Share

Misteri Obat Dari Baby sitter
Misteri Obat Dari Baby sitter
Author: RA. ADISTI5585s

Part 1

last update Last Updated: 2024-11-18 12:09:20

“Malam ini kasih jatah ya?”

“Ih … apaan sih, Mas?”

“Siapa suruh bikin aku ket4gihan,”

Aku terbangun kaget, selalu saja mimpi buruk setiap malam, kali ini benar-benar tak mengenakkan sebab dalam mimpi nyata terlihat suamiku tengah bermesraan dengan baby sitterku. Apakah ini pertanda atau hanya bunga tidur semata?

***

Aku membuka mata dengan sangat malas, kantuk masih melanda. Sakit yang kuderita selama kurang lebih sebulan ini membuatku lebih banyak menghabiskan waktu di tempat tidur.

Sebenarnya sakit yang kurasakan sekarang ini adalah semua otot dan tubuhku terasa lemah, kata dokter aku mengalami stres tinggi hingga dianggap sering berhalusinasi.

Dua bulan yang lalu, aku kehilangan Nayla, bayiku yang masih berusia tiga bulan. Semua terjadi karena kesalahanku. Aku yang tertidur saat menyusuinya, bayiku berhenti bernapas tanpa kuketahui. Rasa bersalah membuatku tak henti mengutuk diriku, bahkan aku punya hobi mengurung diri dalam kamar seharian tanpa makan dan minum.

Setelah itu berturut-turut keadaanku memburuk. Adam, suamiku sangat menyayangiku hingga ia mempekerjakan seorang baby sitter untuk menjaga anak pertama kami berusia empat tahun, Rafiqa.

“Ibu Viona sudah bangun? Sebaiknya Ibu makan dulu, aku sudah memasakkan makanan kesukaan Ibu,” sebut Alea, baby sitter yang begitu telaten tidak hanya mengurus anak semata wayangku kini namun ia dengan ikhlas membantu segala keperluanku.

Ia membantuku untuk bangun, setelahnya ia meletakkan makanan di atas nakas samping tempat tidurku, aku menoleh sekilas. Kulihat sup ikan ada di sana lengkap dengan buah semangka dan satu buah cup cake menyertainya.

Ia membetulkan letak dudukku dengan meninggikan posisi bantal, setelah itu ia kembali menempatkan meja lipat di atas tempat tidur persis di depan dadaku, kemudian mengambil makanan di atas nakas.

“Makanlah, setelah itu minum obatnya seperti biasa,” titahnya dan aku hanya bisa menurut demi bisa sehat kembali seperti yang dikatakan oleh Adam.

“Rafiqa mana?” ia hanya tersenyum mendengar suaraku, duduk persis tak jauh dari posisiku.

“Rafiqa baru saja selesai makan dan bermain, sekarang ini dia pasti lagi lelap tertidur, kemungkinan dalam dua jam barulah dia bangun,” sebutnya sesekali melihat jam di pergelangan tangan kanannya.

Aku tak lagi bertanya dan mulai menyuap pelan makanan ke mulutku, hanya tiga kali suap dan aku sudah tak mau lagi. Alea menyimpan semuanya di atas nakas kemudian mengambil satu pil berwarna biru dan satu lagi warna putih untuk kuminum. Aku tanpa banyak bicara lantas segera menelannya.

“Sekarang berbaringlah lagi, nanti bila ada keperluan panggil saja seperti biasanya,” katanya seraya menunjuk tombol kecil yang ada di samping tempat tidurku, aku mengangguk pelan. Mataku merasa sangat mengantuk sekali. Setelah beberapa menit aku pun tak ingat apa-apa lagi.

***

“Jangan tinggalkan mama, Nayla. Mama ada di sini,” aku menangis terus memandangi wajah bayiku yang telah pucat pasi dan tidak bergerak lagi. Kuguncang tubuhnya berulang kali dan kucium pipinya dengan maksud membangunkannya, namun semua usahaku sia-sia.

Tak lama Adam datang, ia lalu memelukku dan berbisik di telingaku, “Nayla sudah mati, ya dia mati karenamu,” aku terlonjak kaget melihat pandangan mata suamiku berubah dingin. Aku bergidik ngeri melihatnya.

