Share

5| Pertengkaran Kecil

Tiga minggu menjelang pesta musim gugur Kekaisaran, undangan pesta mulai dikirimkan ke kediaman para nona bangsawan yang dianggap memiliki kualifikasi untuk mengikuti pesta besar tersebut.

Salah satunya adalah keluarga Ingrid, sudah seharusnya sebagai putri dari seorang Marquess, Beatrice pasti akan menerima undangan pesta dansa tersebut dari Kekaisaran. Namun, sampai hari ini, ia masih tidak menerima kabar apapun tentang undangan yang dikirimkan atas namanya.

"Apakah kau yakin tidak ada undangan pesta dari Kekaisaran yang dikirimkan untukku?" tanyanya sedikit mengerutkan alis, tidak percaya dengan apa yang dikatakan Hannah kepadanya.

Apakah permaisuri melakukan sesuatu sehingga tidak ada undangan pesta yang dikirimkan ke kediaman Marquess Ingrid? Namun, jika demikian itu akan dianggap sebagai penghinaan keluarga, terutama setelah fakta bahwa permaisuri sebelumnya adalah putri sulung Marquess.

Jika demikian, maka satu-satunya orang yang dapat menyembunyikan dan mencegah undangan itu sampai ke tangan Beatrice hanyalah orang paling berkuasa di kediaman ini, tetapi mengapa? Bukankah selama ini ia tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan dan terjadi kepada Beatrice? Lalu mengapa sekarang ia ikut campur dalam urusan ini?.

"Katakan bahwa saya ingin bertemu dengan tuan Marquess." titah Beatrice kepada kepala pelayan yang berdiri di depan ruang kerja ayahnya.

Kriett

Pintunya ruang kerja dibuka, menampilkan sosok pria paruh baya yang sedang sibuk dengan tumpukan dokumen di mejanya. Pria itu adalah Marquess Darryl De Ingrid pria berambut merah menyala dengan mata biru yang membuat wajahnya terlihat begitu lembut sekalipun dengan warna rambutnya yang begitu tegas.

Sejak ibunya meninggal dunia, mungkin ini adalah pertama kalinya Beatrice berinisiatif untuk menemui ayahnya itu. Dan seperti biasanya, Marquess tampak begitu dingin dan sibuk, seolah ia tidak memiliki waktu untuk berbicara dengan putrinya, atau tidak ingin meluangkan waktu untuknya yang tidak berharga.

"Apakah Anda menyembunyikan undangan pesta yang diberikan istana kepada saya?" Tanpa basa-basi Beatrice langsung melontarkan pertanyaannya.

Marquess terdiam, tidak ada jawaban apapun darinya kecuali ujung mata pria itu yang sedikit melirik ke arah Beatrice melihat bagaimana raut wajah gadis itu sekarang. Datar, gadis itu terlihat begitu kesal dengan raut wajahnya datar yang berusaha menyembunyikan emosinya. Namun, sudut mata gadis itu sedikit memicing, yang menandakan bahwa dirinya saat ini sangat kesal.

"Apakah itu penting? Bukankah biasanya kau juga tidak terlalu tertarik dengan acara seperti ini? Tidak masalah jika kamu tidak ingin pergi, aku tidak akan memaksamu. Kaisar juga pasti akan memakluminya mengingat kondisi kesehatanmu yang tidak begitu baik," ujarnya seolah semua yang ia katakan bukanlah sebuah masalah sama sekali.

Bahkan ia tidak mengetahui apa yang membuat Beatrice tidak dapat menahan emosinya sehingga menunjukkan sedikit emosi dengan sudut mata yang sedikit ia micingkan. Namun, Marquess sama sekali tidak mengetahui itu, dan ia tidak berusaha untuk menanyakannya.

"Bukankah selama ini Anda juga tidak peduli? Lalu kenapa sekarang Anda secara tiba-tiba ikut campur dalam urusan ini? Jika Anda dapat berubah seharusnya saya juga dapat melakukan hal yang biasanya tidak saya lakukan bukan?" desak Beatrice berusaha agar Marquess mengembalikan undangan pestanya.

