"Mas! Apa sebaiknya kita tunda saja pertemuan dengan kedua orang tua Mas. Aku belum siap," ucap Alka ketika tengah berdiri tepat di depan rumah Jeremy.
"Tapi kita sudah terlanjur sampai di sini. Kemarin kamu bilang sanggup bertemu dengan kedua orang tua Mas. Kenapa sekarang berubah pikiran?" Jeremy bingung dengan sikap wanitanya.
Jeremy sudah berada di Yogyakarta selama 3 hari sebelum mengajak Alka menemui kedua orang tuanya. Jeremy mengutarakan niatnya ingin mempersunting Alka setelah mereka menjalin hubungan selama 2 tahun lamanya. Maka dari itu, Jeremy ingin mengajak Alka untuk terbang ke Makassar.
Awalnya Alka menolak berulang kali karena takut bila orang tua Jeremy tidak merestui. Namun Jeremy tak mau menyerah membujuk wanitanya. Dan akhirnya, Alka menuruti ajakan Jeremy.
"Buang pikiran negatifmu jauh-jauh. Percayalah kepadaku. Mereka tidak seperti yang kamu pikirkan."
Alka mengangguk mendengar ucapan Jeremy. Dalam hati ia berharap, semoga apa yang ia duga tidak terjadi. Jeremy kemudian mengajak Alka masuk ke dalam rumah setelah asisten rumah tangga membukakan pintu untuk mereka.
Tanpa mereka berdua sadari, Hasan, Ayah Jeremy memperhatikan dari balik tirai lantai dua rumah itu. Beberapa menit yang lalu, pria paruh baya itu mendengar laporan dari anak buahnya, bahwa Jeremy membawa kekasihnya ke rumah. Hasan menatap tidak suka kepada Alka.
Jeremy merahasiakan dari kedua orang tuanya bahwa ia menjalin hubungan bersama seorang wanita. Namun, Hasan yang selalu meminta orang untuk mengawasi putranya mengetahui itu sejak awal mereka berhubungan. Hasan pun tahu bagaimana latar belakang Alka dan ia tidak suka dengan kekasih putranya tersebut.
"Mau apa Jeremy membawa gadis itu kemari?" desis Hasan.
***
"Duduk sini, Sayang!" Jeremy meminta Alka untuk duduk di sampingnya.
"Kenapa rumahnya sepi?" tanya Alka heran.
"Mama dan Papa ada di lantai atas. Sebentar lagi mereka akan turun. Bibi sudah memanggil mereka," jawab Jeremy.
Tak lama kemudian, dua orang pria dan wanita paruh baya, yaitu Mama dan Papa Jeremy berjalan menuruni tangga. Mama Jeremy terlihat tidak sabar untuk segera bertemu dengan sang putra setelah beberapa hari tidak pulang. Namun, ia terkejut karena melihat sang putra pulang membawa seorang gadis.
"Jeremy!" panggil Wilda, Mama Jeremy.
"Mama!" Jeremy dan Alka bangkit dari duduknya untuk mendekati Wilda dan Hasan dan menyalami mereka.
Nyonya Wilda memandang Alka dari atas ke bawah dengan heran. "Siapa gadis ini?"
Alka seketika merasakan jantungnya berdebar ketika melihat tatapan tak suka dari Ibu dari pria yang ia cintai. Alka pun sudah menebak seperti apa reaksinya semenjak berada di dalam pesawat. Jeremy mengajak kedua orang tuanya untuk duduk.
Tempo hari, Jeremy memberitahu kedua orang tuanya bahwa ia ingin memperkenalkan gadis pujaannya. Nyonya Wilda dan Tuan Hasan meminta Jeremy untuk membawa gadis itu dan ingin bertemu.
"Ini namanya Alka, Ma. Dia gadis yang ingin aku kenalkan ke Mama dan Papa." Jeremy memperkenalkan Alka kepada orang tuanya.
Alka mengangguk hormat kepada Wilda dan Hasan. "Selamat Siang, Pak, Bu. Saya Alka."
Wilda memberi tatapan sinis kepada Alka. Ia lalu mengalihkan pandangan kepada putranya. Jeremy mengerti arti tatapan dari ibunya yang seolah menanyakan siapa gadis itu.
"Dia pacarku, Ma." Jeremy memberitahu.