“Mama … mama, bangun,” aku tersentak membuka mata ketika kulihat wajah anak pertamaku, Rafiqa sudah ada di sampingku. Wajahnya yang imut dan menggemaskan membuatku sadar bahwa apa yang baru saja kualami adalah mimpi belaka. Hampir setiap malam aku selalu bermimpi buruk, aku sampai lupa mana yang benar dan mana yang hanya mimpi.

Kuusap rambutnya yang ikal panjang, putriku ini sudah sangat rapi dengan beberapa jepit rambut di kepalanya, “Mau ke mana, Sayang?” ia mencibir.

“Mama bobo terus … Fiqa mau main sama mama, mama kapan sembuhnya.” Rajuk nya. Tersenyum mendengar celotehannya.

“Mama istirahat dulu, kalau Fiqa pintar tak menganggu mama, mama pasti sembuh. Yang penting hari ini kita main ke luar ya?” bujuk Adam yang sudah muncul di hadapan kami.

“Pokoknya mama harus cepat sembuh, biar nanti bisa temani Fiqa sama Papa dan Bibi Alea pergi ke galaksi,”

Galaksi sebutannya untuk arena bermain yang ada di pusat kota. Aku membetulkan posisi berbaring dan lantas duduk menghadap buah hatiku ini. Badan masih saja terasa sangat lemas.

“Mama minta maaf ya, Sayang. Nanti pasti mama akan temani kalau mama sudah sembuh, Fiqa doakan mama ya?” pintaku supaya ia tak merajuk lagi.

Entah sudah berapa ratus kali permintaan malaikat kecilku ini agar aku cepat sembuh dan bisa bermain-main lagi dengannya seperti dulu biasa kami lakukan. Dan aku hanya bisa berjanji saja.

“Iya, nak. Mama biar beristirahat saja dulu supaya cepat sembuh. Alea, tolong bawa Fiqa ke luar, sebentar aku akan menyusul,” Alea menjawab dengan anggukkan kepala.

“Kamu harus terus berpikiran positif, Sayang. Kamu harus punya keyakinan bisa sembuh dan melupakan semua yang terjadi. Kehilangan, aku juga kehilangan anak kita tapi hidup harus terus berjalan dan kita musti kuat demi anak kita, Fiqa. Ingat ya, kita masih ada Fiqa, jangan kamu lupakan itu,” aku hanya diam mendengarkan perkataan suamiku.

Ia memang benar hanya saja aku sulit melupakan apa yang sudah kulalui, sakit rasanya anak kandung sendiri yang baru saja bersamaku beberapa bulan, harus mati di tangan ibu kandungnya sendiri. Rasa sakit dan trauma itu membuatku pula malas melayani suamiku yang entah sudah berapa lama aku tak berniat tidur seranjang dengannya lagi. Aku takut hamil lagi.

“Aku tahu kamu masih belum bisa melupakannya, tapi perlahan kuminta padamu supaya bisa melakukannya. Ada aku dan Fiqa yang akan terus bersamamu sampai kamu benar-benar sembuh. Bagaimana dengan tidurmu semalam, nyenyak?” aku mengangguk pelan.

Mimpi buruk yang terus datang berulang kali setiap malam, tak ingin kuceritakan pada Adam, ia sudah lelah berkutat dengan pekerjaan kantor yang menumpuk, tidak mungkin lagi aku ingin membebaninya dengan hal-hal yang hanya akan membuat Adam terus mempertanyakan perkembangan pikiranku yang tak kunjung membaik dari trauma masa lalu.

“Baguslah, oya, aku pergi bersama Alea dan Fiqa ya ke kota, hanya sebentar saja mungkin waktunya makan siang, kami sudah kembali.

Kebetulan di sana aku akan bertemu dengan klien, sarapan dan obatmu sudah disiapkan Alea, segerakan makan dan minum obatmu,” terangnya dan lagi-lagi aku hanya bisa mengangguk tanpa suara. Ia mengecup keningku lantas meninggalkanku.

