Share

Misi Hari Pertama

Author: Pebyuna
last update Last Updated: 2025-09-24 11:01:34

Aku memandang setengah gugup ke arah pintu ruangan pak James. Biasanya tidak seperti ini. Hampir 5 tahun bekerja dengan pak James, membuatku cukup terbiasa dengannya. Tapi hari ini, aku merasa sangat gugup. Mungkin karena aku memiliki niat lain selain menjadi sekretaris pak James kali ini.

"Selamat pagi, Pak James. Bagaimana pagi Anda hari ini?" tanyaku ramah, seperti biasanya.

Pak James memandangku dengan senyum ramahnya, seperti biasanya. Namun, kali ini ia menampilkan raut heran. Menatap tubuhku dari atas ke bawah. "Baik. Kamu gimana, Diana? Sepertinya harimu sangat baik hari ini?" tanyanya.

Aku tersenyum kikuk. Lalu menggeleng pelan. "Ya, seperti biasanya pak James," kataku sedikit tertawa.

Aku lalu menyampaikan agenda beliau hari ini dari pagi hingga sore, berikut juga dengan agenda meeting dan pembahasannya, juga jadwal pertemuan di luar meeting dengan salah satu investor perusahaan ini.

Pak James mengangguk pelan dan mengucapkan terima kasih. Sebelum aku pamit undur diri, pak James kembali berujar.

"Kamu dapat pacar baru, Diana?" tanyanya tiba-tiba. Aku sedikit terkejut. Bukan sekali dua kali pak James bercanda denganku, tapi kali ini rasanya berbeda.

Aku menggeleng pelan. "Tidak, Pak. Kenapa memangnya?"

"Gaya pakaian kamu berubah. Saya pikir kamu lagi kasmaran sama pacar baru," ujarnya dengan tawa pelan.

Aku ikut tertawa. "Saya justru lagi sakit hati, Pak. Habis putus. Kemarin."

Pak James menghentikan tawanya. Sedikit terkejut dengan ucapanku. "Oh maaf, Diana. Saya tidak tau. Turut sedih mendengar ini. Tapi saya jamin pria itu rugi karena meninggalkanmu."

Aku sontak tertawa sedikit keras. Setelah sedikit reda, raut wajahnya kuubah jadi sedih. "Tapi saya diselingkuhi, Pak," kataku.

"Benarkah? Dia pasti laki-laki paling tidak beruntung karena menyia-nyiakan perempuan sepintar dan secantik kamu."

"Ya, tentu saja. Dia pasti rugi," kataku berapi-api.

Pak James tersenyum manis. "Mau kukenalkan dengan rekan kerjaku?" tawarnya.

Aku memutar bola mata malas. Lagi-lagi, Pak James berniat menjodohkanku. Aku segera menggeleng dan berpamitan pergi. Setelah pintu ruangan pak James tertutup, aku memegang dadaku yang berdetak cepat. Gila. padahal pak James bersikap seperti biasa. Tapi kenapa jantungku terasa ingin copot seperti ini?

Tapi ngomong-ngomong, bukankah pak James sama sekali tidak tergoda. Bagaimana bisa aku menggoda orang yang malah berniat menjodohkanku dengan rekan kerjanya? Sepertinya nona Claire salah meminta bantuan padaku. Tapi, sesuai perjanjian awal, tergoda atau tidak, uang 25 milyar ini tetap menjadi milikku.

****

"Diana, ayo ikut saya makan siang dengan pak Ricard. Saya tunggu di lobi."

Aku yang sedang menyeruput kopi panas sedikit terkejut. Akibatnya, lidahku sedikit perih terkena panas kopi. Aku langsung menatap pak James yang berjalan pergi meninggalkan bilik ruanganku.

"Maaf, pak James. Tapi, saya harus ikut?" tanyaku dengan suara sedikit lebih keras. Berharap pak James akan mendengar suaraku.

Untungnya, Pak James menoleh. Dia mengangguk cepat. "Ya. Pak Ricard membawa sekretarisnya juga. Jadi saya rasa perlu membawamu juga. Mungkin nanti kamu bisa membantu sesuatu di sana. Jangan lupa bawa print out laporan keuangan bulan lalu. Saya tunggu di bawah."

