POV AuthorMarcella terbangun dan merasakan perih di sudut bibirnya, ia melihat tubuhnya yang masih dibalut handuk yang sama saat Stevan datang ke kamarnya tadi malam. Ternyata yang dialaminya tadi malam ternyata bukan mimpi belaka."Sialan, ternyata anak ingusan itu bahaya juga," gumam Marcella. Ia bangkit dan melihat pantulan wajahnya di cermin. Jejak merah tangan Stevan masih berbekas di pipinya, Marcella bahkan meringis Saat menyentuh pipinya sendiri.Tok … tok … tok ….Pintu kamar Marcella diketuk dari luar, ia hanya menyahut tanpa membuka pintu. Ternyata asistennya yang mengatakan jika Stevan sudah menunggu di bawah untuk sarapan pagi. Meskipun enggan bertemu lelaki itu tapi Marcella harus turun, ia akan membuktikan pada Stevan jika ia tidak akan bisa kalah begitu saja apalagi oleh anak bau kencur seperti Stevan.Selesai berganti pakaian dan merias wajahnya juga menutupi luka di pipi dan sudut bibirnya ia langsung turun. Stevan sudah lebih dulu menikmati sarapannya dengan santai
POV Author"Mas, tolong ya. Kamu tuh tegas dikit dong, aku nggak suka kalau mantan istri kamu tuh sering dateng ke sini," seru Lana dengan perasaan kesal. Bagaimana tidak, dalam satu minggu Najla datang kadang dua atau tiga kali ke rumah mereka. Mungkin jika alasannya karena ingin melihat anak-anak itu tidak masalah tapi Lana merasakan jika wanita itu memiliki niat lain."Mas nggak mungkin larang Najla buat dateng, anak-anaknya di sini.""Ya udah, suruh aja anak-anak dia bawa. Lebih bagus kalau kita yang mengunjungi mereka kalau memang Mbak Najla membawa anak-anak," saran Lana."Iya, nanti Mas ngomong ke dia," balas Aditya.Ia harus mengalah demi keharmonisan rumah tangganya dan Lana. Saran yang diutarakan Lana memang tidak salah. Jika Najla datang hanya karena beralasan ingin bertemu anak-anak lebih baik Najla membawa mereka ke rumahnya. Aditya akan memberikan pada wanita itu yang untuk membeli semua kebutuhan anak-anak mereka.Ini memang kali pertama Lana protes seperti ini, sebelum
POV Author"Jadi anak-anak tinggal sama aku selama kamu pergi?" tanya Najla meyakinkan."Iya, nggak ada yang urus mereka di rumah. Lana masih sibuk urus kuliahnya sedangkan kamu tahu 'kan kalau orangtuaku nggak sanggup kalau ngurus mereka," jelas Aditya."Ya udah, ngga apa-apa kok. Tapi kamu jangan lama-lama di sana, aku juga nggak bisa ngurus tiga anak cuman sendirian," ungkap Najla berbohong, padahal di rumahnya ada adik dan juga ibunya yang bisa membantu Najla mengurus anak-anak."Iya, aku juga nggak mau kelamaan jauh dari anak-anak. Nanti uang jajan mereka aku transfer aja ya."Aditya langsung pamit setelah mengantarkan kedua anaknya. Lana tidak ikut karena ia tidak ingin bertemu dengan Najla. Wanita itu akan merasa amarahnya terus memuncak jika Najla ada di hadapannya. Najla tinggal bersama adik dan ibunya setelah berpisah dengan suami keduanya.Ia membiarkan anak-anak bermain dan masuk ke kamar karena mendengar tangisan anak bungsunya. Najla tidak memiliki anak dari suami keduan
POV Author"Mas, hati-hati nyetirnya. Rayhan pasti nggak apa-apa kok." Lana mencoba menenangkan Aditya agar ia bisa sedikit mengurangi kecepatan mobil yang membuat Lana harus memegang kuat-kuat sabuk pengaman karena takut."Gimana aku bisa tenang kalau Rayhan jatuh dari tangga! Dia jatuh dari tangga lantai dua, Lana!" bentak Aditya.Untuk pertama kalinya Lana dibentak oleh sang suami. Hatinya terasa sakit tapi mencoba mengerti karena saat ini Aditya sedang panik. Siapa yang tidak panik saat mendengar anaknya jatuh dari tangga. Entah bagaimana cara Najla menjaga anak hingga bisa teledor seperti itu. Saat bertemu nanti Aditya pasti akan marah besar pada wanita itu.Lana tidak berani lagi berbicara setelah dibentak oleh Aditya. Ia hanya diam dan berdoa dalam hati agar dirinya dan Aditya selamat sampai tujuan dan juga Rayhan baik-baik saja. Tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada doa.Mereka sampai di rumah sakit dengan waktu cepat dan langsung mencari keberadaan Rayhan. Najla dan ib
