Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami

Menolak Childfree, Suami Pilih Poligami

last updateLast Updated : 2024-02-28
By:  Seruling EmasOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
44Chapters
1.8Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Hai kakak pembaca semua, author akan sangat senang hati jika kakak bersedia meninggalkan jejak Like dan komentar berupa kritik dan saran agar saya bisa menulis dengan lebih bagus ke depannya. Terima kasih, Happy reading. Keputusan Sassy menolak hamil dan punya bayi, mengakibatkan rumah tangganya berada di ujung tanduk. Sebagai putra satu-satunya, Nouval dituntut untuk meneruskan garis keluarga. Karena Keluarga Ariobimo menolak ide ibu pengganti, maka tak ada cara selain poligami. Dengan berbagai persyaratan, akhirnya Sassy terpaksa setuju. Nouval dijodohkan dengan seorang gadis kampung agar tidak terlalu menyaingi Sassy. Kehamilan Seruni, membuat sikap Nouval berubah dan itu mengguncang hati Sassy. Terlebih saat menyadari bahwa Nouval lebih condong pada putranya, ketimbang Sassy. Rasa cemburu dan marah yang dipendam begitu lama, membutakan hati Sassy. Emosi dan bujukan seorang pria yang baru dikenal, menjerumuskannya dalam tindakan berbahaya. "Kenapa Kau lakukan ini pada keluarga kita?" tanya Nouval kecewa.

View More

Chapter 1

Bab 1. Anak

Nouval dan Sassy adalah pasangan suami istri yang saling mencintai sejak mereka masih kuliah. Pria tampan itu mampu mengobati rasa kecewa pada keluarga yang mencampakkannya. Terlebih, penerimaan tulus orang tua Nouval, membuat dirinya menjadi semakin mencintai pria itu.

Kehidupan rumah tangga keduanya penuh dengan kebahagiaan, kecuali satu hal. Perhatian besar mereka pada pekerjaan, terbukti membuat karier keduanya melesat naik dengan cepat.

Sassy memutuskan keluar dari perusahaan periklananan yang ditekuninya setahun terakhir. Dia merasa percaya diri dan ingin membuat perusahaan periklanan sendiri berdasarkan pengalaman kerjanya selama ini. Nouval mendukung penuh rencana dan keinginan istrinya itu. Sebab, selama ini terbukti mengejar karier tidak membuat rumah tangga mereka jadi hambar. Mereka justru semakin saling mencintai dari waktu ke waktu.

Hanya saja, suara-suara keluhan mulai dilontarkan oleh mama dan papa Nouval, setiap kali mereka berdua menyambangi rumah besar itu.

“Bude Retno sudah punya cucu lagi, hlo. Kalian kapan nyusul?” sindir mama.

Pertanyaan yang selalu terdengar setiap kali keduanya datang bertandang dan membuat panas telinga Sassy. Meskipun mertuanya tidak pernah secara spesifik menyebut nama tapi dia selalu saja merasa sebagai tertuduh.

Baik Nouval maupun Sassy tidak ingin menanggapi hal itu. Mereka berdua sudah berkomitmen untuk mengejar karier yang cemerlang, ketimbang memikirkan tentang hamil dan punya bayi yang menurut Sassy sangat merepotkan dan hanya akan mengganggu pekerjaan mereka berdua.

Diamnya pasangan itu membuat mama dan papa Nouval tidak bahagia. Keduanya sama sekali tidak diberi penjelasan, apa sebab anak dan menantu mereka tidak kunjung memberikan cucu yang diimpikan.

Dua tahun berlalu, bisnis Sassy sudah menunjukkan kemajuan. Karier Nouval juga sangat bagus. Mereka sangat bahagia dengan pencapaian itu. Mereka sudah punya dua mobil dan rumah bagus milik sendiri. Semua adalah hasil kerja keras selama tiga tahun. Perjuangan berat dan penuh tantangan tak terlupakan.

“Kalian sudah sukses. Apakah sudah bisa merencanakan untuk punya bayi?” Pertanyaan basi itu kembali diulang mama tanpa bosan.

“Usia Sassy sudah hampir tiga puluh. Nanti malah benar-benar sulit punya bayi hlo!” papa mengingatkan.

Nouval dan terutama Sassy, mulai merasa risih dengan pertanyaan yang sama berulang kali, setiap mereka datang menjenguk. Pria itu dapat melihat bagaimana wajah Sassy yang mulai tak enak dipandang dan merasa terpojok.

“Apa kau baik-baik saja?” tanya Nouval mengalihkan pembicaraan.

“Aku sedikit pusing,” jawab Sassy yang mengerti maksud suaminya.

“Kalau begitu, mari kita pulang dan istirahat di rumah. Kau terlalu lelah!”

Sassy mengangguk dengan sedikit lemah, untuk mendukung kata-kata Nouval dan menunjukkan bahwa dia memang sedikit tidak enak badan. Keduanya berhasil pergi tanpa harus bertengkar ataupun membalas kata-kata papa dan mama.

Hanya saja, Nouval tahu bahwa papa dan mamanya sudah terlihat tidak senang, tidak sabar dan entah apa yang mungkin tersimpan di pikiran kedua orang tua itu. Dia merasa tak berdaya berada di antara istri dan orang tuanya sendiri. Dia tahu, orang tuanya tak akan bisa menerima ide jika mereka katakan tak ingin punya anak karena ingin mencapai puncak karier selagi muda.