Aku mengangguk sopan dan langsung mencari file laporan keuangan bulan lalu, sesuai permintaan pak James, dalam bentuk print out. Untungnya masih ada, jadi aku tidak perlu ke lantai bawah untuk mampir mencetak dokumen ini.

Segera setelah bersiap, aku langsung menyusul pak James ke lobi. Sebenarnya, biasanya pak James seringnya pergi sendiri saat ada pertemuan atau makan siang di luar jam kerja kantor. Pak James bilang, bisa mengatasinya sendiri dan membiarkanku menikmati waktu istirahatku. Tapi hari ini, entahlah, beliau tiba-tiba mengajakku. Mungkin memang karena pak Ricard juga membawa sekretarisnya.

Pertemuan pak James dengan pak Ricard tidak jauh dari kantor. Tepatnya di restoran mewah berjarak sekitar 10 menit dari kantor kami. Pak Ricard sudah menunggu kami di sudut paling jauh dari keramaian, mungkin agar pertemuan mereka lebih nyaman dan intens. Di sampingnya, aku bisa melihat seorang perempuan yang kuyakin adalah sekretarisnya. Perempuan yang ewrrr ... cukup sexy untuk seorang sekretaris.

"Selamat siang juga, Pak Ricard. Saya Diana, sekretaris pak James," sapaku sopan. Ini memang pertemuan pertama kami. Pak Ricard adalah investor baru di perusahaan pak James. Pria yang usianya mungkin di atas pak James itu tersenyum lebar, lalu menyuruh aku dan pak James duduk.

Pertemuan itu diawal dengan saling berkabar antara pak James dan pak Ricard, beserta kabar perusahaannya tentu saja. Lalu dilanjutkan dengan pembahasan lebih serius soal perusahaan kami. Pak James dengan lihat menjelaskan detail perusahaan, keuangan, hingga rencana mendatang. Aku hanya mampu mengaguminya. Setiap ucapan pak James seakan menunjukkan bahwa pria itu sangat cerdas dan pintar. Aku bahkan juga bisa melihat raut kagum dari pak Ricard dan sekretarisnya.

Pertemuan ditutup dengan makan siang bersama, juga sedikit ngobrol santai. Aku memilih memesan pasta untuk makan siang karena mereka semua juga memesan menu itu. Padahal, sebenarnya aku ingin makan nasi. Hanya saja, malu ah jika aku sendiri yang makan nasi. Semoga saja perutku masih bisa diajak berkompromi.

"Berapa usiamu, Diana? Kamu terlihat masih muda."

Aku segera mendongak menatap pak Ricard yang menatap genit ke arahku. Bulu kudukku langsung berdiri. Tapi, apa boleh buat, aku tetap harus profesional. Jangan sampai mengecewakan pak James.

"Saya, tahun ini 29 tahun," jawabku sambil tersenyum sopan. Aku kembali melanjutkan makanku. Sekilas, aku bisa melihat pak Ricard mengamatiku, membuatku merasa tidak nyaman.

"Sekretarismu sangat cantik," ucap Pak Ricard tiba-tiba. Aku langsung terbatuk keras. Pak James langsung bergerak memijat tengkukku sambil menyodorkanku segelas minuman yang kupesan.

"Anda membuatnya terkejut, Pak Ricard," ucap pak James. Entahlah, untuk menegur atau apa. Tapi yang kulihat, pak Ricard malah tertawa pelan.

"Maaf-maaf. Tapi, dia memang sangat cantik dan manis. Kalau saja kamu tidak butuh dia, berikan saja padaku."

Aku mendongak menatap pak James yang mencoba tetap profesional, tersenyum dengan sedikit terpaksa. "Dia bukan perempuan seperti itu, Pak Ricard," katanya sedikit menggeram.

Pak Ricard lagi-lagi tertawa. "Iya-iya. Ternyata kamu juga tertarik padanya," ucapnya berbisik pada pak James. Pelan sekali sampai aku hampir tidak bisa mendengarnya. Sementara itu, pak. James hanya diam menanggapi.

Kami akhirnya menyelesaikan makan siang. Sedikit lewat dari jam pertemuan yang kubuat.

"Maaf, Diana, membuatmu tidak nyaman. Pak Ricard memang seperti itu. Tapi kupikir dia bisa profesional," ucap pak James saat kami dalam perjalanan pulang.

