INICIAR SESIÓNKata itu bergaung di benak Lyra dan William saat mereka menyatu dengan kegelapan hutan. William mencengkeram lengan Lyra, menggunakan kecepatan yang menakutkan, berlari menjauh dari cahaya sorot The Haven dan tawa kemenangan Arthur, Peter, Adrian, dan Della.
Lyra, meskipun lelah dan terluka di pergelangan tangannya, memaksa dirinya untuk berlari. Setiap lompatan adalah pengakuan pahit, mereka telah kalah di The Haven. Mereka mendapatkan bukti, tetapi kehilangan segalanya. Aset, sekutu tepercaya, dan rasa aman mereka.
Mereka berhenti hanya setelah berlari sejauh satu kilometer, jauh di dalam hutan yang lebat dan basah, di mana suara sirene darurat Arthur tidak lagi terdengar.
William bersandar pada pohon ek besar, terengah-engah. Pistolnya kini kembali tersimpan, tetapi tangannya berada di saku, memastikan flash drive itu masih ada.
Lyra merasakan gejolak emosi dalam diri William, trauma, pengkhianatan, dan kemarahan dingin yang terkendali.
<Mobil SUV hitam itu melaju kencang, menembus malam yang dingin menuju gudang tua yang terpencil di pinggiran kota. Di kursi belakang, William dan Lyra duduk berdekatan, bukan karena keintiman, melainkan karena kebutuhan untuk berbagi panas dan fokus. Kehancuran total aset mereka telah menyatukan mereka menjadi satu unit yang brutal dan efisien.William segera memulai aksinya, matanya yang tajam memindai data pada ponsel satelitnya. Dia fokus pada flash drivedan pergerakan Adrian.“Max akan panik,” ujar William, suaranya tenang, tetapi ada nada baja yang keras. “Dia tahu aku tidak mati. Dia tahu aku punya flash drive. Arthur akan menekannya untuk menemukan bukti itu dan mengklaim aset yang ia curi. Tapi Max tidak bisa melakukannya. Dia perlu menyalahkan seseorang, dan dia perlu waktu.”Lyra mengangguk, melipat kedua tangannya di dada. "Dia akan menyalahkan Peter atau bahkan Adrian dan Della. Itu akan memberikan kita celah. Dia tidak
Kata itu bergaung di benak Lyra dan William saat mereka menyatu dengan kegelapan hutan. William mencengkeram lengan Lyra, menggunakan kecepatan yang menakutkan, berlari menjauh dari cahaya sorot The Havendan tawa kemenangan Arthur, Peter, Adrian, dan Della.Lyra, meskipun lelah dan terluka di pergelangan tangannya, memaksa dirinya untuk berlari. Setiap lompatan adalah pengakuan pahit, mereka telah kalah di The Haven. Mereka mendapatkan bukti, tetapi kehilangan segalanya. Aset, sekutu tepercaya, dan rasa aman mereka.Mereka berhenti hanya setelah berlari sejauh satu kilometer, jauh di dalam hutan yang lebat dan basah, di mana suara sirene darurat Arthur tidak lagi terdengar.William bersandar pada pohon ek besar, terengah-engah. Pistolnya kini kembali tersimpan, tetapi tangannya berada di saku, memastikan flash driveitu masih ada.Lyra merasakan gejolak emosi dalam diri William, trauma, pengkhianatan, dan kemarahan dingin yang terkendali.
