan begitu konsepnya!” elak Sassy terkejut dengan kesimpulan yang dibuat suaminya. “Aku mencintaimu … sungguh!”

“Kalau begitu, bisakah kau hamil dan melahirkan buah cinta kita?” tantang Nouval tajam.

Sassy kesal karena pembahasan kembali ke masalah itu lagi. Dua kakinya dihentakkan ke lantai. Tangannya mengepal kuat. “Ini tubuhku, aku berhak memutuskan apakah mau merusak bentuk tubuhku dengan hamil atau tidak. Kau juga tak bisa memaksaku, Nouval. Jika nanti aku terlihat jelek, kau juga akan berpaling dariku. Jadi, untuk apa aku mengambil resiko itu, jika kau bisa mencintaiku apa adanya seperti sekarang!”

Mulut Nouval membuka dan matanya melebar. Dia sungguh tidak bisa percaya apa yang ada dalam pikiran Sassy. “KAu sangat egois. Aku tidak lagi mengenalimu!” gumamnya lirih, lalu berdiri dan pergi.

“Kau bilang apa tadi?” kejar Sassy yang tidak mendengar jelas apa yang dikatakan suaminya.

“Katakan, kau bilang apa tadi?” desak Sassy yang mengikuti Nouval hingga ke kamar.

“Enggak ada. Hanya saja, prinsipmu itu punya konsekuensi sendiri. Karena setiap keputusan yang kita buat akan selalu ada hal baik dan buruk yang mengikuti.” Nouval masuk ke kamar mandi, membiarkan Sassy termangu.

Sassy duduk di tempat tidur dan memikirkan kata-kata Nouval. Pria itu sangat dikenalnya. Apa yang dikatakannya sering memiliki makna tersirat juga. “Apa maksudnya dengan konsekuensi?”

Nouval sudah berganti pakaian dan kelihatan segar. Dilihatnya istrinya masih duduk dan sedang berpikir serius. “Apa yang kau pikirkan?” tanyanya sambil lalu.

“Kata-katamu tadi. Konsekuensi dari keputusan yang kubuat. Apa yang coba kau sembunyikan?” Sassy berbaring di sebelah Nouval dan memeluknya.

“Karena, kalau kau beneran tidak bersedia hamil, maka mama akan mencarikan istri lain untukku,” jawab Nouval enteng. Dia ingin melihat reaksi istrinya tentang topik itu.

“Apa?”

Sassy langsung duduk dengan tegak, mendengar kata-kata yang dilontarkan suaminya. Dia menuding, ”Kau pasti setuju, kan?”

Nouval melihat pada istrinya dengan pandangan keheranan. Kemudian dia menggelengkan kepala ringan. “Jika kau bersedia hamil maka aku tidak akan menyetujui ide mama!”

“Hah! Kalian seperti keluarga kuno dan otoriter. Selalu memaksakan kehendak! Apa aku punya pilihan sekarang?” Sassy mengomel tak senang.

“Tenang saja, Sayang. Kau selalu punya pilihan kok. Aku akan selalu mendukung apapun pilihan yang kau buat untuk dirimu!”

Nouval berbaring miring, memeluk guling. Dia tak ingin Sassy melihat bagaimana dia tengah menahan kekecewaan besar di hatinya pada wanita itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 44. Hai, Seruni

    Seruni dan Nouval disibukkan dengan rencana ulang tahun putra pertama mereka. Sudah sejak seminggu yang lalu, istri kedua Nouval itu mengingatan suaminy tentang segala keperluan acara tersebut. Arimbi, mama mertuanya juga ikut mendukung. Mereka akan mengundang semua keluarga di kampung untuk merayakannya.Nouval hanya setuju saja dengan semua rencana yang dibeberkan istrinya. Pikirannya sangat fokus pada kasus yang sedang dia tangani. Itu bukan kasus biasa, karena menyangkut seorang pejabat negara.“Jadi, sehari sebelumnya Mas harus anterin untuk beli keperluan ulang tahun Baskoro, ya!” Sekali lagi Seruni mengingatkan sang suami.“Iya,” sahut Nouval tanpa engalihkan pandangan dari laptopnya. Dia sedang sibuk mengetik untuk keperluan sidang besok pagi.Seruni mengangguk puas. Selama ini, sang suami tidak pernah mengeewakannya. Maka dia tak mengganggu lagi. Wanita itu pergi untuk memeriksa bayinya yang hampir berusia setahun. Bayi montok dan menggemaskan yang sedang tidak mau diam. Memb

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 43. Tikus Pengerat

    Nouval yang sangat sibuk dengan kasus yang sedang dia tangani, tidak terlalu memperhatikan perubahan pada diri Sassy. Pria itu justru merasa bersyukur dan mengira bahwa istri pertamanya itu sudah mulai terbiasa dengan kehadiran Seruni, hingga tidak terlalu sering lagi menimbulkan pertengkaran di antara mereka berdua. Rumah tangganya sedikit lebih tenang sekarang.Sementara itu, keadaan Sassy tidaklah sebaik yang dia tampilkan di depan semua orang. Rasa takut bahwa apa yang terjadi malam itu akan diketahui sang suami, membuat hatinya tidak tenang. Tanpa sadar, dia bahkan menolak ajakan Nouval dan selalu memberi alasan sangat lelah. Kemudian tidur membelakangi sang suami sambil menjerit dalam hati. Dia sangat menyadari bahwa yang terjadi itu adalah dosa. Namun, dia tak sanggup meminta ampunan dari suaminya. Karena dia harus menjelaskan hal itu dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mendetail. Sassy sungguh tak dapat membayangkan apa tindakan Nouval jika mengetahui hal itu.

