POV Author"Mama kok nggak bilang mau ke Jerman sih? Shanum 'kan juga mau ikut." Shanum merajuk, saat melakukan panggilan video bersama ibunya."Rencana kita nggak lama di sini kok, Kak. Kakak juga nggak bilang mau pulang," sahut Kanaya."Mama jangan dulu pulang, kita semua nyusul aja kesana. Kak Anna sama Bang Ayyman udah pulang kok, Oma juga pasti pengen ketemu Bang Arga juga 'kan?"Kanaya mengangguk, "Sebelum berangkat, bawa dulu Oma buat kontrol ke dokter. Kalau kondisinya bagus kalian bisa langsung berangkat," jelas Kanaya."Ya udah, nanti sore Shanum anter Oma kesana. Ya udah ya, ada Nayla sama Keysha soalnya."Sambungan telepon itu terputus. Kanaya kembali melanjutkan aktivitasnya membuat cemilan untuk Zian yang sedang bermain bersama Arga di halaman belakang. Rumah yang disiapkan memang lumayan besar, memiliki lima kamar dan juga halaman depan dan belakang yang luas. Rumah yang biasa ditempati saat tugas kerja atau berjalan-jalan ke Jerman. Mereka bahkan sengaja asisten rumah
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorSemenjak Aditya pergi, Lana tidak pernah bisa tenang. Hatinya selalu gelisah, pikiran negatif bermunculan tapi wanita itu menepisnya karena berpikir suaminya tidak akan melakukan hal diluar batas di sana. Firasat seorang istri memang tidak bisa diragukan lagi. Bahkan Lana bisa sampai tiga atau empat kali menghubungi Aditya dalam sehari hanya untuk memastikan jika semuanya baik-baik saja. Seperti pemain ulung tentu Aditya bisa menyembunyikan semuanya dengan rapi tapi kembali lagi seperti kata pepatah pada akhirnya bau bangkai akan tercium meskipun mencoba untuk disembunyikan. Hanya waktu yang bisa menjawab kapan waktu itu tiba."Bu, hindari stress ya. Soalnya itu berpengaruh untuk ASI-nya," pesan dokter."Iya, Dok.""Untuk sekarang ibu fokus saja membuat diri sendiri bahagia, karena anak juga bisa merasakan apa yang ibunya rasakan."Lana diam mendengar penuturan dokter, beberapa hari ini Asha memang sering rewel bahkan setelah diberikan ASI terkad
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV AuthorAktivitas panas itu terhenti saat terdengar suara bel, Anika tertegun. Ia tahu itu adalah Raya, Anika memang sempat mengirimkan pesan pada temannya itu. Gadis itu gemetar saat Aditya beranjak dari atas tubuhnya dan dengan cepat memakai celana pendek untuk menutupi bagian tubuh bagian bawahnya. Dengan kesal Aditya keluar dari kamar, mata Aditya membulat saat melihat monitor di samping pintu yang menampakkan sosok Raya. Ia berdecak kesal, tahu jika Anika yang melakukan ini. Aditya mengurungkan niatnya untuk membuka pintu dan kembali ke kamar."Usir dia sekarang juga dan jangan katakan apapun!" geram Aditya pada Anika.Memiliki kesempatan untuk kabur tentu tidak akan disia-siakan oleh Anika. Ia meraih kemeja milik Aditya yang terlalu kebesaran saat dipakai Anika. Ia berjalan dengan tertatih karena merasakan perih di pangkal pahanya. Aditya kesal karena aktivitasnya terganggu, ia tidak berhenti mengumpat. Beberapa menit menunggu ia malah mendengar su
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Pilihan ada di tangan lo, Nik. Gue nggak bisa maksa lo buat ninggalin tuh cowok!" ujar Raya."Emang semuanya salah gue dari awal, harusnya gue nggak segampang itu nyerahin tubuh gue ke dia," gumam Anika."Emang siapa sih cowok itu sampai bisa bikin lo gil* kayak gini?"Anika menghela nafas berat, "Lo nggak usah tahu siapa cowok itu.""Pikir baik-baik, jangan sampai lo nyesel sama pilihan lo sendiri," tutur Raya lalu keluar dari ruangan Anika.Mereka menghabiskan jam istirahat di dalam ruangan Anika karena Raya masih ingin mengorek lebih dalam mengenai apa yang terjadi pada temannya itu sampai berani tidur dengan suami orang. Anika bahkan tidak fokus bekerja karena masalah ini, tidak ada Aditya di sana karena lelaki itu memutuskan untuk pulang. Anika bahkan tidak mengetahui mengenai kepergian Aditya yang sangat tiba-tiba itu. Hanya ada Reni yang menggantikan Aditya selama Rangga belum datang.Anika menatap layar ponselnya, gambar kebersamaan diri