"Gadis seperti ini kamu pacari?" Nyonya Wilda menatap tak percaya.
"Apa pekerjaan kamu saat ini?" Wilda bertanya kepada Alka dengan nada dingin.
"Saya bekerja sebagai pegawai minimarket, Bu," jawab Alka sopan.
"Pekerjaan orang tuamu apa?"
"Kedua orang tua saya sudah meninggal. Dulu pekerjaan orang tua saya petani."
"Jeremy, Jeremy! Kamu menolak untuk dijodohkan dengan gadis pilihan kami. Mama berpikir kamu itu berpacaran dengan wanita yang hebat. Ternyata hanya gadis desa biasa dan pegawai minimarket?"
Sedari tadi Nyonya Wilda yang bicara. Sedangkan Ayah Jeremy, hanya diam tanpa bersuara. Ia biarkan 3 orang itu saling berbicara.
"Mama. Walaupun dia hanya gadis desa, tapi dia memiliki kepribadian yang baik. Dan Jeremy sangat mencintai Alka, Ma, Pa." Jeremy tak suka dengan sikap ibunya yang seperti merendahkan Alka.
Tuan Hasan akhirnya berbicara, "Bukankah Papa sudah mengatakan kepada kamu agar kamu mengakhiri hubungan kamu dengan gadis miskin ini? Mengapa masih kamu lanjutkan dan sekarang kamu bawa dia ke rumah kami?"
"Jadi kamu tahu tentang anak kita yang berpacaran dengan gadis ini, Pa?" tanya Wilda dengan ekspresi terkejut.
"Ya."
"Kenapa Papa nggak beritahu Mama?"
"Karena Papa pikir, Jeremy mau mendengarkan apa kata Papa untuk mengakhiri hubungannya dengan gadis ini. Tetapi sekarang ... Untuk apa Jeremy membawa gadis ini ke rumah?"
"Alasan Jeremy mengajak dia ke rumah ini, dan bertemu dengan Mama dan Papa, karena Jeremy ingin meminta izin untuk menikahi Alka."
"Apa?!" Kedua orang tua Jeremy terkejut dengan maksud dari Jeremy membawa Alka ke rumah mereka.
"Jeremy! Mama dan Papa membesarkan serta menyekolahkan kamu untuk menjadi orang yang berpikiran luas, orang yang berpendidikan tinggi, dan menjadi sukses. Bukan untuk menikahi wanita rendahan seperti dia." Wilda mengangkat jari telunjuknya kepada Alka.
Ucapan dari kedua orang tua Jeremy, benar-benar menyakiti hati Alka. Orang tua Alka semasa hidup, pernah mengatakan kepada putrinya, agar jangan pernah menjalin hubungan dengan pria dari keluarga kaya raya, apalagi dari keluarga terpandang. Karena Alka gadis yang berasal dari desa dan hidup dengan sederhana, itu bisa membuat Alka di injak-injak harga dirinya. Dan Alka baru mempercayai itu sekarang.
"Mama dan Papa tidak menyetujui aku menikahi Alka?" tanya Jeremy.
"Tentu saja kami tidak setuju. Kami tidak mau memiliki menantu miskin. Itu hanya akan membuat malu kami sebagai pengusaha dan pejabat yang dihormati oleh banyak orang," jawab Hasan.
Keluarga Jeremy, memiliki standar yang tinggi mengenai wanita yang akan menjadi pendamping putranya. Wanita yang ingin menjadi istri Jeremy, harus berasal dari keluarga kaya raya dan berkelas. Dan Jeremy telah dipilihkan calon istri dari putri rekan Hasan sesama pengusaha. Diana Rosita namanya.
"Mama dan Papa itu sudah hidup enak dan bergelimang harta dari kecil. Serta kalian berdua itu tidak pernah mau memandang orang yang kesusahan. Kalian terlalu angkuh dengan apa yang kalian miliki. Karena kalian tidak pernah mengetahui bagaimana hidup susah. Tetapi seharusnya kalian jangan seenaknya menghina orang yang memiliki keterbatasan ekonomi."
Hasan mengepalkan tangan mendengar ucapan Jeremy yang berusaha membela Alka.
"Sejak kapan kamu bisa berbicara panjang lebar seperti itu terhadap Mama dan Papamu?" Tuan Hasan menatap tajam Alka, "rupanya gadis miskin ini telah banyak membawa pengaruh buruk terhadap kamu."