“Menurumu, bagaimana jika kita punya satu anak? Itu tidak akan merepotkanmu. Satu, saja. Kita akan sewa baby sitter untuk mengasuhnya.” Nouval kembali mengajuk hati Sassy.

 Dan seperti yang diduganya, Sassy mendengus, mematikan televisi dan langsung tidur membelakangi.

“Sayang, mungkin mama dan papa sangat kesepian. Itu makanya mereka terus mendesak kita segera memberi cucu.” Nouval berusaha memberi pengertian pada Sassy dan membela orang tuanya.

Sassy diam seribu bahasa. Dia memejamkan mata. Tak ingin memulai perdebatan yang dia tahu, tidak akan ada titik temu. Itu hanya akan merenggangkan hubungan mereka saja.

“Sayang … tolong mengertilah. Kau sangat tahu kalau aku adalah putra papa satu-satunya!” bujuk Nouval.

“Kalau begitu, kenapa bukan mamamu saja yang melahirkan satu anak lagi, biar bisa menjadi penerus keluarga!” teriak Sassy emosi. Dia sudah tak tahan mendengar kecerewetan Nouval.

Plakk!

Tanpa sadar, Nouval menampar pipi Sassy. Keduanya sama-sama terkejut. Sassy langsung menangis kencang sambil memegang pipinya yang terasa panas. Dia pergi ke kamar yang lain dan meninggalkan Nouval yang masih terkejut. Pria itu termangu menatap telapak tangannya yang terasa panas. Hatinya sangat sakit mendengar ucapan Sassy tadi, hingga tak kuasa menahan tangannya sendiri.

“Sassy ….”

Nouval berlari keluar kamar dan mengetuk pintu kamar lain yang ada di rumah itu. Dari balik pintu, dia dapat mendengar tangisan pilu istrinya. Hatinya ikut terluka dan berdarah mendengarnya.

“Sayang, maafkan aku. Aku khilaf,” ujarnya penuh penyesalan.

“Sayang ….”

Tak ada jawaban meski Nouval memanggil dan mengetuk pintu berkali-kali. Hingga pagi menjelang, pria itu masih duduk meringkuk di lantai, di depan pintu kamar yang terkunci.

Sassy bangun dan membuka pintu. Nouval yang tidur sambil duduk di lantai dan menyandar daun pintu, langsung jatuh terjengkang ke belakang.

Mata Sassy berkaca-kaca melihat suaminya menghabiskan malam di lantai yang dingin. Dilihatnya mata Nauval yang sembab bekas menangis dan lingkaran hitam tampak jelas di bawah mata.

Nouval terbangun. “Maafkan aku. Aku tidak akan melakukannya lagi. Hanya saja, tolong … jangan berkata seperti itu lagi." Nouval memohon.

“Aku mungkin lupa mengatakan padamu, bahwa tak lama setelah aku lahir, rahim mama diangkat untuk mengatasi kankernya. Dan Mas Pradipta justru berpulang lebih dulu saat dia SMA. Sekarang akulah satu-satunya tumpuan harapan mama dan papa.”

Nouval bicara tanpa henti. Dia tak ingin Sassy salah memahami dirinya sebagai pria kejam dan ringan tangan. Selama pernikahan mereka, belum pernah sekalipun Nouval berkata kasar, apa lagi main tangan. Dia selalu memanjakan dan menuruti apapun keinginan istrinya.

Sassy berjongkok dan memeluk suaminya. Keduanya berpelukan. “Maafkan aku. Aku yang keterlaluan. Aku tak akan menyakiti hatimu lagi. Tolong, maafkan aku,” bisik Sassy penuh penyesalan.

Air matanya menetes. Kemarahannya semalam langsung sirna melihat pria yang sangat dicintainya itu setia menunggu di depan pintu. Mereka berdamai dan Nouval mencoba untuk terus membela istrinya jika kedua orang tuanya bertanya.

Di tahun pernikahan keempat, desakan mama dan papa Nouval telah membuat Sassy enggan datang ke rumah itu lagi. Dia membiarkan suaminya pergi sendiri ke sana, untuk menghindari pertengkaran dengan kedua mertuanya.

Sebagai putra satu-satunya, Nouval tetap datang saat dipanggil orang tuanya. Dia hanya perlu lebih bersabar dan menebalkan telinga saja. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan.

“Sayang, bagaimana kalau kita merencanakan punya bayi, sekarang?” tanya Nouval sepulang dari rumah orang tuanya.

Sassy melengos. Dia sudah hafal apa yang akan dikatakan suaminya setiap kali pulang dari sana. Nouval seperti dicuci otak oleh mama dan papanya, kemudian membawa lagi ide basi itu ke rumah mereka dan membuatnya jengkel.

“Apa orang tuamu tidak bosan dengan kata-kata yang sama bertahun-tahun?” ketus Sassy. Dia tengah asik dengan pekerjaannya di depan laptop.

Noval tak mengacuhkan sikap dingin dan sindiran istrinya. “Sekarang bisnismu bagus. Pekerjaanku juga bagus. Kita hanya perlu memberi mereka bayi untuk menyenangkan hari tua mereka. Kita sudah mampu membiayai anak itu sampai besar. Apa susahnya membahagiakan mereka?”

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
deaubepine
novel kedua yang kubaca mantappp
2023-07-27 16:20:38
2
user avatar
Seruling Emas
Hai semua.. ini novel kedua saya.. Ditunggu komentarnya ya. Terima kasih.
2023-07-27 15:57:11
4
44 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status