Aku mengangguk pelan, lalu menatap ke luar jendela. Rasanya sedikit lelah dan shock dengan kejadian tadi. Ini pertama kalinya dalam 5 tahun, aku bertemu dengan laki-laki secabul pak Ricard.

"Kamu tidak apa-apa, Diana?"

Aku segera menoleh dan mengangguk cepat. "Tidak apa-apa, Pak James. Untung saja bos saya bukan pak Ricard," kataku dengan tawa pelan, mencoba mencairkan suasana.

Namun, Pak James malah menatapku lama. Lalu tersenyum tipis. "Memangnya kenapa kalau bosmu saya? Saya juga pria normal, Diana?" ucapnya.

Aku mengerjapkan mata cepat. Namun, yang kudengar, pak James malah tertawa terbahak-bahak. Aku terdiam. Menikmati tawa lebar dan lantang itu. Pak James tidak pernah tertawa sebebas ini saat bersamaku.

"Maaf, Diana. Hanya bercanda," ucapnya di sela-sela menghentikan tawa.

Aku tersenyum dan mengangguk. "Ya. Bapak mana mungkin bisa berpaling dari nona Claire," ucapku.

Pak James tersenyum tipis. "Ya. Istriku memang yang paling cantik."

Aku mengulum senyum, lalu kembali menoleh menatap ke luar jendela. Pikiranku berkelana. Hari pertama saja aku sudah jelas mendapatkan pernyataan mutlak dari pak James, bahwa pria itu benar-benar mencintai istrinya. Haruskah kulanjutkan sampai sebulan ke depan?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Sadar

    Hari ini aku tak masuk kerja. Seperti yang sudah kukatakan pada pak James beberapa waktu lalu. Hari ini jadwal ibu operasi, jadi aku ingin menemaninya. Aku duduk merenung setelah 2 jam berlalu sejak ibu masuk ruangan operasi. Tidak, aku tidak memikirkan atau khawatir soal keadaan ibu. Dokter Danu paling ahli di bidang ini. Jadi, aku sangat percaya padanya bisa melakukan yang terbaik untuk ibu. Kondisi ibu juga berangsur membaik, jauh lebih baik dari sebelumnya sebelum masuk kamar operasi. Jadi, harusnya ibu akan baik-baik saja. Pikiranku justru berkelana pada kondisi pak James. Setelah hari di mana pak James mengatakan bahwa ia mandul, aku sedikit khawatir. Pak James mungkin berpikir jika ia sangat bertanggung jawab atas kejadian malam bersama nona Claire. Lalu, saat tau dirinya tidak bisa menghamili nona Claire, pak James merasa semakin bersalah. Mungkin itu sebabnya pak James begitu putus asa. Nona Claire yang berseli

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Kebenaran yang Mengejutkan

    "Diana, menurutmu, perempuan lebih suka laki-laki yang membebaskannya untuk melakukan sesuatu yang dia inginkan, atau mengekangnya dengan segala aturan?" Pak James tiba-tiba berhenti mengunyah. Ia manatapku, menunggu jawaban. Saat ini, kami sedang berada di warung nasi padang yang sama seperti yang kami kunjungi beberapa waktu lalu. Ini kedua kalinya pak James mengajakku kemarin. Tadinya, kupikir pak James akan mengurung diri di ruangannya setelah masalah yang ia hadapi dengan nona Claire. Tapi, ternyata tidak. Ia malah mengajakku ke sini. "Tentu saja pilih laki-laki yang membebaskan saya untuk melakukan segala hal yang saya mau. Tapi, bukan dalam artian sebebas-bebasnya. Perempuan itu suka diperhatikan, Pak. Jadi, dibebaskan dalam artian didukung, asalkan itu baik. Memangnya kenapa, Pak? Tumben Bapak tanya hal seperti ini?" Pak James hanya menggeleng pelan, lalu kembali menyantap makanannya. Membuatku bertanya-tanya. Apakah ini ada hubungannya dengan nona Claire. "Em, saya

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Kabur?

