Share

2. VIP

last update Last Updated: 2021-09-29 15:38:13

Tiba-tiba salah satu penari mendekati dirinya dan mengajaknya ke tengah untuk ikut menari. Walaupun bingung, Merry tidak menolak ajakan tersebut. Pria itu memberikan contoh gerakan pada Merry untuk diikuti. Merry pun bisa mengikutinya dengan mudah.

“Woohoo, Merry! You go, girl!” teriak Dawn dari meja mereka yang tentu saja terdengar sampai ke telinganya.

Ternyata bukan hanya dirinya, beberapa tamu lain juga ada yang diajak berdansa. Namun tidak semuanya bisa menguasai gerakan yang dicontohkan dengan cepat. Bisa dibilang koordinasi otot tubuhnya sangat baik, sehingga Merry mudah menghapal dan mengikuti gerakan tarian.

Tanpa diduga, Dawn dan Cathy pun ikut terjun ke lantai dansa dan mengikuti gerakan yang dicontohkan. Dawn dengan mudah meniru, sedangkan Cathy kesulitan mengikutinya.

Setelah itu, para tamu di pinggir pun satu per satu mulai ikut terjun ke tengah lantai dansa. Akhirnya mereka semua kompak menarikan gerakan yang sama.

Merry, Dawn dan Cathy tertawa lepas. Andrenalin mereka terpompa maksimal, padahal mereka tidak menelan pil apapun. Di akhir pertunjukkan, musik berhenti, dan mereka melakukan pose bebas sekerennya.

Setelah hening sejenak, tepuk tangan tumpah ruah memenuhi seluruh ruangan club. Tentu saja pertunjukkan ini direkam sejak awal.

Tak lama DJ kembali memainkan musik, dan para tamu yang masih ingin menari tetap berada di lantai dansa, sebagian kembali ke meja mereka masing-masing, termasuk kelompok Merry. Tidak lupa Merry kembali ke meja bar untuk membawa minuman mereka.

Oh my God, gilak! Malam ini pecah banget!” teriak Dawn dengan napas terengah dan keringat menetes di keningnya. Dia langsung menenggak air mineral sampai setengahnya.

“Keputusan lo tepat banget kita party di sini!” puji Cathy. Dia pun sama bersemangatnya seperti dua teman lainnya.

“Cowoknya juga ganteng-ganteng!” tawa Dawn.

“Lo masih tertarik sama cowok rupanya,” timpal Merry.

“Anjiirr, masih lah! Lo nggak lihat gue udah dandan heboh begini?”

Mereka bertiga pun tertawa lepas. Tiba-tiba ada seorang pria yang menghampiri mereka bertiga.

“Sorry, ladies, if you don’t mind, Nona Syeiley mengajak kalian bergabung di mejanya,” ucap pria itu. Dari penampilannya sepertinya dia pesuruh si nona kaya itu.

Mereka bertiga terkejut dan saling pandang. Sementara pria itu menunggu jawaban mereka dengan sabar. Cathy menyenggol bahu Merry dan memberikan isyarat untuk menerima ajakan itu. Sementara Dawn hanya mengedikkan bahunya.

Akhirnya Merry pun menyetujui ajakan itu. Tak lama, mereka bertiga sudah bergabung di meja milik Nona Syeiley.

Hey, I’m Syeiley. Saya melihat penampilan kalian tadi. I’m happy that you guys took the initiative to roll on the dance floor, dan membuat suasana pecah bukan main! That’s super cool! I love it.” Wanita yang usianya dua tahun di atas Merry itu berbicara dengan anggun. Ekspresi wajahnya terlihat tulus dan tidak dibuat-buat. “Sebagai ucapan terima kasih, kalian saya undang di pesta ini. Kalian boleh pesan minuman sesuka kalian, dan bill-nya masukan saja atas nama saya!”

“Seriusan?” sambar Merry girang bukan main. Itu kan artinya dia tidak akan keluar duit sama sekali malam ini.

Syeiley mengangguk tegas dan tersenyum tipis.

“Thank you very much! We’re so much appreciate that!” Cathy membalas dengan sopan.

Tentu saja dia merasa sangat bahagia. Namun dia memiliki agenda tersendiri untuk mendekati nona besar ini dan melebarkan relasinya. Sehingga dia harus menjaga sikapnya agar tidak memalukan.

Untuk selanjutnya, mereka bertiga mulai menikmati suasana, berjoget dan minum-minum. Mereka berbaur dengan tamu-tamu Syeiley, mereka bahkan mengajak Syeiley untuk menari bersama mereka.

“Guys, gue mau ke toilet dulu ya!” teriak Merry setelah dia sudah tidak bisa menahannya. Dawn dan Cathy mengangguk sambil terus asyik meliukkan tubuh mereka mengikuti irama musik.