Aku bangkit dan ingin sarapan pagi sekaligus meminum obatku, namun suara tawa terdengar dari halaman.

Suara tawa suamiku, sudah lama rasanya aku tak pernah lagi mendengar tawanya apalagi sampai sekeras itu, entah apa yang lucu.

Rasa penasaran membuatku perlahan berjalan menuju jendela, kendati berat kakiku melangkah dengan kepala yang juga terasa pening dan aku membuka sedikit tirainya lalu mengintip.

Mataku langsung melihat dan menangkap kemesraan suamiku dengan baby sitter ku, Alea.

Bahkan Adam tak ragu menggenggam tangan Alea ketika akan masuk ke dalam mobil dan semua itu mereka lakukan persis di depan anak kami, apa mereka punya hubungan spesial? Apa penyakitku ini dimanfaatkan mereka untuk bermain api di belakangku?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 19

    Part 19 Pov Viona Sandiwara yang dimainkan Calvin benar-benar membuatku terjebak, aku harus terus bersandiwara demi kesehatan neneknya. Meski sedikit menolak dengan permintaan nenek untuk membuatku dekat dengan cucu kesayangannya itu, akan tetapi jika kupikir aku menyamar menjadi calon istrinya, tentu saja kami harus bermesraan supaya tak ketahuan. Aku sih santai saja, hanya saja semakin lama di rumah ini bisa saja membuat rencanaku terhadap Adam akan berantakan. Jika nanti acara santai di taman belakang ini selesai, aku akan langsung berbicara dengan Calvin mengenai semuanya. Sebelumnya aku tidak berterus terang kejadian yang sebenarnya menimpaku, Calvin setidaknya harus tahu supaya aku mudah meminta bantuannya. Aku harus segera meminta bantuan padanya karena sampai sekarang aku tak tahu bagaimana nasib putri semata wayangku, Rafiqa. Anak cantikku itu terus membayangiku. Aku sudah terlalu banyak membantu Calvin dengan menjadi calon istrinya. Baru saja santai di belakang, tiba-t

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 18

    Part 18 “Nenek? Nenek sudah bangun?” Aku langsung menghampiri dan membawa nenek ke dalam kamarnya. Aku tahu jika ia masih butuh penjelasan dariku, hanya saja aku memilih santai dan tak mau menanggapi sambil mencari alasan tepat agar ia tak curiga sama sekali. Di belakang kami, Viona mengekor. Ia juga tak banyak bicara. Mungkin ia sama bingungnya dengan aku sebab kami sama-sama syok dan saling melemparkan pandangan yang mengisyaratkan kami tak tahu harus menjawab apa. “Nenek katanya tadi ingin membawa jalan-jalan Viona? Kenapa malah ketiduran?” Pengalihan topik saat ini sangat diperlukan. Tak lama nenek memasang wajah sumringah.Lega rasanya.“Oiya, aku ingin membawanya memilih pakaian di butik langganan kita. Rasanya sudah lama kita tidak ke sana,” kata nenek. Aku sebenarnya tak mempermasalahkan nenek akan ke luar bersama Viona, hanya saja jika sampai Adam dan orang suruhannya memergoki Viona maka akan selesai semuanya dan ketahuan siapa Viona sebenarnya. Aku memilih mengamankan

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 17

    Part 17 “Mau ke mana kita?” “Viona kabur,”“Hahh,”“Sudahlah, nggak usah banyak bicara. Ikut saja denganku,” ajak ku dengan cepat. Aku dan Alex memutuskan pergi ke rumah dulu memastikan apa benar Viona kabur atau kemungkinan ia diculik, bisa saja semua itu terjadi dan kami harus mencari tahu kronologi kejadiannya.Baru saja aku sampai di rumah, dua pelayan menyambut ku dengan wajah pucat dan kebingungan, “Sejak kapan Viona pergi?” tanyaku. Dua pelayan perempuan itu saling melempar pandangan satu sama lainnya. "Kami pikir Bu Viona bersiap-siap mau bepergian bersama tuan, tapi ditunggu lama nggak ada juga Bu Viona ke luar, begitu kami berdua cek di kamar, ternyata Bu Viona sudah tidak ada,”Aku dan Alex lantas memeriksa ke dalam kamar di mana semalam Viona tidur, benar saja semuanya dalam keadaan kosong hingga ke dalam kamar mandi. “Bagaimana dengan nenek? Apa dia sudah tahu?” Kedua pelayan tadi yang sejak tadi mengikuti langkah kami ke kamar, kompak menggelengkan kepala. “Nenek

