Miskin Setelah BerceraiPart 37Pov RobiDdrrtt… Ddrrtt….Ponselku berkali-kali berbunyi dari tadi, entah siapa yang menelepon. Saat ini aku bekerja sebagai karyawan disalah satu cafe, peraturan kerja disini sangat ketat. Bahkan kami sebagai karyawan tidak boleh menggunakan ponsel ketika sedang bekerja. Ponselku terus berdering, aku yakin kali ini pasti penting. Karena orang ini menelponku hampir lima kali panggilan.Aku menyimpan nampan di meja belakang, aku pamit ke toilet agar segera bisa mengangkat telpon. Ternyata yang menelpon nomor tidak dikenal."Halo," ucapku saat panggilan terhubung."Halo, Robi. Saya Pak Ali, manajer di restoran kamu kerja dulu.""Halo, iya Pak. Saya ingat, kenapa ya?" tanyaku, karena selama bekerja disana dulu aku tidak pernah sekalipun berbicara dengannya. Kecuali saat melamar kerja dan ketika dipecat."Bisa kita ketemu?" tanya Pak Ali lagi."Untuk apa ya?""Penting, saya kirim alamatnya. Kita jumpa di sana sekitar jam empat sore," ucapnya dengan nada teg
Miskin Setelah BerceraiPart 38POV Robi"Talita ada dirumah nggak?" tanyaku pada Linda. Saat ini aku sudah berada di depan pintu rumahnya. Dari kabar yang aku dapat dari Andini, Talita sudah menjual apartemennya dan membeli rumah untuk Ibu dan Ayah. Andai saja aku masih bersama dengannya, pasti hidupku tidak akan semenderita ini."Ada didalam, sebentar ya. Aku panggilkan," ucap Linda yang langsung menutup pintu karena aku belum ada ijin untuk masuk kedalam. Aku sudah memikirkan matang-matang rencana yang akan aku lakukan, Andini tidak boleh menyakiti Talita. Tapi, aku yakin jika Talita pasti tidak akan mempercayai kata-kataku.Klek!"Katanya disuruh masuk," ucap Linda sambil membuka pintu untukku. Aku bergegas masuk kedalam, ternyata disana sudah ada Ibu dan Ayah, juga Talita. Sepertinya mereka memang sengaja berkumpul disini untuk menemuiku."Duduk," ucap Ayah dengan suara tegasnya. Aku sangat menghormati kedua orang tuanya Talita, karena sejak kami masih pacaran dulu mereka selalu
Miskin Setelah BerceraiPov TalitaPart 39"Sempurna," desisku ketika melihat gaun yang akan aku pakai di acara lamaran nanti. Iya, seminggu lagi aku dan Anta akan melangsungkan acara lamaran. Aku tidak menduga jika cerita hidupku serumit dan seindah ini. Dulu ketika aku masih berpacaran dengan Mas Robi, aku hanya ingin menikah dan menua bersamanya. Tidak ada bayangan jika aku akan menikah untuk kedua kalinya, dan juga aku tidak menyangka kalau yang akan menjadi calon suamiku ada Anta, beruang kutub yang menyebalkan.Aku tersenyum sendiri jika mengingat semua kekonyolan yang pernah aku lalui bersama Anta. Padahal dia tidak sedingin yang aku duga, dia bersikap begitu karena hatinya telah beku ditelan waktu. Mungkin sakitnya berbekas sampai sekarang, tapi aku yakin semua itu akan hilang dimakan waktu.Klek!Pintu kamarku tiba-tiba terbuka, ternyata Ibu yang masuk dan tersenyum ke arahku."Masuk, Buk," ucapku menyuruh Ibu untuk masuk."Ini baju yang akan kamu kenakan nanti? Cantik sekali
Miskin Setelah BerceraiPart 40Mamanya Dokter Anta malah membuka lebar mulutnya, terlebih Anta yang terlihat menggeleng kepala kuat. Berbeda dengan Andini yang terlihat tersenyum jumawa penuh kemenangan."Ini buktinya, Tante." Andini menyerahkan ponsel pintarnya pada orangtuanya Anta.Aku dan Anta juga melihat kearah foto yang ditunjukkan oleh Claudia, disana ada fotoku dan Mas Robi saat kami liburan di Singapura dulu."Tega kamu, Talita. Padahal Tante dan Om sudah merestui kamu untuk menjadi menantu kami," ujar Mamanya Anta marah."Tapi itu dulu, Tante." Tiba-tiba Mas Robi memotong ucapan Mamanya Anta yang seketika membuat Andini melotot marah."Maksud kamu?" tanya Mamanya Anta mengerutkan keningnya."Maksud kamu apa!" Perlahan senyum jumawa yang terukir di bibir Andini memudar. Sepertinya dia sudah menyadari jika Mas Robi akan mengkhianatinya."Iya, Tante. Dulu itu memang Talita istri saya. Tapi saya sudah lama bercerai dari dia, karena saya selingkuh dan menikah lagi. Dan foto yan