“Becareful, Mer, you’re drunk right now! Jangan salah jalan pulang!” teriak Dawn. Cewek ini tentu saja masih tidak terlalu mabuk, dia termasuk kuat minum.

Sementara Cathy memang tidak suka terlalu banyak minum minuman beralkohol. Dia tidak suka kehilangan kontrol atas tubuh dan kesadarannya.

Merry berjalan dengan sedikit sempoyongan menuju toilet. Pencahayaan ruangan yang remang dengan kilatan lampu disko berwarna warni membuat pandangannya sedikit kabur. Beberapa kali dia menabrak tubuh orang lain.

“Oops, sorry!” ucapnya dengan wajah yang memerah karena pengaruh alkohol. Dalam hatinya mengutuk, mengapa club ini besar sekali sehingga dia kesulitan mencari toilet?

Akhirnya setelah susah payah mencari, dia berhasil sampai ke toilet perempuan. Namun kondisinya mengenaskan. Ada muntahan di lantai. Merry langsung memalingkan wajahnya untuk menghindari dirinya ikutan muntah detik itu juga.

Dia pun naik ke lantai atas, yang merupakan lantai ruangan VIP. Di lantai atas pasti ada toilet juga, dan seharusnya ruangannya lebih bersih. Dia berjalan menyusuri koridor, membuka pintu satu persatu.

“Oops, sorry, salah ruangan,” dia terkikik geli saat melihat sepasang pria dan wanita sedang saling bercumbu di dalam ruangan itu.

Di ruangan yang lain, dia melihat sekelompok pria sedang berpesta bersama wanita-wanita panggilan, “Maaf, salah ruangan!” teriaknya masih cekikikan.

Di pintu yang ketiga, dia hanya melihat seorang pria duduk seorang diri berwajah muram dengan segelas wine di tangannya.

“Oh, ini juga bukan toilet! Arrgh, kenapa sih bangunan ini gede banget!” keluhnya, “Ah, maaf, sudah mengganggu Anda,” ucapnya tersenyum pada pria tersebut sambil melambaikan tangannya.

Setelah menutup pintu, Merry berpikir sebentar. Pria di dalam sana ganteng, tapi wajahnya suram sekali. Pasti dia sudah lama banget tidak bercinta. Merry terkikik geli dengan pikiran mesumnya.

Mendadak dia ingin bersenandung. Maka, dia pun bernyanyi pelan sambil terus mencari-cari toilet dan terus saja salah membuka pintu, sesekali diselingi ucapan maaf apabila ada penghuninya di dalam ruangan itu.

Sampai akhirnya dia tiba di ruangan yang dicarinya, tepat di ujung koridor di lantai bagian kiri.

Merry masuk ke toilet perempuan, bergegas duduk di atas kloset dan menyalurkan hajatnya.

Tepat dugaannya. Kamar mandi di lantai VIP memang sangat mewah, bernuansa merah maroon. Beda kelas dengan di bawah.

Memang sih, kamar mandi di bawah juga termasuk bagus, kalau saja tidak ada genangan muntahan tak jauh dari pintu masuk.

Setelah mencuci tangannya, Merry memandangi dirinya untuk mengecek penampilannya.

“Ya ampun, Marianne, kenapa sih kamu cantik sekali! Hihihihi!” Namanya juga lagi mabok ya, jadi seringkali meracau tidak jelas. “Tapi kenapa kamu masih jomlo sampai sekarang? Coba jawab, kenapa?” Jemarinya yang lentik menunjuk-nunjuk ke cermin. Persis orang yang lagi ngajakin berantem.

Setelah beberapa saat, dia kembali terkikik geli dengan kekonyolannya, berbicara sendirian di depan cermin.

Setelah sudah puas menatap dirinya di depan cermin, Merry pun keluar kamar mandi, masih dengan langkah terhuyung. Namun, saat dia menutup pintu, Merry terkejut karena ada seorang pria yang menunggunya di luar kamar mandi.

Oh, my God, kamu mengejutkanku! Apa yang kamu lakukan di sana?” tanyanya mengelus dadanya karena terkejut.

“Sepertinya kamu bukan tamu VIP,” ucap pria itu dengan suaranya yang berat dan kedua lengan bersedekap di depan dadanya. Pria itu bersandar di dinding dan menatap dirinya dengan tajam.

So what? Aku juga tamu di club ini,” balas Merry cuek.

No, orang yang boleh ada di lantai ini hanya tamu VIP … dan orang yang diundang oleh tamu VIP.” Pria itu berjalan mendekati dirinya, dengan satu tangan berada di dalam kantung celananya. Setiap langkahnya terdengar begitu mengintimidasi. “Jadi, kamu tamu di ruangan berapa?” lanjut pria itu yang sekarang berdiri menjulang sangat dekat dengan tubuh Merry.

