Home / Romansa / Merindukanmu, Dalam Jerit Tangisku / Bab 4. Pertemuan Tak Terduga

Share

Bab 4. Pertemuan Tak Terduga

Author: Michaella Kim
last update Last Updated: 2025-10-07 02:47:19

Empat tahun kemudian …

Paris, Prancis.

Sebuah apartemen modern yang terletak di arondisemen ke-7—tidak jauh dari Champ de Mars—Sophia sedang sibuk mengejar anak laki-lakinya yang berlari-lari keliling ruang tamu dengan kaus dalam setengah terpakai dan celana pendek yang masih digenggam di tangan.

“Caleb! Mommy bilang berhenti!” teriak Sophia sambil menghela napas, rambutnya yang sudah disisir rapi jadi kembali kusut gara-gara kejar-kejaran pagi itu.

Caleb tertawa lepas, kakinya yang mungil dan cepat berlari melintasi sofa, hampir saja menabrak vas bunga yang berdiri anggun di sudut ruangan. Bocah laki-laki itu tampak terlihat sangat aktif.

“Astaga, anak itu!” keluh Sophia sudah mulai lelah melihat kelakuan anak laki-lakinya yang bisa dikatakan kerap membuatnya sakit kepala.

“Caleb! Kalau kau tidak berhenti sekarang juga, kita batal ke New York hari ini!” ancam Sophia dengan suara tegasnya, berharap Caleb mau berhenti dan menurut. Kepalanya sedikit pusing di kala putranya itu ada saja membuatnya kegaduhan.

Bocah laki-laki berusia tiga tahun itu mendadak berhenti, dia menoleh, lalu menghampiri ibunya dengan wajah sedikit merengut sebal. “Jangan batal, Mommy. Aku mau lihat pesawat besar!”

“Kalau begitu, diam, dan pakai bajunya,” ucap Sophia sambil menunduk, kemudian merapikan celana yang akhirnya berhasil dia pakaikan ke tubuh mungil anak laki-lakinya itu.

Sementara itu, dari kamar sebelah, terdengar suara riang gadis kecil yang menyanyikan lagu dalam bahasa Prancis dengan pelafalan nyaris sempurna. Tampak Chloe muncul dari balik pintu kamar, mengenakan dress biru muda dengan pita kecil di rambut pirangnya.

“Astaga, kau cantik sekali hari ini, Sayang,” puji Sophia sambil tersenyum dan menarik Chloe ke dalam pelukannya. Dia menyisir rambut anak perempuannya itu perlahan, memastikan tidak ada helaian kusut yang tersisa.

Chloe, anak perempuan Sophia yang lahir lima menit setelah Caleb, adalah versi kecil dari Sophia sendiri. Hanya saja rambut asli Chloe pirang seperti mendiang ibu Sophia, sedangkan rambut asli Sophia adalah cokelat, meski sekarang rambut Sophia sudah diwarnai menjadi pirang seperti putri kecilnya.

Chloe memiliki paras yang menggemaskan seperti boneka hidup. Gadis kecil itu memiliki tubuh yang berisi. Rambut pirang, mata abu-abu lembut, dan ekspresi wajah penuh rasa ingin tahu, tetapi selalu memancarkan kecerian.

Chloe paling aktif bertanya. Dia selalu bertanya tentang dunia, tentang bintang, tentang mode, dan kadang—tentang ayahnya. Pertanyaan terakhir itu selalu membuat dada Sophia terasa sesak.

Namun, Sophia selalu menjawab bahwa ayah mereka sudah berada di surga. Wanita cantik itu enggan memberi tahu kedua anak mereka tentang Lucas. Sebab menurutnya, kisahnya dan Lucas telah usai, bahkan tidak akan pernah bertemu lagi selamanya.

“Mommy, nanti di New York aku ingin jalan-jalan,” kata Chloe riang.

Sophia tersenyum lembut, menanggapi apa yang dikatakan oleh putrinya itu. “Iya, Sayang. Nanti setelah urusan Mommy selesai, Mommy akan ajak kau dan Caleb jalan-jalan,” balasnya hangat.

“Yeay!” jawab Chloe dengan senyuman di wajahnya.