    "Selamat pagi, Pak," sapaku pada Pak James yang sedang sibuk menatap layar tablet miliknya. Kacamata yang ia pakai menambah kesan wibawa. Pak James menatapku, lalu melepaskan kacamatanya dan meletakkannya di meja. "Selamat pagi, Diana," jawabnya dengan senyum samar. Ia memandangku aneh, sedikit menaikkan alisnya. "Kamu sedang tak enak badan?" tanyanya. Aku sedikit bingung awalnya. Namun, pak James melirik syal yang kukenakan, membuatku paham maksud pertanyaannya. Aku segera menggeleng pelan, lalu akhirnya mengangguk karena kupikir akan lebih baik jika aku berbohong. "Iya, sedikit tidak enak badan pak James. Tapi saya masih kuat bekerja," kataku. Pak James menatapku seakan tak percaya. Tapi, pada akhirnya ia mengangguk saja. Lagipula, tidak mungkin juga jika aku mengatakan yang sejujurnya. Pak James mungkin tidak akan mengingatnya dan malah menuduhku yang tidak-tidak. Karena semalam dia mabuk. Bahkan setelah pelepasannya, dia langsung a

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Melanjutkan Kegiatan

    Rupanya dugaanku salah. Bukannya menghentikan kegiatannya, Pak James malah kembali menciumku secara brutal. Tangannya sudah menyusup ke punggungku, melepaskan kaitan bra yang kukenakan. Tanganku segera menutupi dua asetku yang tak lagi tertutup bra. Pak James kembali menegakkan badannya, lalu diam menatap bagian depanku dengan mata berkilat nafsu. "Jangan ditutup, Diana. Tidak baik menutupi sesuatu yang sangat indah ini," ucapnya parau, sambil mencoba menyingkirkan kedua tanganku. Aku masih mencoba menahan tangan pak James, tapi tenagaku tak cukup kuat. Dengan sekali sentak, pak James berhasil menyingkirkan kedua tanganku dari dua bongkahan milikku. Tanganku ditarik ke atas, membuat dadaku lebih condong ke arahnya. Dan tanpa aba-aba, pak James langsung menenggelamkan kepalanya ke sana. "Ah.... Bapak hentikanhh." Pak James menghirup dalam-dalam aroma tubuhku. Ia juga kembali memberikan tanda di san

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Affair

    Setelah kejadian di dapur apartemen pak James hari itu, aku memutuskan untuk pulang. Pak James tak lagi menghubungiku. Akupun juga tak berniat menghubunginya. Aku butuh waktu, khususnya untuk memikirkan rencanaku selanjutnya. Ada rasa takut ketika mendengar kenyataan bahwa pak James mungkin tertarik padaku, juga tubuhku. Meskipun nona Claire memintaku untuk menggunakan tubuh untuk menggoda pak James—dan sudah kulakukan, nyatanya ada perasaan takut jika hal-hal yang melewati batas akhirnya terjadi. Pak James laki-laki normal. Dia bilang sendiri padaku. Artinya, apakah aku sudah menemukan jawaban yang nona Claire minta? Apakah aku harus menghentikan pekerjaan ini sekarang dan memberi tau nona Claire bahwa pak James tidak setia padanya? Tapi, apa yang akan dilakukan nona Claire selanjutnya setelah mengetahui hal ini? Apakah mereka tetap melanjutkan pernikahan atau malah memutuskan bercerai? Jika bercerai, bukankah aku terlalu jahat pada pak J

  • Misi Menggoda Bos Tampan   Gotcha

    Perbincanganku dengan pak James masih berlanjut. Tapi kini kami sudah berpindah duduk di sofa. Di depan kami, televisi besar pak James menyala, menampilkan salah satu tayangan berita yang begitu membosankan menurutku. "Em, kalau boleh tau, nona Claire pergi ke mana, Pak? Kenapa Bapak tidak ikut saja? Ini kan weekend." Aku menoleh ke arah Pak James yang tampak fokus menonton berita. Pak James sepertinya sangat tertarik dengan dunia politik, juga berita kriminal. "Swiss. Dia sedang liburan. Menikmati waktu sendirinya. Kamu tau, perempuan terkadang butuh me time." Aku mengangguk saja. Tapi, batinku seakan tidak setuju. Sebagai seorang perempuan yang masih lajang, aku justru memiliki harapan untuk bisa pergi liburan dengan kekasihku. Untuk me time, akan lebih baik jika hanya untuk kegiatan murah, seperti tidur, baca buku, ngopi santai. Tapi liburan di Swiss, sayang sekali jika tidak bersama pasangan. "Bapak membiarkannya per

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status