POV Author"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" tanya Aditya."Anak anda mengalami cedera kepala berat, itu yang membuat dia masih belum sadarkan diri sampai saat ini. Kemungkinan anak anda koma," jelas Dokter itu.Jelas saja kondisi Rayhan separah ini, ia terjatuh dari tangga lantai dua. Orang dewasa saja sudah pasti luka parah apalagi Rayhan yang masih kecil. Najla yang melihat langsung saat itu tidak bisa melakukan apa-apa karena Rayhan berguling dengan cepat dari atas ke anak tangga terbawah. Saat itu darah menggenang di sekitar kepala Rayhan dan anak itu sudah tidak sadarkan diri.Najla mengaku dirinya salah karena teledor, andai saja ia mendengar Rayhan yang saat itu meminta dibuatkan makanan mungkin semua ini tidak akan terjadi. Rayhan keluar dari kamar Najla dengan perasaan marah dan berlari, ia tidak bisa menyeimbangkan diri saat berada di tangga atas dan langsung terpeleset.Aditya yang tidak terima langsung menarik kerah jas dokter itu dan mengatakan jika yang dokter itu
POV Author"Mama tenang aja ya, aku bakalan ambil semua hak Mama dari jal*ng itu. Aku nggak bakalan biarin dia hidup tenang," ucap Stevan."Jangan buat macem-macem, Stev. Mama nggak mau nanti Papa kamu marah kalau istri mudanya kamu permainkan," balas wanita itu dengan suara pelan."Mama tenang aja, Papa nggak tahu soal ini. Mama nggak usah banyak pikiran, fokus aja sama kesembuhan Mama."Setiap melihat sang ibu yang terbaring lemah, kemarahan Stevan semakin besar pada Marcella. Ia tidak akan pernah membiarkan wanita itu hidup tenang setelah menghancurkan hidup ibunya. Lelaki itu keluar saat sister datang untuk mengurus ibunya.Stevan menghubungi seseorang dan memerintahkannya untuk selalu waspada dalam menjalankan rencana. Ia tidak ingin jika Marcella memiliki bukti bahwasanya Stevan adalah dalang dibalik semua ini. Ini baru permainan untuk membuat Marcella tidak tenang."Tuan, Papa anda akan lebih lama di luar negeri. Kemungkinan besar dua atau tiga bulan lagi beliau pulang," terang
POV Author"Nay, bukannya hari ini jadwal Shanum buat imunisasi ya?" tanya Husna."Iya, Bu. Hampir aja Kanaya lupa, nanti sebelum jemput Anna ke rumah sakit deh," tutur Kanaya."Ibu anter ya, sekalian beli buah soalnya udah pada habis."Jika Husna tidak meningkatkan mungkin Kanaya lupa, ia terlalu sibuk mengurus anak-anaknya sampai terkadang melupakan sesuatu. Apalagi meskipun masih di rumah ia sesekali membantu Lukman untuk menangani bisnis meskipun hanya dari rumah.Lukman baru saja berangkat mengantarkan Anna sekolah, hari ini Lukman akan sibuk dengan pekerjaannya. Ia sudah mengatakan pada Kanaya jika akan pulang terlambat. Sebelum berangkat Kanaya menitipkan Ayman pada Jumi, anak itu penurut dan tidak pernah banyak tingkah. Kanaya dan Husna sekalian menjenguk Rayhan, meskipun kondisinya masih tetap sama. Mereka hanya ingin menguatkan Aditya dan Lana, pasangan baru itu butuh dukungan dari orang-orang terdekat."Kita sudah berdoa dan berusaha, sisianya serahkan pada Allah. Percayala
POV Author"Maafin Mama ya, Nak. Tadi jalan macet terus hujan deras jadi telat jemput kamu," jelas Kanaya."Iya nggak apa-apa, Ma. Tadi juga Kakak di temenin sama Saboeum kok," balas Anna."Siapa itu Saboeum, temen kamu?" tanya Husna."Bukan Oma, Saboeum itu pelatih taekwondo," terang Anna.Mereka berbincang hingga tidak terasa sudah sampai di rumah. Kanaya menurunkan semua belanjaannya yang super banyak. Ia bahkan meminta bantuan Jumi sedangkan Husna sudah masuk membawa Shanum. Anna ikut membantu membawakan belanjaan. Kanaya langsung memasak, ia bahkan tidak istirahat meskipun sebentar. Ia tidak ingin suaminya pulang tapi belum ada makanan yang terhidang.Shanum yang masih tertidur tentu membuat Kanaya lebih leluasa untuk memasak, ia menyuruh Anna untuk mandi lalu istirahat sebentar. Anak itu pasti lelah setelah berlatih taekwondo. Jam enam sore Kanaya sudah selesai dengan masakannya. Dan memilih untuk segera mandi sebelum sang suami pulang."Kakak Ayman, temenin dedek Shanum main yu