Share

2| Mengulang

Seorang gadis berambut pirang menatap pantulan dirinya di depan cermin. Gadis itu tertegun, rambut berwarna keemasan yang tergerai panjang hingga ke pinggang, kulit putih yang begitu terawat serta wajah tanpa kerutan yang membuatnya kembali teringat dengan penampilan masa mudanya.

"Apa ... yang terjadi di sini?"

Beatrice menyebarkan pandangannya mencari tahu di mana saat ini ia berada, sebuah lukisan keluarga berukuran cukup besar terpajang di dinding kamarnya menampilkan sosok sepasang suami istri dengan kedua putri dan putra kecil mereka yang tersenyum hangat di dalam potret itu.

Ini bukanlah kediaman Kharel, melainkan saat ini ia berada di kediaman Marquess Ingrid, tempat di mana ia lahir dan tumbuh besar hingga menikah dengan Duke Kharel di usia 17 tahun.

"Benar, tahun berapa sekarang?!" Beatrice meletakkan cermin di tangannya lalu beralih bertanya kepada salah satu pelayan yang ada di kamar saat ini.

"Sekarang tahun 569 kalender Kekaisaran Nona," jawab pelayan itu sedikit ragu dengan sikap Beatrice yang terkesan sedikit aneh dari biasanya.

Tahun 569? Itu berarti entah bagaimana Beatrice telah kembali ke enam tahun sebelum kematiannya. Bagaimana bisa? Apakah ia benar-benar kembali ke masa lalu? Atau semua hal yang dialaminya tentang masa depan justru hanyalah sebuah mimpi yang cukup panjang baginya?.

Gadis itu bertanya-tanya di dalam hatinya, tetapi tidak satupun dari pertanyaan-pertanyaan tersebut yang dapat ia jawab saat itu juga. Semuanya masih sangat membingungkan terutama bagi Beatrice yang baru bangkit dari kematiannya.

Brak!

Seseorang dengan terburu-buru membuka pintu lalu langsung berlari memasuki kemar menghampiri Beatrice yang saat ini masih duduk di atas kasurnya.

"Anda sudah sadar Nona?"

Seorang wanita berambut kecoklatan masuk menghampiri Beatrice dengan raut wajah yang terlihat sangat khawatir. Wanita itu adalah Hannah, seorang pelayan yang rela mengorbankan nyawanya demi Beatrice saat mengalami penculikan yang dilakukan Kaisar untuk sekedar menguji kesabaran Duke Kharel.

Jika Beatrice kembali ke enam tahun lalu sebelum kematiannya, tentu saja saat ini Hannah masih hidup bukan? Wajah serta kepribadian wanita itu masih sama persis dengan apa yang ada di dalam ingatan Beatrice.

"Hannah, di kehidupan kali ini aku berjanji akan gantian melindungimu," tekadanya di dalam hati dengan mata berkaca-kaca mengingat kembali apa yang telah Hannah lakukan demi dirinya.

"Nona, apakah Anda baik-baik saja? Apakah ada yang sakit? Saya akan segera memanggil dokter ke sini!"

Beatrice menggeleng pelan, dengan raut wajah haru menggenggam erat tangan pelayan pribadi yang selalu melindunginya itu. Apa yang harus ia katakan? Saking senangnya Beatrice tidak dapat mengatakan apapun dan hanya diam menggenggam erat tangan Hannah yang berdiri di depannya.

"Sepertinya aku bermimpi buruk, mimpi buruk yang sangat panjang," gumamnya tersenyum menatap wajah Hannah yang kebingungan.

* * *

Tahun 569 kalender Kekaisaran. Saat ini Kekaisaran masih dipimpin oleh Kaisar Abellard Bernie De Kayleigh kaisar ke VIII yang terkenal bijaksana dan sangat mencintai permaisurinya.

Namun, dikarenakan permaisuri memiliki tubuh yang lemah, kaisar harus kehilangan permaisuri tercintanya disaat usia pangeran dan tuan putri masih sangat belia.

Posisi permaisuri yang kosong menimbulkan begitu banyak pertentangan baik di dalam maupun di luar istana, memaksa Kaisar yang saat itu masih terbilang cukup muda untuk segera menikah dan mengisi singgasana kosong yang harus diisi oleh seorang permaisuri dari keluarga yang cukup pantas untuk menyandang kehormatan itu.