Pagi itu adalah pagi yang berbeda. Sophia akan terbang ke New York bersama dengan kedua anaknya. Meski jujur, ada sesuatu hal yang menelusup ke dalam diri Sophia di kala harus kembali ke New York. Namun, dia meneguhkan bahwa dirinya kembali bukan untuk mengingat masa lalu, tetapi untuk menata masa depan.

Empat tahun Sophia berada di Paris adalah hal yang luar biasa. Wanita cantik itu banting tulang meraih impiannya menjadi seorang fashion designer. Dia melanjutkan sekolah di salah satu sekolah fashion di Paris berkat bantuan Joanna.

Sophia dulu putus kuliah karena biaya, lalu di suatu moment dia bertemu dengan Lucas. Saat itu dia menjadi seorang karyawan di perusahaan property—yang di mana bertemu dengan billionaire hebat seperti Lucas Collins. Ceritanya dan Lucas memang seperti kisah Cinderella.

Sophia bukan berasal dari keluarga yang hebat. Ayahnya adalah seorang penjudi dan bandar narkoba. Ayahnya itu sudah meninggal saat berada di penjara. Sementara ibunya adalah seorang pelacur, yang juga sekarang sudah meninggal dunia.

Sophia biasa hidup berjuang sendiri, sampai akhirnya waktu itu dia bertemu Lucas—sosok pria yang dulu mencintainya tanpa berpikir tentang latar belakang keluarganya. Akan tetapi, semua telah berubah total. Cintanya dan Lucas telah berakhir. Tidak ada lagi hal untuk diperjuangkan.

Alasan kuat Sophia pindah ke Paris adalah ingin menata ulang kehidupannya. Bermodalkan meminjam uang dari Joana. Dia bersyukur memiliki sahabat yang selalu menemaninya. Sungguh, dia tak tahu bagaimana kehidupannya jika tidak ada Joana.

Tidak mudah untuk Sophia membangin semua dari nol hanya sendirian. Banyak air mata yang dia harus keluarkan untuk mencapai segala impiannya. Bahkan dia kerap merasakan kegagalan berkali-kali. Namun, dia tidak berhenti berjuang, karena ada Caleb dan Chloe yang harus dia bahagiakan.

“Ya sudah, ayo kita ke bandara. Kalian sudah sangat tampan dan cantik,” kata Sophia hangat, mengajak anak kembarnya untuk pergi.

Caleb dan Chloe memekik kegirangan sambil bertepuk tangan. Lantas, Sophia kini membawa anak kembar serta pengasuh anak kembarnya untuk menuju mobil yang sudah menunggu.

***

Bandar Udara Internasional John F. Kennedy, New York, USA.

Setelah penerbangan panjang yang diwarnai tangisan ringan, permainan konyol, dan segelas jus tumpah di bangku pesawat, akhirnya Sophia bersama kembar tiba. Sophia tampak lelah, tapi tetap menjaga senyumnya. Ini bukan hanya kunjungan kerja—ini pelariannya yang sesekali perlu dari masa lalu yang berat.

Pagelaran fashion show yang digelar di jantung Manhattan menjadi alasan utama kunjungannya kali ini. Sophia, kini dikenal dengan brand miliknya sendiri Maison de Sophia, diundang untuk menghadiri acara eksklusif bertajuk Elegance Reborn, tempat para perancang dunia memamerkan karya terbaik mereka.

Sophia gaun hitam sederhana, tetapi menunjukkan elegan. Rambutnya diikat rapi, dan sepatu hak medium. Dia tiba di venue fashion show. Anak-anaknya ditinggal bersama pengasuh terpercaya di hotel, agar dia bisa fokus. Sementara Joana akan menyusul besok karena hari ini sahabatnya itu harus bertemu dengan calon kekasihnya terlebih dahulu.

Acara fashion show itu penuh dengan keramaian, sorot kamera, serta aroma parfum mahal langsung menyambutnya. Sophia sudah terbiasa dengan suasana semacam ini, tapi selalu ada kegugupan tersendiri saat menghadiri ajang internasional.

Setelah rangkaian acara utama selesai, seorang wanita paruh baya yang anggun dan tampak memiliki kharisma khas sosialita menghampirinya. Wanita itu adalah Margareth Alford, pemilik butik gaun pengantin paling prestisius di New York—Alford Bridal Couture.