"Pak! Saya tidak seperti yang anda pikirkan. Saya tidak pernah ada niatan untuk membuat Kak Jeremy menjadi buruk. Saya bukan orang yang seperti itu." Alka membela diri.
"Diam!" bentak Wilda, "tidak ada yang meminta kamu untuk berbicara!"
Alka diam dan tertunduk. Sungguh apa yang ia hadapi sekarang lebih parah dari apa yang dia bayangkan. Alka menyesali keputusannya menuruti ajakan Jeremy pergi ke kota ini. Seharusnya ia tetap dengan pendiriannya untuk tidak mau menuruti pria itu.
Hasan menghela nafas sejenak kemudian menatap Alka. "Alka! Mulai sekarang, tolong kamu jauhi anak saya dan akhiri hubungan kalian. Saya telah menjodohkan anak saya dengan wanita yang kastanya lebih tinggi. Jadi saya mohon, akhiri hubungan kalian."
Butiran bening mengalir di pipi Alka. Gadis itu berusaha mati-matian menahan air matanya sejak tadi. Namun tanpa terasa, kristal bening itu mengalir dengan sendirinya. Alka mencoba menekan rasa sakit dihati.
"Baiklah! Saya akan meninggalkan Mas Jeremy," putus Alka dengan suara bergetar.
Jeremy terkejut dan menoleh ke samping di mana Alka duduk. Ia tak menyangka bahwa Alka dengan begitu mudah mengatakan akan meninggalkan dirinya. Tidak ingatkah Alka dengan apa yang telah mereka jalani selama 2 tahun ini? Begitu pikir Jeremy.
"Kenapa kamu mau mengakhiri hubungan ini? Semudah itukah kamu berucap?" tanya Jeremy tak percaya.
Alka hanya diam tak menjawab pertanyaan dari Jeremy. Air matanya semakin mengalir deras. Ada rasa sesak ketika Jeremy terlihat seperti orang bingung mendengar keputusan Alka.
Sedangkan Wilda yang menatap Alka menangis, berdecih pelan. Ia menganggap bahwa Alka hanya bersandiwara untuk menarik simpati putranya.
"Tidak perlu menjual air mata di depan kami," ucap Wilda dengan sinis.
Hasan menatap Alka dan berbicara, "Sekarang silakan keluar! Rumah saya tidak menerima tamu orang miskin dalam durasi yang lama."
Ayah Jeremy secara terang-terangan mengusir Alka. Mereka seolah-olah memandang Alka ibarat sampah. Tanpa ingin berlama-lama di rumah itu, Alka bangkit dari duduknya dan menunduk hormat kepada orang tua Jeremy.
"Saya permisi. Maaf telah mengganggu waktu kalian."
Alka melangkahkan kaki keluar dari rumah Jeremy dengan perasaan tersayat pedih. Semenjak berangkat dari Yogyakarta, Alka sudah bisa menduga bagaimana reaksi orang tua Jeremy. Tidak mungkin bagi konglomerat seperti keluarga Jeremy menerimanya sebagai menantu dengan latar belakang yang sederhana.
"Alka!" teriak Jeremy yang berlari keluar mengejar Alka. "Alka tunggu!"
Jeremy menarik tangan Alka dan menahan wanitanya agar jangan pergi. Ia membingkai wajah Alka yang tidak mau menatap wajahnya. "Tolong jangan pergi! Mari kita tetap lanjutkan hubungan ini tanpa restu kedua orang tuaku."
Alka menatap mata Jeremy dengan sedih. "Mas! Lebih baik akhiri saja hubungan kita. Aku tidak pantas untukmu."
"Tidak, Alka. Tidak." Jeremy menggenggam tangan Alka, "Aku mencintaimu tulus. Tidak peduli dengan latar belakangmu."
"Tapi kamu dengar sendiri bagaimana orang tuamu. Aku tidak ingin hubunganmu dengan mereka menjadi renggang karena aku. Maka dari itu, relakan hubungan kita kandas. Terima kasih untuk semuanya, Mas."
