Share

Mimpi Cinderella
Mimpi Cinderella
Author: Cincin_dalin

Dia Telah Merenggutnya

Pipiku terasa menghangat dan aku terjaga karenanya. Sinar matahari yang menerobos masuk terasa menyilaukan dan membuat mata ini refleks mengerjap. Ternyata hari sudah pagi dan aku jadi bingung karena melihat kamar yang berbeda dengan yang kudapatkan kemarin sore. 

Cepat-cepat aku bangun dan baru sadar jika di balik selimut tebal ini badanku polos tanpa sehelai benang pun. 

Ealah! Kok bisa begini? Apa yang terjadi padaku? 

Pertanyaanku dengan segera terjawab saat detik berikutnya bagian bawah tubuhku terasa nyeri. Rasa curiga membuatku menyingkap selimut dan bercak merah yang tercetak di sprei membuat mulutku menganga. 

Duh Gusti ... bagaimana ini? 

Yang kukhawatirkan telah terjadi. Sesuatu yang selalu kujaga semenjak kecil telah hilang. Siapa yang telah merenggutnya? Apakah pemilik kamar ini? Kenapa aku bisa berada di sini? Apa aku salah masuk kamar? Ini kamar siapa? 

Mengabaikan ribuan tanya di hati, kukumpulkan baju yang terserak di lantai lalu berjalan tertatih ke kamar mandi. Rasa nyeri terpaksa kutahan karena ingin membersihkan tubuh. Aku telah ternoda. Bahkan, mandi ribuan kali pun tak akan mampu untuk menghilangkan noda itu. 

Guyuran air dari shower membuat badan ini menggigil. Cepat-cepat kusudahi acara mandi karena tak ingin pemilik kamar memergoki. Tanpa menghiraukan rasa nyeri, segera kukenakan gaun semalam. 

Kutinggalkan kamar setelah mengambil tas kecil yang tergeletak di nakas. Sampai di luar baru kusadari jika semalam salah masuk kamar. Harusnya kamar nomor 9 tetapi ini nomor 6.

Pantas saja dalamnya berbeda. Ternyata aku salah masuk kamar. 

Akhirnya kutemukan kamar yang bernomor 9. Fasilitas yang kuterima karena perusahaan tempat ku bekerja mengadakan acara ulang tahun di luar kota. Semua karyawan office mendapatkan satu buah kamar di hotel ini untuk menginap. 

Segera kukunci kamar begitu memasukinya. Tubuhku pun meluruh ke lantai begitu terbayang kejadian semalam. Pesta, dansa, dan ... mabuk? Kenapa aku bisa mabuk? 

Aku ingat, semalam sudah turun ke lantai dansa tetapi tak mempunyai pasangan. Aura dan Ririn, dua orang sahabatku itu terlihat berdansa dengan pasangan mereka. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali duduk di tempat semula. 

Melihat semua orang berdansa kecuali diriku, hati ini teriris. Betapa ngenesnya hidupku karena menjadi jomlo seumur-umur. Laki-laki mana yang mau denganku, si Upik Abu yang tidak cantik dan berpenampilan biasa-biasa saja. 

Kuseruput jus yang tinggal setengah. Rasanya agak aneh dan tak seperti sebelumnya. Mungkin hanya perasaanku saja. Ini jus yang sama yang kutinggalkan ke lantai dansa tadi. 

Beberapa detik kemudian kepala terasa berat. Kuputuskan untuk beristirahat ke kamar. Langkahku terhuyung dan pandangan mulai mengabur. 

Samar-samar kulihat angka 9 di pintu kamar. Aku mengernyit heran karena ternyata kamar itu tak terkunci. Mungkin saja aku tadi terburu-buru karena mendengar panggilan dari Aura dan Ririn. 

Kuempaskan tubuh di ranjang karena sudah tidak kuat lagi. Entah mengapa seperti ada gairah yang meletup-letup di dalam sana. Namun, gairah itu padam seiring hilangnya kesadaranku. 

Entah berapa lama aku tak sadarkan diri. Seperti mimpi, kurasakan sentuhan dari seseorang yang kembali membangkitkan gairah. Ada denyar yang terasa setiap kali sentuhan itu mengenai titik-titik tertentu di tubuhku. Otak ini ingin menolak tetapi entah kenapa tubuhku menuntut lebih. Aku bahkan membalas perlakuannya.

Dalam hitungan menit, aku terhanyut bersamanya dalam gelombang yang menggulung dan mengempas dahsyat, lalu terdampar dalam dimensi yang melenakan dan terjaga di pagi ini. Mahkotaku pun terenggut tanpa menyadarinya.

***

Kuputuskan untuk mengemas barang-barang dan meninggalkan hotel ini. Biarlah aku tak mengikuti acara selanjutnya karena merasa tak punya muka lagi untuk berhadapan dengan karyawan lainnya. 

Bagaimana kalau salah satu dari mereka ternyata yang bersamaku semalam? Aku tak bisa membayangkan apa yang akan dia katakan saat melihatku. 