“Sophia, ma chérie, akhirnya kita bertemu lagi!” sapa Margareth sambil memeluknya singkat.

Sophia tersenyum menyapa wanita paruh baya yang masih tampak cantik dan anggun itu. “Senang sekali bisa diundangny, Margareth. Seperti biasa, koleksimu selalu luar biasa,” jawabnya hangat.

“Terima kasih atas pujianmu, Sophia. By the way, aku ingin meminta bantuanmu hari ini. Ada klien istimewa yang ingin bertemu langsung dengan perancang. Namanya Anna Kendrick. Dia akan menikah dalam waktu dekat dengan seorang billionaire ternama. Dia juga ingin memesan gaun pengantin terbaik. Apa kau bisa bantu aku? Mungkin kita bisa bekerja sama dalam memberikan gaun terbaik untuk Anna,” ujar Margareth hangat.

Sophia tersenyum, dan mengangguk. “Ya, tentu aku mau menemanimu.”

“Aku percaya padamu, kau pasti akan membuat kagum klienku ini, karena rancangan indah yang kau buat nanti, Sophia,” balas Margareth dengan sneyuman di wajahnya.

“Kita lihat dulu nanti, Margareth. Semoga klienmu suka setelah melihat beberapa sample yang telah kubuat.”

“Aku yakin seratus persen klienku suka, Sophia. Aku sudah merekomendasikanmu sebelumnya padanya. Dan dia ingin bertemu denganmu secara langsung untuk bertanya-tanya.”

“Baiklah kalau begitu.” Sophia menganggukkan kepalanya, lalu duduk di lounge eksklusif yang disediakan di belakang panggung.

Beberapa menit berlalu, seorang asisten masuk dan membisikkan pada Margareth bahwa tamu telah datang.

“Ah, mereka sudah tiba,” ucap Margareth sambil berdiri dan menoleh ke arah pintu. “Itu dia Anna.” Dia mengangkat tangannya dan menyapa wanita cantik bernama Anna, dengan senyum ramah di bibirnya.

Sophia lantas menoleh secara refleks, kemudian berdiri sopan, siap menyambut calon pengantin dan pasangannya itu. Namun saat matanya menangkap sosok pria yang berdiri di samping Anna—tubuhnya mendadak kaku. Napasnya menjadi tercekat. Otaknya bahkan tak mampu berpikir jernih. Semua seakan menjadi blank.

Wanita bernama Anna Kendrick itu mengenakan gaun berwarna putih gading seraya menggamit lengan seorang pria berpostur tubuh tinggi, dan gagah. Pria itu memiliki paras yang luar biasa tampan, dan dibalut dengan jas berwarna abu-abu. Mereka terlihat begitu mesra.

Rambut hitam pria tampan itu, garis rahang tegas, dan sorot mata yang tidak mungkin Sophia lupakan. Ya, dunia Sophia seakan berhenti di sini. Sosok yang sudah lama tak dia lihat sekarang kembali muncul.

“Lucas …?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Merindukanmu, Dalam Jerit Tangisku   Bab 4. Pertemuan Tak Terduga

    Empat tahun kemudian …Paris, Prancis.Sebuah apartemen modern yang terletak di arondisemen ke-7—tidak jauh dari Champ de Mars—Sophia sedang sibuk mengejar anak laki-lakinya yang berlari-lari keliling ruang tamu dengan kaus dalam setengah terpakai dan celana pendek yang masih digenggam di tangan.“Caleb! Mommy bilang berhenti!” teriak Sophia sambil menghela napas, rambutnya yang sudah disisir rapi jadi kembali kusut gara-gara kejar-kejaran pagi itu.Caleb tertawa lepas, kakinya yang mungil dan cepat berlari melintasi sofa, hampir saja menabrak vas bunga yang berdiri anggun di sudut ruangan. Bocah laki-laki itu tampak terlihat sangat aktif.“Astaga, anak itu!” keluh Sophia sudah mulai lelah melihat kelakuan anak laki-lakinya yang bisa dikatakan kerap membuatnya sakit kepala.“Caleb! Kalau kau tidak berhenti sekarang juga, kita batal ke New York hari ini!” ancam Sophia dengan suara tegasnya, berharap Caleb mau berhenti dan menurut. Kepalanya sedikit pusing di kala putranya itu ada saja