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Lana!" teriak Aditya, ia terbangun dari tidurnya dengan kering yang membanjir seluruh tubuhnya. Nafasnya bahkan memburu, Aditya langsung memeluk Lana dengan begitu eratnya sambil terus bergumam."Mas!""Jangan tinggalkan Mas … jangan tinggalkan Mas ….""Mas kamu kenapa? Mimpi buruk?" tanya Lana sambil mengelus punggung suaminya yang bergetar.Dalam hatinya Aditya bersyukur karena semua itu hanya mimpi buruk saja. Entah bagaimana jadinya jika semua itu terjadi di kehidupan nyata, Aditya tidak akan bisa tanpa Lana. Ia sangat mencintai wanita yang sudah memberikannya seorang putri itu. Sadar jika apa yang dilakukannya di belakang Lana itu benar-benar salah dan kejam. Aditya berjanji tidak akan melakukan kesalahan lagi, tidak ingin mempertaruhkan rumah tangganya yang sudah belasan tahun dibina."Sayang, kamu harus janji jangan tinggalin Mas apapun yang terjadi," pinta Aditya sambil menggenggam tangan Lana. Meskipun tidak mengerti dengan apa yang ter
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Pak Rangga ini sekretaris anda, perkenalkan dirimu." Reno menatap Anika yang terpaku melihat Rangga karena wajahnya memang mirip dengan Aditya, bukankah wajar karena mereka adalah ayah dan anak."Halo, Pak. Saya Anika, saya akan berusaha melakukan yang terbaik!"Rangga menyambut uluran tangan Anika dengan singkat dan kembali ke ruang Aditya yang kini resmi menjadi ruangannya. Anika menatap punggung itu sampai hilang dibalik pintu. Sempat terpesona karena wajahnya mirip Aditya, ia berpikir jika Aditya saat muda pasti mirip dengan Rangga. Meskipun wajah mereka mirip tapi Anika tidak bisa membohongi hatinya yang sudah dirampas oleh Aditya. Jika diminta Anika mungkin akan memberikan seluruh hidupnya pada lelaki beristri itu.Gadis itu mencoba mengirimkan pesan dan menghubungi Aditya tapi tidak bisa. Ia berpikir jika Aditya sengaja menghindari dirinya, entah karena ia sedang berada dekat dengan istrinya atau lelaki itu tidak ingin memiliki hubungan a
Mertua, Awal Pembawa PetakPOV AuthoDengan langkah lebar Lana dan Rania berjalan ke ruang tamu diikuti Mbok Tin dari belakang. Lana mencoba menjauhkan Rangga dari atas tubuh Aditya yang terlihat tidak berdaya. Wajahnya babak belur, sudut bibir lelaki it robek dan mengeluarkan darah"Kamu kenapa, Nak? Ada apa ini?" Lana sebisa mungkin menahan agar tidak marah pada RanggaBukannya menjawab lelaki itu menatap tajam sang ayah, dadanya kembang kempis karena amarah. Tangannya masih mengepal kuat, rahangnya juga mengeras. Jika tidak ada Lana entah bagaimana kondisi Aditya. Rangga memang tidak pernah berpikir panjang jika sedang dikuasai emosi seperti ini. Lana membantu Aditya untuk duduk di sofa, Lana meringis melihat luka di wajah suaminya"Abang kenapa sih? Dateng-dateng langsung pukulin papa kayak gini?" tanya Rania, ia mengguncang bahu sang kakak karena tidak kunjung buka suaraCairan bening kembali merembes di sudut mata lelaki itu, melihat betapa Lana sangat mengkhawatirkan Aditya. Sa
Mertua, Awal Pembawa PetakaPOV Author"Becanda lo nggak lucu, Bang!" Reyhan terlihat tidak percaya.Bukannya menjawab pertanyaan sang adik, Rangga melemparkan ponsel yang sedang memutar rekaman cctv itu ke atas ranjang. Reyhan dengan cepat mengambil ponsel itu, detik pertama melihat itu Reyhan terbelalak begitu pula Rania. Mereka tidak percaya jika lelaki di dalam video itu adalah ayah mereka. Reyhan dan Rania tidak bisa berkata apa-apa, saat ini yang mereka pikirkan adalah Lana. Sama seperti yang dilakukan Rangga."Ini beneran video asli, Bang?" Kini Rania buka suara meskipun terdengar lirih."Gue dapet itu langsung dari ruang keamanan, gue bukan orang bodoh yang nggak bisa bedain mana video asli atau editan!" tutur Rangga, tangan lelaki itu mengepal di samping tubuhnya. Ia bahkan belum puas meluapkan amarahnya tadi, saat ini ia sedang berpikir cara mengatakan semuanya pada sang ibu."Papa jahat banget sih!" Mata Rania mulai berkaca-kaca, sebagai seorang perempuan ia pasti bisa mera