Alka melepaskan tangan Jeremy yang menggenggam tangannya. Ia pamit kepada Jeremy untuk segera pulang ke Yogyakarta. Menurut Alka lebih baik berakhir hubungan mereka daripada ia tetap bersama dengan Jeremy, tetapi selalu dihina oleh keluarga Jeremy. Jeremy menangis dan menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Alka segera pulang ke kampung halamannya di Gunung Kidul, Yogyakarta. Didalam pesawat, ia menangis terisak mengingat ucapan menyakitkan dari kedua orang tua Jeremy yang menghina dan mencacinya. Terlahir sebagai anak seorang petani dan miskin, membuat ia menjadi bahan cacian para manusia bertabiat arogan. Meskipun ia sangat mencintai Jeremy, ia rela melepaskan pria itu karena orang tua Jeremy tidak mau menerima Alka.
Alka memandang gumpalan awan yang dilewati oleh pesawat. Ia tumpahkan semua kesedihan dan segera melupakan semuanya meski sakit.
"Memang lebih baik hubungan kita berakhir, Mas. Aku rela dan ikhlas, demi kebaikan kita bersama."
Sementara itu, Hasan menatap tajam putranya yang berdiri berhadapan dengannya.
"Papa berikan dua pilihan kepadamu. Kamu akhiri hubunganmu dengan Alka, atau pergi dari rumah ini, dan jangan panggil kami kedua orangtuamu lagi?"
Jeremy menatap sendu dua gundukan tanah berukuran kecil itu. Di sana terdapat dua putranya yang terbaring damai di keabadian. Satu putra lahir tanpa sepengetahuannya dan baru bertemu ketika berusia lebih dari 5 tahun. Dan satu putra lagi, belum sempat lahir karena terjadi komplikasi dan dapat membahayakan nyawa sang istri.Sudah satu bulan semenjak, Jeremy memutuskan untuk mengorbankan anaknya. Alka belum bangun dari koma. Istrinya, setelah melakukan operasi pengangkatan janin juga melakukan operasi lanjutan. Yaitu operasi pengangkatan tumor pada otak.Dua operasi besar yang dijalani oleh Alka berjalan sukses. Hanya tinggal menunggu kesadarannya saja. Dan itupun dipantau selama 24 jam oleh tim medis terbaik.Keputusan berat satu bulan yang dibuat dan ditandatangani oleh jeremy, membuat pria itu merasa bersalah karena tidak mengizinkan putranya lahir pada dunia. Namun, sekali lagi itu semua diambil dengan berat. Yaitu mengorbankan salah satu dari dua orang yang dia cintai. "Maafkan A
Wilda berlari memasuki lorong rumah sakit dengan raut wajah khawatir. Setelah mendapatkan kabar dari Kelvin mengenai keadaan Jeremy dan Alka, ia segera meninggalkan pekerjaannya. Ia khawatir jika sang anak mengalami depresi kembali."Jeremy?" panggil Wilda ketika melihat Jeremy duduk di depan kamar operasi.Jeremy yang menutupi wajah dengan kedua tangannya karena menangis, menoleh ke asal suara yang memanggilnya. Ia menatap wajah ibunya dengan wajah yang penuh air mata. Wilda berjalan mendekati putranya. Ia mengambil posisi duduk di samping Jeremy."Bagaimana keadaan mereka berdua? Apa kata dokter?" tanya Wilda dengan perasaan khawatir.Jeremy semakin menangis sesenggukan mendengar sang ibu bertanya padanya. Ia telah memilih sesuatu yang sangat mengecewakan dirinya seumur hidup. Dan satu yang pasti, Jeremy tidak akan bisa melupakannya. Jeremy akan merasa bersalah selamanya."Kenapa?" Wilda mengusap pelan lengan putranya."Anakku dan istriku kondisinya sama-sama parah. Aku diharuskan
Alka dilarikan ke rumah sakit oleh Jeremy dengan dibantu oleh anak buahnya. Kelvin meminta sang sahabat untuk melupakan sejenak apa yang ada di rumah kosong berlantai tiga itu karena ia yang akan menanganinya. Jeremy memperingatkan pada Kelvin agar jangan sampai Diana kabur. Jeremy bertekad untuk menjebloskan Diana ke penjara.Sementara itu, Diana yang setengah sadar Tengah bangkit dan mencoba meraih pisau yang terlepas dari tangannya tadi. Ia berhasil menggenggam pisau tersebut, kemudian bangkit perlahan-lahan. Kelvin memperhatikan itu dan mengamati seksama dengan apa yang dilakukan oleh Diana. Rangga turun dari atas dengan tergesa-gesa dan mengalungkan tangannya di leher Diana. Diana mencoba menusukkan pisau itu ke arah Rangga namun berhasil di tahan oleh suaminya. Diana dan Rangga berkelahi saling berebut pisau. "Kamu audah membuat wanita hamil yang nyawanya berada di ujung tanduk. Seharusnya kamu yang merasakan hal itu. Bukan Alka," geram Rangga sambil menarik tangan istrinya.