Part 1“Kamu yakin ini tempatnya?” tanyaku pada Rama ketika mobil kami memasuki kawasan hotel. Hari ini sengaja aku menyuruh Rama yang menyetir. Karena hati yang kacau sangat tidak baik untuk mengemudikan mobil sendiri.“Iya, aku yakin. Ini undangannya, dan hotel Fajar ini betul tempatnya,” jawab Rama memastikan. Dia memperlihatkan undangan yang berwarna putih bercorak keemasan.Hotel ini adalah hotel bintang lima, dan ini adalah kali pertama aku menginjakkan kakiku disini. Bukan tanpa alasan aku kemari, aku ingin menyaksikan langsung pernikahan suamiku atau lebih tepatnya calon mantan suami dengan wanita pilihan Ibunya.Ibunya Mas Robi memang tidak menyetujui pernikahan kami. Ditambah lagi hampir tiga tahun pernikahan aku belum bisa memberikan beliau cucu. Aku dan Mas Robi sudah berobat kemana-mana, dari berobat medis sampai dukun. Semuanya menjelaskan jika kami tidak memiliki masalah, hanya saja Allah belum memberikan amanahnya kepada kami.Aku tidak habis pikir bagaimana bisa Mas R
Part 2“Oh ya? Bagaimana bisa anak seorang pelakor bisa menjadi ahli waris. Sedangkan keberadaan dia saja tidak diakui oleh negara, asal kalian tau anak dari pernikahan siri adalah anak yang tidak mempunyai data negara,” ucap Rama kemudian. Jawaban Rama mampu membungkam mulut keluarga mereka. Termasuk gundik suamiku, wajahnya pias dan pucat. Setelah ini kita lihat siapa yang akan menangis darah.*****Tidak pernah kubayangkan sebelumnya pernikahan yang selalu kujaga berakhir seperti ini. Aku tidak menyangka Mas Robi tega mengingkari janji suci kami, dulu dia adalah lelaki yang setia. Kami pacaran hampir 5 tahun, tidak pernah sekalipun dia berkhianat atau sekedar berkenalan dengan wanita lain. Dia fokus mencari uang untuk keluarganya dan untuk menikahi ku. Sungguh ini bagai badai yang menerjang ulu hati, rasanya sesak sekali. Andai aku bisa punya anak, mungkin pernikahan kami bisa di selamatkan. Setidaknya ibu akan menyayangi cucunya walaupun aku tak pernah di anggap.Benar kata pepata
Part 3Wajahnya tegang seperti sedang menonton film horor. Ini baru permulaan, Nia. Jika kamu berpikir akan hidup senang dan bergelimang harta sesudah menikah dengan suamiku. Kamu salah besar, kamu malah akan semakin menderita setelah ini. Aku pastikan itu.****“Tidak bisa begitu dong, Mas, kalau syarat yang pertama sih aku nggak masalah. Tapi syarat yang kedua aku keberatan, memangnya aku babu apa,” protes Nia pada Mas Robi. Aku sungguh puas melihat mereka yang seharusnya sedang berbulan madu tapi malah bertengkar.“Talita, Mas mohon jangan begini. Kalau memang kamu mau memegang seluruh keuangan Mas tidak keberatan. Tapi syarat itu terlalu berat untuk Mas dan Nia,” tawar Mas Robi. Belum apa-apa Mas Robi sudah membela wanita yang sudah menjadi gundiknya tersebut. Apalagi jika nanti dia sudah bisa hamil dan memiliki anak. Tentu saja semua perkataan wanita itu akan dituruti oleh Mas Robi dan keluarganya.“Syarat tadi tidak bisa ditawar lagi, Mas. Kalau memang kamu tidak mampu memenuhi
Miskin Setelah BerceraiPart 4Aku bergegas kerumah sakit tempat ibunya Mas Robi dirawat, kata Mang Asep ibu sudah siuman. Ketika sampai di tempat parkiran, aku melihat Mas Robi dan Kak Mira sedang berjalan kedalam. Pasti ibu sudah menelepon mereka dan menceritakan yang bukan-bukan, tapi kemana menantu kesayangannya itu, apa mungkin dia sudah kabur karena tau Mas Robi bakalan jatuh miskin.Ketika sampai diruangan ibu dirawat aku mendengar Kak Mira bicara."Kamu lihat sendiri kan Robi, ini ulah istri kamu yang mandul itu. Udah bagus ga dicerai, masih aja buat ulah. Emang ngapain sih ibuk kesana?" tanya Kak Mira ke ibu. Aku sengaja tidak masuk dulu, aku ingin mendengar semuanya."Ibu itu kesana mau melabrak Talita, enak saja dia ingin menikmati hartanya sendirian. Sedangkan Robi tidak dapat apa-apa," sahut ibu."Kan Robi udah bilang, biar semua ini aku yang urus. Ini rumah tanggaku Bu, sekarang lebih baik kita pulang saja ya. Ibu ga usah dirawat, Robi ga ada uang pegangan lagi," ujar Ma