Merry bisa merasakan embusan hangat napasnya yang berbau wine, serta harum musk dan rempah dari tubuh pria itu, feromon menguar kuat darinya. Indera Merry tergelitik, wangi pria di depannya begitu menggoda.

“Aku…,” Merry berusaha menjawab, namun tentu saja dia tidak mengetahui jawabannya.

Dia pernah ke club ini dua sampai tiga kali, itu juga diajak teman sesama model. Namun dia tidak pernah naik ke lantai VIP.

“Aku apa?” ulang pria itu, menundukkan wajahnya sehingga wajah mereka hanya berjarak tiga puluh sentimeter.

“A-aku…,” wajah Merry semakin memerah.

Pria ini terlalu memojokkannya. 'Kumohon, jangan lebih dekat dari ini.' Batinnya putus asa.

“Apa sebaiknya aku panggilkan satpam sekarang? Hhmm?” Pria itu seperti menantang dirinya. Dan sialnya, wajah pria itu malah semakin mendekat dan terus mendekat.

“A-aku…,” Merry benar-benar tidak tahu harus menjawab apa. Tubuhnya makin menempel di dinding belakangnya

Tiba-tiba saja di luar dugaan, bibir pria itu menyambar bibirnya. Melumatnya dengan penuh gairah.

Awalnya Merry tidak tahu bagaimana harus bereaksi, sehingga dia hanya berdiri mematung. Namun hal itu hanya berlangsung selama sekian detik.

Ciumannya begitu nikmat dan menggebu-gebu, membuat Merry tidak bisa menolaknya, sehingga dia pun membuka mulutnya dan menyambut ciuman itu dengan sama bergairahnya.[]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Merry Go Around   64. Gelisah 2.0

    Seringkali apa yang kita rencanakan tidak berjalan seperti seharusnya. Seringkali kita kecewa dengan hasil yang kita dapatkan. Padahal mungkin, Tuhan bukannya tidak mengabulkan harapan kita. Melainkan Tuhan tahu apa yang kita butuhkan. Seumur hidupnya, Merry tidak pernah menginginkan hal yang terlalu muluk. Dia tidak menginginkan pacaran dengan anak orang kaya, kemudian mereka menikah dan tinggal di sebuah rumah yang mirip dengan istana. Hidup nyaman dengan bergelimang harta memang sangat menggiurkan, namun bukan hal yang mutlak untuk dimiliki. Melihat pernikahan kedua orang tuanya, Merry selalu berharap kalau dia akan bertemu dengan seorang pria yang baik, bertanggung jawab dan menghargai semua pendapatnya. Namun yang paling penting, pria itu akan terus bersamanya sampai dengan masa tua mereka. Sehingga dia tidak akan merasa kesepian seperti ibunya. Almarhum ayahnya merupakan pria yang baik, malah teramat baik. Namun sepertinya memang benar pepatah yang mengatakan orang baik umurny

  • Merry Go Around   63. Gelisah

    Para orang tua selalu mengatakan, perjalanan menjadi dewasa melalui sebuah rangkaian proses yang panjang. Manusia melakukan kesalahan, tapi kemudian mereka akan memperbaikinya. Itulah yang membuat seseorang berkembang dan menjadi lebih dewasa dan bijaksana. Terdengar mudah, namun pada saat menjalaninya, Merry tidak tahu kalau kesalahan yang akan dilakukannya akan begitu menguras seluruh emosi dan fisiknya. Kalau saja mesin waktu ada, Merry akan memilih untuk kembali di saat dia kehilangan peran utama pertama kali yang berhasil didapatnya. Dia akan mengatakan pada versi dirinya yang lebih muda agar menerima keputusan saat peran tersebut dicabut darinya. Bukan berarti dia akan membiarkan versi dirinya yang lebih muda menjadi kurang ambisius, dia hanya akan melarang dirinya yang dulu agar tidak memasuki pintu ruangan tersebut. "Mer, kita sudah boleh pulang," tegur Cathy saat dia melihat Merry yang hanya duduk terdiam di atas ranjang IGD. “Benny,” begitu tersadar Merry lekas meraih ta