Berkatnya, Axena De Ingrid, putri sulung Marquis Ingrid sekaligus satu-satunya kakak Beatrice terpilih setelah seleksi yang sangat ketat sebagai permaisuri baru Kekaisaran dan melahirkan seorang putra yang saat ini menjadi kandidat terkuat untuk menggantikan posisi kaisar setelah putra mahkota.

"Sebenarnya aku tidak akan terlalu mempedulikan ular betina itu. Namun, karena dia telah berani mengusik aku dan suamiku, maka tidak ada pilihan lain selain menyingkirkannya."

Sejak kecil, Axena yang berusia lima tahun lebih tua dari Beatrice selalu saja mengusik adik kecilnya itu karena menganggapnya sebagai saingan yang akan merebut kasih sayang Marquess dan Marchioness yang seharusnya adalah miliknya.

Beatrice adalah gadis yang sangat cantik, rambutnya yang berwarna keemasan terlihat begitu serasi dengan mata birunya yang sedalam lautan. Kulit putih yang terawat tanpa cela, tubuh kecil yang seakan dapat hancur hanya karena seseorang menyentuhnya, serta senyum tipis yang samar membuat Beatrice dijuluki sebagai wanita tercantik di Kekaisaran ini setelah permaisuri terdahulu.

Sosoknya yang seperti itu sangat berbeda jauh dengan Axena yang selalu terlihat tegas tak tergoyahkan. Berbeda dengan Beatrice yang memiliki penampilan cukup mirip dengan ibunya, Axena memiliki rambut berwarna merah menyala yang merupakan ciri khas dari keluarga Marquess Ingrid.

Sorot mata wanita itu begitu tajam dengan tahi lalat kecil diujung matanya yang menambah kesan tegas pada wajah cantiknya. Dan berbeda dengan Beatrice yang terkenal polos dan penurut, Axena adalah wanita yang akan melakukan apa saja demi mewujudkan keinginannya.

"Termasuk membunuh kaisar dan pangeran mahkota demi menjadikan putranya sebagai penerus tahta selanjutnya."

"Apakah ada yang ingin anda lakukan hari ini Nona?" Hannah angkat bicara melihat Beatrice yang tampak serius memikirkan sesuatu selagi ia merapikan gaun untuk Nonanya itu.

"Bisakah kau bawakan undangan pesta yang dikirimkan kepadaku?"

Untuk memutar kembali roda takdir dan menyingkirkan Axena maka Beatrice memerlukan relasi yang cukup kuat dengan para bangsawan lainnya. Terutama memiliki seseorang yang memiliki cukup banyak informasi tentang istana berada di pihaknya.

Karena itu, hal yang paling mudah adalah dengan menghadiri beberapa pesta teh dan perjamuan yang diadakan oleh para nona bangsawan yang menjadikan sebuah pesta perjamuan sebagai medan perang mereka untuk mengumpulkan informasi dan titik balik menjatuhkan permaisuri saat ini.

"Namun, jika aku datang sebagai putri kedua Marquess Ingrid, mungkin saja mereka tidak akan berani berkomentar apapun tentang permaisuri karena mengira aku memihaknya bukan?"

"Namun, jika itu para nona bangsawan yang selalu menjunjung tinggi martabat dan kesombongan mereka, harusnya mereka akan melakukan hal yang lebih menarik." batinnya telah merencanakan semua yang akan ia lakukan di perjamuan yang akan dihadiri nya nanti.

Namun, sebelum itu, ada sesuatu yang harus Beatrice perhatikan lebih dari apapun yang ada di dunia ini. Tentang keberadaan sosok yang selalu muncul di dalam mimpinya. Seorang pria yang menjadi alasan utamanya memutar balikkan roda takdir yang penuh dengan duri.

Jika diingat kembali, harusnya saat ini Kekaisaran sedang dalam masa gencatan senjata sehingga "Dia" tidak harus terjun ke medan perang dalam beberapa waktu.

Akan tetapi, hati yang begitu lelah harus menemukan tempat bersandarnya. Beatrice yang telah berpisah cukup lama dari hidupnya begitu merindukan sosok yang menjadi sebagian hidupnya itu.

"Hannah, bisakah kau mencari informasi tentang Duke Kharel?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status