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 16

    Part 16Pov Calvin“Informasi yang kudapatkan tentang Viona Putri Wijaya memang dia adalah pewaris tunggal keluarga Wijaya karena dia satu-satunya anak Tuan Brata Wijaya yang meninggal dua tahun lalu akibat kecelakaan pesawat, menurut info yang ku kumpulkan bahwa kecelakaan yang dialami kedua orang tua Viona adalah sebuah rekayasa yang sudah disusun sedemikian rupa karena ada pihak yang menginginkan kematian mereka.” Siang itu aku mengobrol dengan Alex di ruangan kantorku.Aku syok mendengar keterangan dan beberapa gambar Tuan Brata Wijaya beserta istri juga Viona yang waktu itu mungkin berusia lima atau enam tahun. Ternyata benar jika Viona adalah anak tunggal Brata Wijaya. Keluarga mereka terlihat begitu bahagia, aku memperhatikan gambar-gambar yang diserahkan Alex, orang suruhan sekaligus asisten sekretarisku di kantor. Alex sejatinya sahabatku, apa saja informasi yang ingin kudapatkan maka ia selalu punya jalan untuk mendapatkannya, tak sia-sia ia ku jadikan asisten sekaligus pe

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 15

    Part 15 Calvin mengeratkan genggaman tangannya padaku lantas memberi isyarat agar aku memberikan senyuman pada perempuan yang terbilang lebih muda dengan sebutan neneknya tersebut. Aku mengikutinya kemudian mengambil tangan nenek lalu menciumnya dengan penuh hormat. “Kau memang hebat, Cal. Pilihanmu memang tepat, saat tadi kamu mengatakan bersama siapa dan mengirimkan fhoto nya padaku, rasanya senang melihat wajahnya yang cantik, sangat cantik,” pujinya berlebihan. Senyumku kecut. Aku merasa kecantikanku standar saja. Buktinya saja Adam lebih memilih bersama Alea, perempuan lebih muda dan cantik dariku. “Duduklah, nak. Ayo kita makan malam bersama,” ajaknya. Rasanya ia tak mau melepaskan tanganku. Kami mulai menikmati hidangan di atas meja. Mata nenek tak pernah lepas dariku, ia seakan bangga melihatku. “Kamu berasal dari mana?” tanyanya membuatku hampir saja tersedak. “Nenek? Kenapa harus tanyakan itu pada Viona, Nek?” Calvin protes. Nenek malah tersenyum penuh arti. “Tidak ad

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 14

    Part 14 Pov Viona“Calvin Bintang Pratama, u can call me Cal,” laki-laki yang membantuku ke luar dari penjara rumah sakit jiwa ini mengulurkan tangannya. Akhirnya ia memperkenalkan diri setelah beberapa jam bersamanya tanpa saling tahu nama masing-masing.Memang sejak beberapa jam ini bersamanya, aku ingin tahu siapa namanya. Kini ia mengenalkan dengan diri dengan rasa percaya diri yang tinggi, aku menerima uluran tangannya dan menyebutkan namaku. “Nama yang cantik, secantik orangnya,” gumamnya. Aku mendengarnya dengan jelas namun aku lebih memilih seolah-olah tak mendengar. Gengsi kalau sebentar saja sudah sumringah menerima pujiannya.“Sekarang juga kita ke butik langganan keluargaku, di sana kamu bebas memilih pakaian apa saja yang akan kamu kenakan saat kita bertemu dengan nenekku nanti malam. Eits, biar aku saja yang memilihkan pakaian untukmu,” aku menarik napas panjang. Suka-suka mu lah. Aku menurut saja.Mau tak mau saja mengikuti semua perintahnya, aku bisa apa sebab samp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status