  • Merry Go Around   62. Jadian

    Acara pensi berlangsung dengan sukses. Acara sekolah mereka diliput oleh salah satu kanal televisi nasional. Merry, Cathy dan Dawn berjoget bersama di depan panggung untuk merayakan keberhasilan acara, sementara band tamu sedang tampil di atas panggung. Beberapa panitia yang lain pun ikut terjun merayakan. “Acara kita berhasil, Mer!” pekik Cathy memeluk Merry dengan erat. Tentu saja dia satu tim dengan Merry dan mereka berhasil mendapatkan banyak sponsor. “Dawn, bilang makasih sama bokap lo ya, karena udah mau jadi sponsor utama!” ucap Merry setengah berteriak dan merangkul bahu Dawn. Akhirnya mereka bertiga saling berangkulan sambil berjoget.“No problem! Win win, kok! Kata bokap, bagus juga buat promosi produk perusahaan!” balas Dawn.“Gue seneng banget! I love you, guys! Mulai saat ini, kita sahabatan sampai maut memisahkan, ya!” teriak Cathy.Cathy dan Dawn memang sudah sahabatan sejak SMP, namun Merry baru empat bulan ini bergabung bersama mereka. “Okay!” balas Merry dan Dawn

  • Merry Go Around   61. Masa SMA

    Sebelum menggeluti dunia akting, Merry terjun ke dunia modeling terlebih dahulu. Dia keluar sebagai juara satu pemilihan model di sebuah majalah remaja saat masih SMP. Setelah itu, dia mendapatkan banyak tawaran sebagai bintang iklan. Merry tidak mengambil pekerjaan selain modeling untuk membagi waktunya dengan jadwal sekolah. Karena iklan yang menggunakan wajahnya cukup banyak, Merry pun mendapatkan popularitas di kalangan remaja. Saat dia masuk SMA, Merry mulai mendapatkan tawaran sebagai pemeran pendukung di sebuah film. Hanya peran kecil, namun dari sana bakat akting Merry mulai dikenal. "Itu Sifabella Hadiprana yang jadi Dona, kan? Aktingnya keren banget pas adegan berantem. Badannya bagus sih, tinggi atletis." Begitu obrolan para siswa yang melihat dirinya di sekolah. Merry memang memakai nama belakang dan nama almarhum ayahnya untuk karir keartisan. "Wah, dia masuk ke sekolah kita? Berarti dia pintar juga anaknya, ya?" "Atau mungkin dia masuk dari jalur prestasi." "Prestasi

  • Merry Go Around   60. Cinta Pertama

    Wajah Merry masih terasa panas saat akhirnya dia sudah tiba di IGD rumah sakit terdekat. Kompleks apartemennya memang cukup dekat dengan rumah sakit, hanya perlu menyebrang, dan dia sudah sampai di halaman rumah sakit. Dan sepanjang jalan itu, sang Budi terus membopongnya. Benar-benar otot pria itu bukan kaleng-kaleng. "Apa yang sakit, mbak?" tanya perawat yang bertugas memeriksanya. "Ka-kaki saya, sus," jawab Merry. Sesekali matanya melirik ke tubuh sang Budi yang sedang berbicara dengan petugas administrasi di ruangan sebelah. Kebetulan lokasi tempat tidurnya bisa melihat ke ruangan itu. "Yang ini?" perawat itu memencet pergelengan kaki kanan Merry. "AAW!" Merry berteriak kaget karena dia sedang fokus mengintip. "Pelan-pelan, sus," ucap Merry meringis kesakitan. "Maaf, Mbak, lalu mana lagi yang sakit?" Mau tidak mau, Merry terpaksa berhenti mengintip dan fokus memberitahu perawat mana saja dirasa sakit olehnya. "Ada apa lagi lo ke sini, Bud?" Tiba-tiba Merry mendengar suara

  • Merry Go Around   59. Penjemputan

    Mereka bertiga berjalan bersama ke mall setelah mandi dan berganti pakaian. Mereka memutuskan untuk makan di foodcourt sehingga mereka bergantian membeli makanan. Saat Merry sedang berkeliling membeli makanan, Cathy dan Dawn duduk berdua saja sambil sesekali sibuk memeriksa ponsel mereka.Cathy tertawa membaca pesan dari Jason, cowok yang baru dikenalnya beberapa saat yang lalu. Tentu saja Jason mengajaknya untuk jalan hanya berdua di lain waktu, dan Cathy membalasnya dengan senang hati. Lumayan buat mengisi rasa bosan.Namun kemudian dia menyadari kalau Dawn diam saja sejak mereka berada di kolam renang. Padahal Dawn biasanya tidak berbeda jauh darinya kalau sedang berkenalan dengan cowok, agak centil dan banyak melempar candaan. "Oke, ada apa, Dawn?" tanya Cathy meletakkan ponsel di atas meja.Dawn terkejut karena Cathy tiba-tiba bertanya padanya, padahal perempuan itu sedetik sebelumnya terlihat asyik menatap layar ponselnya."Hah, oh ... gue ... nggak apa-apa, kok!" jawab Dawn se

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status