"berhenti! kamu mau bawa aku ke mana?" teriak Alka. Langkah kakinya terseret karena Diana menarik tubuhnya dengan kasar. Diana membawa kabur Alka melewati pintu balkon belakang. Ia telah menurunkan seutas tali dan akan kabur dengan menurunkan Alka terlebih dahulu dari atas balkon lantai 3. Itu ia lakukan supaya Jeremy tidak bisa menangkap dirinya. Dan Diana tidak ingin Jeremy menyelamatkan istrinya. Rasanya beruntung sekali bagi Diana memilih untuk menyekap Alka di rumah lantai 3 yang terbengkalai pembangunannya. "Diana! Tolong lepaskan aku!" mohon Alka sambil meringis. Ia mulai merasakan sakit pada kepalanya."Jangan harap! Tidak akan kamu aku lepaskan. Sekalipun Jeremy memohon dan bersimpuh di kakiku," desis Diana.Alka yang merasakan pusing hebat di kepalanya, hanya diam dan pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Diana. Hanya bila keajaiban berpihak kepadanya yang dapat ditunggu.Sungguh ia menyesal karena ku bisa memanfaatkan waktunya sebaik mungkin saat Rangga dan Diana berteng
"Di mana keberadaan istriku?" tanya Jeremy sambil menodongkan senjata api ke arah Rangga.Rangga telah turun ke lantai 2 dan dia dihadang oleh Jeremy dengan pistol di tangannya bersama dengan Kelvin. Rangga tidak melawan kedua pria itu. Dan dia memilih mengangkat tangan tanda menyerah." Dimana kalian sekap istriku?" ulang Jeremy."Dia ada di dalam bersama dengan istriku juga," jawab Rangga dengan tenang.Jeremy memicingkan mata. Melihat Rangga yang tidak melawan sedikitpun, membuat ia curiga. Bisa jadi ini hanyalah sebuah tipuan untuk dirinya. Dan Rangga mencoba menjebak pria itu dan Kelvin."Aku tidak bohong. Mereka berdua ada di lantai paling atas. Dan aku rasa, istriku pasti akan membawa pergi istrimu sebelum kau datang," sahut Rangga.Rangga mencoba meyakinkan Jeremy yang terlihat ragu untuk percaya akan jawabannya. Jeremy adalah pria yang berhati-hati dan penuh perhitungan. Tentu saja karena tidak ingin ada seseorang yang mau menipunya.Jeremy tersenyum sinis. "Kamu pikir aku pe
"Kenapa kamu melakukan hal ini padaku, Diana?" murka Rangga membuat Diana ketakutan.Diana terkejut mendengar tingginya suara Rangga. Selama ini pria itu tak pernah sekalipun membentaknya. Dan ini pertama kalinya membuat Diana merasa ketakutan.Rangga Yang geram melihat keterdiaman istrinya, memegang kedua bahu sang istri dan mengguncangnya. "Kenapa? Kenapa kamu melakukan itu? jawab!" "A-aku ... terpaksa melakukan itu. Dan semuanya di luar kendaliku," jawab Diana dengan bibir bergetar.Rangga melepaskan tangannya dari bahu Diana. Ia menampilkan senyuman mengejek sembari menatap istrinya."Di luar kendalimu? Tidak masuk akal," desisnya.Rangga cukup tahu seperti apa sifat Diana. Jika wanita itu hendak melakukan sesuatu tidak pernah sampai melewati batas. Ia berusaha sebisa mungkin merencanakan semuanya dengan matang agar tidak menjadi bumerang pada dirinya."Tolong! dengarkan aku dulu ..." mohon Diana sambil menggenggam tangan suaminya.Rangga menyentak tangan Diana dengan kasar. Pria