Sambil menyerahkan kunci kamar, rasa penasaran menuntunku untuk menanyakan siapa penghuni kamar nomor 6. Jawaban dari resepsionis membuatku membelalakkan mata? 

Apa? Pak Mahendra? Putranya Pak Danuarsa yang big bos itu? Mati aku!

Duh Gusti ... ini musibah atau anugerah?

Tadinya kupikir dengan mengetahui siapa orangnya, aku bisa meminta pertanggungjawabannya jika terjadi sesuatu karena kejadian semalam. Namun, kalau ternyata dia itu adalah Pak Mahendra ... aku bisa apa?

Mungkin dia akan berkelit karena punya kekuasaan. Lalu menuduhku menjebaknya karena sengaja masuk ke kamarnya. Biasanya orang kaya akan menganggap orang miskin sepertiku hanya mengincar harta mereka. Dia tak akan percaya jika kukatakan kalau aku dalam keadaan mabuk dan melakukan semua itu tanpa sadar. 

Duh Gusti ... apes amat nasibku. Mirip pepatah, udah jatuh tertimpa tangga. Udah mahkota terenggut, masih dituduh menjebak lagi. 

Lebih baik aku diam saja dan menganggap semua itu tak terjadi. Mungkin suatu saat ada jalan yang akan membawaku pada keadilan tanpa harus memaksakan. 

***

Telepon dari pengemudi mobil yang kupesan menyadarkanku dari lamunan. Dia sudah menunggu didepan lobi. Cepat-cepat aku keluar dari hotel dan menghampirinya. Mobil pun bergerak meninggalkan hotel tak lama kemudian. 

Dalam perjalanan menuju agen travel, aku hanya bisa meneteskan air mata. Menangisi nasibku yang malang. Yatim piatu karena Bapak dan ibuku sudah meninggal. Hanya punya Ibu Sambung yang kejam berikut anaknya. 

Aku merantau ke kota untuk bekerja tetapi ini hasilnya. Harapan untuk bisa melanjutkan pendidikan pun musnah. Jika karena kejadian semalam aku hamil, lalu bagaimana nasibku ke depannya? 

Mungkin aku terpaksa pulang ke kampung dan tinggal lagi bersama Ibu sambungku lagi. Ah, tidak ... jangan! Jangan sampai dia punya alasan untuk kembali menghinaku. 

Selama ini dia selalu mencaci maki diriku dengan sebutan anak pembawa sial. Gara-gara sewaktu melahirkanku Ibu meninggal. Lalu Bapak menyusul Ibu dua tahun yang lalu karena sakit. Kembali aku yang disalahkan dan dianggap lalai menjaganya. Padahal Bapak meninggal karena serangan jantung sewaktu kutinggalkan untuk memanggil suster. 

***

Agen travel yang kutuju telah di depan mata. Setelah membayar ongkos grab car, kupesan tiket untuk menuju kota dimana aku merantau. Langsung saja aku naik ke mobil travel karena kebetulan akan segera berangkat. Terpaksa uang tabungan melayang karena ongkosnya lumayan mahal. 

Tak apalah aku berhemat dalam bulan ini daripada tersiksa karena berada di acara itu. Dalam hati bertanya-tanya apa Pak Mahendra sadar dengan siapa dia tidur semalam? Lalu ke mana dia pagi ini? Kenapa waktu ku terbangun dia sudah tidak ada? 

Wajah ini memanas ketika membayangkan kejadian semalam. Semula kukira hanya mimpi, tetapu ternyata benar-benar terjadi. Berarti semalam aku setengah sadar waktu melakukannya. Mungkin ada seseorang yang menaruh sesuatu di minuman yang kuteguk dan menghilangkan kesadaran diri.

Cahaya yang remang-remang membuatku tak mengenali Pak Mahendra. Masih terasa kecupannya di bibir dan sentuhannya di tubuhku. 

Oh, tidaak! Kenapa malah aku membayangkannya? Sepertinya aku sudah gila. Enyah kau pikiran kotor dari otakku! 

Mungkin Pak Mahendra semalam juga mabuk dan mengira aku ini kekasihnya. Kalau tidak mabuk, mana mau dia tidur dengan perempuan sepertiku. Bukan kelasnya. 

Pak Mahendra memang mempunyai segalanya. Wajah yang tampan, berkulit bersih, badan tinggi tegap, karir yang cemerlang, dan dompet yang tebal. Tak heran jika beredar rumor kalau dia suka gonta-ganti pacar. 

Aku pernah melihat salah satunya. Namanya Lidya. Kedatangan pacar bos itu ke kantor membuat heboh karyawan perempuan di office karena penampilan yang cantik, tinggi, langsing, dan tentu saja seksi. Persis peragawati. 

Apalagi semua yang melekat di tubuhnya adalah barang-barang branded keluaran terbaru. Mereka langsung kasak-kusuk bergosip ria. Merasa iri karena nasibnya tak seberuntung gadis itu. Bahkan ada yang terang-terangan mengatakan jika dia patah hati. 

Jika selera Pak Mahendra adalah sekelas itu, lalu aku akan dianggap apa olehnya?

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status