  • Merindukanmu, Dalam Jerit Tangisku   Bab 3. Hamil Bayi Kembar

    Menandatangani surat cerai adalah mimpi buruk bagi Sophia. Wanita cantik itu seakan terdampar di tempat yang memberikan luka penyiksaan batin. Dia ingin menjerit sekeras mungkin, tetapi dia sadar bahwa tidak ada yang membantunya. Dia terlalu lemah untuk memperbaiki segala kekacauan meski sebenarnya kekacauan ini muncul, akibat dirinya yang tak mengerti apa sebenarnya rencana takdir.Sophia pergi meninggalkan mansion Lucas, bukan atas dasar keinginannya sendiri, tetapi karena desakan keadaan—di mana Lucas tak percaya padanya. Berkali-kali dia menjelaskan hasilnya tetap sama yaitu Lucas, tidak mau mendengarkannya sama sekali. Bagi suaminya itu, dia tetaplah seorang pengkhianat. Padahal kejadian yang sebenarnya tidak seperti apa yang dipikirkan oleh suaminya itu. Beberapa hari setelah meninggalkan mansion, Sophia didatangi oleh asisten pribadi Lucas—yang memberikan surat cerai padanya. Dalam kondisi hati yang berat serta hancur, tidak ada yang bisa dia lakukan selain menyetujui keingin

  • Merindukanmu, Dalam Jerit Tangisku   Bab 2. Memilih Menyerah

    Sophia menggelengkan kepalanya perlahan dengan air mata telah lebih dulu mengalir di pipinya. Dia berdiri di depan sang suami yang memandangnya dengan sorot mata dingin dan penuh kebencian. Pria yang selama ini dia cintai kini menjadi sosok yang asing baginya.“Aku tidak kenal pria itu, Lucas ... aku bersumpah atas nama apa pun yang kau percaya,” ucap Sophia lirih, dengan nada yang putus asa, “Jangan menceraikan aku. Aku mencintaimu.”“Stop! Aku muak mendengar omong kosongmu!” bentak Lucas dengan suara menggelegar yang menggema di seluruh kamar. Sorot mata pria itu begitu tajam, dan penuh kebencian. Ini adalah tatapan yang sebelumnya tidak pernah dia berikan pada sang istri.Sophia menangis, dengan bahu yang naik turun bergetar memegang selimut tebal yang masih membalut tubuh polosnya. “Lucas, aku mohon,” isaknya dengan nada putus asa.“Berhenti mengemis padaku. Aku muak denganmu, Sophia! Sekali pengkhianat akan tetap menjadi pengkhianat! Kau tidak jauh beda dengan wanita rendahan di

  • Merindukanmu, Dalam Jerit Tangisku   Bab 1. Aku Akan Menceraikanmu!

    “Apa yang kau lakukan, Sophia?!” teriak Lucas dengan suara serak bercampur amarah saat dia membuka pintu kamar mereka. Pria tampan itu berdiri terpaku di ambang pintu, matanya membelalak tak percaya. Pemandangan di hadapannya seakan meremukkan hatinya dalam sekejap.Di atas ranjang yang selama ini menjadi saksi cinta mereka—tempat di mana dia dan Sophia sering berbagi canda, cerita hidup, dan pelukan hangat—kini menjadi saksi pengkhianatan paling menyakitkan.Sophia, istri yang telah dia nikahi satu tahun yang lalu, yang dia cintai dengan sepenuh hati, terbaring di sana. Selimut kusut menutupi tubuhnya yang tampak telanjang. Hal tergila adalah di samping istrinya itu ada seorang pria asing yang juga tak berbusana terlelap dengan ekspresi damai, seolah tak ada yang salah.Lucas terdiam membeku di tempatnya. Matanya yang semula penuh kerinduan setelah tiga hari perjalanan bisnis, kini berubah jadi lautan amarah dan luka. Dia mencoba berbicara, tetapi kata-kata tercekat di tenggorokannya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status