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 42. Satu Kesalahan

    “Dear, penjelasanku mungkin tidak akan memuaskanmu. Namun, ini bukan salahku. Kau bisa periksa tubuhmu, apakah ada tanda-tanda kekerasan yang kulakukan untuk menguatkan tuduhanmu itu,” ujar Jordhy lembut.Sassy memeriksa seluruh tubuhnya. Tak ada bekas dan tanda pemaksaan memang. Tubuhnya baik-baik saja. Dia menggeleng bingung dan keraguan menghampiri.“Entah apakah itu pengaruh kau mabuk atau apa. Tapi aku tak kuasa melawan kehendakmu. Aku hanya melakukan tugas dan memenuhi keinginanmu semata.Tapi jangan khawatir, aku akan tutup mulut dan tidak akan menuntut untuk pemaksaanmu tadi malam.”“Apa?” Sassy tak dapat mempercayai pendengarannya. “Aku yang memaksanya?”Matanya memandang bayangan tubuhnya di cermin. Ada banyak tanda kecupan di area-area sensitif yang memang sangat disukainya. Matanya tak mungkin berbohong tentang tanda itu. Dia bahkan jadi bisa membayangkan sepanas apa kejadian tadi malam.“Ini gila!”Dengan tergesa, wanita itu mengenakan seluruh pakaiannya hingga semua tanda

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 41. Obsesi Tuan Bennet

    “Oh, maafkan saya. Saya belum terlalu memahami etika di negara Anda. Maksud saya adalah, ingin menunjukkkan penghormatan pada Anda,” ujar pria itu. Tubuhnya kembali berdiri tegak dan tangan Sassy telah dilepaskannya. Wajahnya menunjukkan rasa bersalah yang sangat dalam.Melihat hal itu, Sassy tak memperpajang lagi. Dia berusaha memaklumi bahwa kultur di negara tiap orang memang sangat beragam. Tak heran jika pria itu belum memahami aturan di Indonesia.“Tak masalah. Sampai jumpa lagi, Tuan Bennet!” Sassy melambai dan mulai melajukan mobilnya meninggal pria itu dan tempat parkir hotel. Musik lembut dan manis menemaninya di perjalanan macet menuju kantor.Di tempat parkir, sebuah seringai puas terlihat di wajah Jordhy Bennet. Hidungnya menghidu aroma manis dari tangan yang tadi digunakan untuk memegang jemari Sassy. Dia dapat menemukan aroma lembut yang tertinggal di sana. Wajahnya tampak sangat puas.“Masih panjang perjalanan

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 40. My Sweet Heart

    Mata Jorghy Bennet terbuka dengan cepat saat ponselnya memberi tanda bahwa ada pesan penting masuk. Dilihatnya jam berbentuk kotak di atas nakas dan segera bangkit saat melihat angka 5 berwarna merah terang di keremangan ruangan. Tangannya menjangkau ponsel dan membuka pesan masuk.“Jika ingin informasi itu, kirim sisanya sekarang. Lewat 15 menit tanpa bayaran, data akan kuhapus. Berbahaya bagiku menyimpan data pihak lain secara illegal terlalu lama!”Jorghy Bennet mencibir saat membaca pesan tersebut. Dia tahu betul kalau pria itu menyimpan banyak data rahasia orang-orang penting dunia! Tangan Jorghy menekan tombol panggilan cepat agar tersambung dengan pria itu.“Aku belum melihat perubahan pada akunku, Tuan Bennet!” kata orang di seberang, begitu panggilan mereka tersambung.“Aku hanya ingin memastikan bahwa kau masih ada di sana dan tidak menipuku! Kau pasti sangat tahu segila apa aku pada para pengkhianat!” Jorghy balik mengeluarkan kata ancaman.Waktumu tinggal sepuluh menit, Tu

  • Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami   Bab 39. Jorghy Bennet

    “Kau sudah pulang? Jam berapa ini?” Nouval terbangun dari tidurnya di sofa ruang tamu, saat istrinya Sassy membuka pintu rumah.Wanita cantik itu terkejut mendapat teguran begitu masuk rumah. Dilihatnya wajah sang suami yang masih sedikit linglung dan mata berkedip-kedip bingung. Kemudian, ketenangan kembali menguasainya. Sassy melanjutkan langkah ke dalam rumah sambil berkata datar.“Aku ada makan malam dengan klien baru. Sekarang sudah lewat tengah malam!”Wanita itu masih ingin melanjutkan ucapan sinis dan dinginnya, saat melihat bungkusan hadiah cantik di atas meja ruang makan. Mulutnya kembali mengatup dan mengabaikan hadiah itu, lalu naik ke lantai dua. Dia sudah letih dan sangat mengantuk.Nouval menyusul istrinya dan sedikit kecewa karena hadiahnya tidak digubris oleh Sassy. Dengan cepat dia menyambar hadiah itu dan mengejar Sassy ke kamar. “Aku tidak mendengar suara mobilmu masuk garasi!” cecarnya segera.“Kutinggalkan di hotel tempat kami mengadakan makan malam, karena sudah

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status