Namun, ucapan yang dilandaskan oleh emosi berlebih justru akan menjadi pedang yang juga melukai pemiliknya. Hatinya bergetar, kalimat yang baru saja ia lontarkan memiliki pisau yang lebih tajam yang ia sembunyikan dibalik arti yang akan diterima oleh pendengarnya.

Bahwa Marquess yang selama ini diam saja melihat penderitaan putrinya, tidak memiliki hak apapun untuk ikut campur dalam urusannya.

"Ibumu pernah berkata bahwa kau akan tumbuh menjadi sangat mirip denganku. sepertinya dia benar, walaupun penampilanmu sangat mirip dengannya, tetapi kau juga adalah putriku. Kau sangat keras kepala nak, maaf karena sangat terlambat, tetapi aku harap kau tidak terjebak dengan masa lalu seperti yang aku lakukan. Setidaknya nikmatilah kehidupanmu," gumam Marquess dengan senyum getir yang terlukis di wajahnya mengembalikan undangan pesta yang ia sembunyikan kepada Beatrice.

Beatrice tercekat, untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, baru kali ini ia melihat raut wajah ayahnya yang tampak begitu berat seolah ia telah menahan lukanya dalam waktu yang begitu lama. Itu adalah ekspresi yang sama dengannya saat ia tahu bahwa Max telah meninggalkannya untuk selamanya di kehidupan sebelumnya.

Jika Beatrice memikirkannya sekarang, setelah ia sempat kehilangan Max sekali di kehidupan pertamanya, gadis itu dapat mengerti perasaan hancur dan kehilangan yang dirasakan oleh ayahnya saat kehilangan sosok wanita yang sangat ia cintai. Hal itu memang sangat berat. Namun, itu bukanlah alasan baginya untuk meninggalkan anak-anaknya yang masih begitu belia tanpa pengawasan orang tua.

"Sudah sangat terlambat bagi Anda untuk menyesali semua kesalahan yang Anda lakukan selama ini. Karena itu, setidaknya mulailah hal baru mulai saat ini. Felix, anak itu masih sangat kecil dan membutuhkan sosok ayahnya," tegas Beatrice lalu langsung keluar meninggalkan ayahnya yang tampak hampir menangis di ruang kerja itu.

Setelah ini, mungkin mereka tidak akan bertemu lagi seperti apa yang mereka lakukan biasanya. Hanya melewati hari tanpa saling menyapa satu sama lain, tetapi, Beatrice merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya di hatinya. Rasanya terasa hangat, mungkin karena ia telah mengungkapkan sebagian masalah yang ada di dalam hatinya sehingga rasanya menjadi jauh lebih lega.

Atau mungkin karena dirinya yang akan segera bertemu dengan pria yang paling ia cintai di dunia ini. Entahlah, siapa yang tahu isi hati manusia? Terutama milik seorang gausah yang sudah sangat jelas seberapa dalam isi hatinya.

"Setelah ini maka yang harus aku siapkan hanyalah sebuah gaun. Namun, Hannah, apakah menurutmu Duke akan hadir di pesta musim gugur kali ini?" tanya Beatrice kembali memastikan dirinya dapat bertemu dengan Max di sana.

Akan tetapi, sekalipun itu adalah kaisar yang memerintahkannya, masih tidak ada jaminan bahwa Duke Kharel akan menuruti perintah tersebut. Dia adalah seorang tyran yang terkenal tidak memiliki perasaan.

Seorang pria yang tidak akan pernah menundukkan kepalanya bahkan kepada kaisar sekalipun. Satu-satunya orang yang menolak perjodohan dengan satu-satunya putri Kekaisaran yang sangat terkenal dengan kecantikannya. Serta orang gila yang mengatakan bahwa medan perang adalah istrinya.

"Orang gila mana yang membunuh ratusan orang di atas tanah yang ia katakan sebagai istrinya?" Itulah tanggapan kaisar setelah mendengar ucapan Duke Kharel yang menyatakan bahwa ia telah menikahi medan perang sebagai istrinya.

Namun, Anda dapat tenang kaisar, karena Beatrice pasti akan melakukan apa saja demi membuat maniak peperangan itu kembali menjalin hubungan pernikahan dengannya. Dan langkah pertama yang harus ia lakukan adalah memastikan bahwa Duke akan menghadiri pesta musim gugur tersebut.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status