William tidak bereaksi terhadap Max. Dia tidak berteriak, tidak menembak. Dia hanya menatap Max yang gemetar saat menyerahkan tas berisi seluruh kekayaan dan rahasia backupGrup Hawkins kepada Arthur.Di mata William, bukan amarah yang terlihat, melainkan kehampaan yang mematikan, efek kumulatif dari semua pengkhianatan yang pernah ia alami kini mencapai puncaknya.“William, Nak,” kata Arthur, suaranya dipenuhi kepuasan yang dingin saat ia mengambil tas itu dari tangan Max.“Aku memberimu pilihan. Kau menolak. Sekarang, aku yang memilih. Kau kehilangan semua asetmu, dan kau kehilangan sekutumu. Tapi aku murah hati. Aku membiarkanmu pergi dengan flash driveitu, sebagai kenang-kenangan.”Peter, yang berdiri di samping Arthur, mengangkat shotgunnya, mengarahkannya lurus ke dada William.“Cukup bicara, Tuan Arthur. Tembak mereka sekarang. Mereka tahu terlalu banyak,” desak Peter, matanya penuh kebencian.
Suara langkah kaki William yang menginjak beton di tangga semakin keras. Bayangannya jatuh ke dalam laboratorium tua yang terang benderang, tepat saat Lyra memutar cepat, menatap tubuh Dr. Simon Vance yang kini tergeletak terkulai di kursi dengan tabung reagen pecah di dekatnya. Darah mulai merembes dari luka di kepala pria tua itu.William melompat turun dari anak tangga terakhir. Pistol di tangan kanannya diarahkan lurus ke depan. Matanya yang tajam menyapu seisi ruangan: peralatan usang, papan tulis, dan di tengahnya, Dr. Vance yang terluka parah. Lyra berdiri diam, tangan kirinya memegang flash drivekecil yang berkilauan di bawah cahaya redup, tangan kanannya masih memegang tabung reagen yang berat.Kebisuan sesaat itu lebih memekakkan telinga daripada sirene darurat Arthur di atas.“Lyra,” suara William terdengar serak dan tajam, dipenuhi pertanyaan dan kecurigaan yang membeku. “Apa… yang kau lakukan?”Lyra
Sistem Proyek Perisaiyang diaktifkan Arthur Hawkins bukan hanya pagar listrik, melainkan jaringan kawat tegangan tinggi yang diatur sedemikian rupa sehingga William benar-benar terjebak di area kecil di belakang rumah kaca.Percikan biru mematikan menyambar di sekelilingnya, memotong rute pelarian. Di depannya, pintu baja tebal yang menutup jalur ke bawah tanah memancarkan panas yang hampir membakar.William menarik napas dalam, memaksakan dirinya untuk tenang. Amarahnya terhadap Arthur adalah bahan bakar, tetapi kepanikan adalah kematian.“Max, jelaskan Proyek Perisaisecara rinci, sekarang!” perintah William melalui headset, suaranya tenang meskipun situasi kritis.“Tuan, data yang baru saya tarik menunjukkan itu adalah sistem pertahanan bio-elektronik warisan dari Proyek Vance. Ini bukan sekadar kawat listrik. Ini disinkronkan dengan deteksi panas.”Suara Max terdengar gemetar.“Jika Anda menyentuhny
Panggilan Arthur Hawkins terputus, meninggalkan keheningan yang dingin dan mematikan. William menatap ponselnya, tangannya mencengkeram erat. Dia berada di mobilnya, tersembunyi di balik semak-semak dekat klinik tua, merasakan dinginnya pistol kosong yang baru saja ia lihat di ruang arsip. Perusahaan atau Lyra?Pilihan itu bukan hanya ultimatum, itu adalah pengakuan paling mendalam dari Arthur bahwa ia tahu William kini memiliki kelemahan yang nyata.William menurunkan pistol berisi amunisi penuh. Urat di lehernya menegang, tetapi matanya tetap dingin dan tajam. Grup Hawkins adalah takdirnya, warisan yang harus ia rebut untuk membalaskan dendam Ibunya yang terbunuh.Namun, Lyra adalah jangkar barunya, alasan barunya untuk hidup, dan satu-satunya orang yang memahaminya di tingkat yang paling aneh.William tahu Arthur telah menemukan kelemahan barunya, dan sekarang menggunakannya.“Aku tidak akan pernah membiarkan kau merampas apa pun dariku la







