Share

Part 6

last update Last Updated: 2024-11-18 12:49:54

Kamu yang sabar ya, sayang. Sandra katanya kecelakaan mobil dan itu sudah terjadi seminggu sebelumnya, diperkirakan mobilnya masuk sungai dan baru saja tadi pagi mobilnya diangkut naik, Sandra … maaf … ia tak selamat.” Adam lantas memeluk menenangkan ku.

Aku tak lagi bisa mencerna apa yang dikatakan Adam, baru saja berharap selama seminggu ini mendapatkan bantuan dari sahabatku itu, tiba-tiba saja Adam menyampaikan bahwa Sandra justru meninggalkan dunia ini untuk selama-lamanya. Aku hanya bisa menangisi kepergian sahabatku itu.

“Kamu tidak sedang bercanda ‘kan? Sandra tak mungkin mati, ia sehat dan baik-baik saja waktu ia ke mari, ia sudah berjanji akan menjengukku terus di sini setiap harinya, aku baru saja akan menagih janjinya tapi dia ….” Aku tak lagi bisa menyelesaikan kalimatku.

Perih sekali rasa hatiku, perempuan yang sudah menjadi sahabatku sejak SMP ini akhirnya meninggalkanku tanpa pamitan. Tidak ada tanda-tanda khusus ia akan meninggalkanku.

Rasanya begitu cepat terasa, aku hanya teringat terakhir kali di rumah ini ia memaksaku untuk bangun dari tempat tidur agar aku cepat sehat kembali.

Bisa saja inilah permintaan terakhirnya supaya aku tak cengeng dan harus melawan suami juga baby sitter yang pelan-pelan membuatku mati lalu menguasai hartaku. Licik.

“Sabar ya, sayang. Biar bagaimanapun kita semua pasti akan menghadap Nya, biarkan Sandra tenang ya? Ia membutuhkan doamu sebagai sahabat terdekatnya, aku akan pergi ke rumahnya untuk melakukan penghormatan terakhir, kamu di sini saja beristirahat, kondisimu masih lemah,” aku menggelengkan kepala dengan cepat.

“Aku ingin ikut, aku ingin lihat Sandra untuk terakhir kalinya,” pintaku. Adam tak banyak berbicara, ia menurut.

Lagipula ini kesempatanku untuk meminta bantuan pada orang, terutama Bayu karena aku yakin ia pasti hadir di sana, tidak mungkin Bayu melewatkan melihat sahabatnya juga untuk yang terakhir kalinya.

Berharap rencanaku akan berjalan dengan lancar dan pastinya aman.

Dalam perjalanan ke rumah Sandra, aku terus mengenang bagaimana persahabatan kami yang begitu kental, aku bahkan mengenal Adam untuk pertama kalinya melalui sahabatku yang ceriwis itu.

Kami sebenarnya naksir dengan orang yang sama namun aku yang justru beruntung karena mendapatkan hati Adam terlebih dahulu. Tetapi sekarang aku justru menyesali telah mengenal Adam hingga menikahinya, ia tak tulus.

“Tetap kamu yang beruntung, Vio. Kamu cantik dan punya segalanya, sedangkan aku … apalah bukan siapa-siapa, tapi kamu jangan khawatir aku sukanya sama Adam hanya suka cinta-cinta begitu saja, Adam sudah memilihmu jadi aku yang mengalah,” sebutnya kala itu bahkan dibarengi ia menyanyikan lagu mengalah yang aku sendiri tidak tahu siapa penyanyinya. Kami lepas tertawa setelahnya.

“Kamu yakin tidak ada perasaan dengan Adam? Kalau memang ia menjadi penghalang persahabatan kita, aku sama sekali tak keberatan melepaskan dia. Toh, persahabatan kita jauh lebih penting, laki-laki masih bisa kita cari lagi tapi persahabatan kita sudah ada sejak SMP, San. Aku tak mau merusak persahabatan kita hanya demi laki-laki,” ia terlihat menyunggingkan senyum.

“Hei, nggak usah berpikir terlalu melankolis dan kayak sinetron begitu. Aku yakin lima ribu persen, Adam memilihmu dan aku tak keberatan asalkan kamu juga suka, aku tak mungkin menghalangi apalagi kudengar Adam langsung akan melamarmu, katanya ia sudah tak sabaran ingin bersanding dengan tuan puteri, terus aku bisa apa? Aku juga melihat kamu suka sama dia, sudahlah aku nggak apa-apa, kok,” Ia terlihat santai dan aku pun akhirnya mengiyakan.

Apa yang dilakukan Sandra tetap saja kuanggap pengorbanan, karena yang mengenal Adam adalah dia pertama kalinya namun aku yang justru datang dan menghalangi cintanya.

Kadang aku berpikir Sandra selalu mengatakan tidak apa-apa, hanya saja ia seperti orang yang menghindari kami sejak menikah dan keyakinanku semakin kuat jika Sandra masih punya perasaan pada Adam dengan tidak pernah sekalipun kulihat ia menggandeng laki-laki atau mengenalkannya padaku sebagai kekasihnya, ia tetap betah menyendiri.

Bahkan kepergiannya ke luar negeri sebagai pelariannya saja agar tak terlalu sering bertemu dengan suamiku, entahlah apa hanya perasaanku saja.

Bayang-bayang masa lalu terus menari di benakku, hingga Adam memberitahuku jika kami sudah sampai persis di rumah Sandra, di sana tak terlalu banyak kerabatnya yang hadir, bahkan aku juga tak melihat adanya polisi di sana.

Aneh memang, hanya saja begitu aku disambut oleh Cici, sepupu Sandra barulah aku tahu jika beberapa hari sebelum Sandra pergi, ia menitipkan pesan jika ia nantinya pergi, ia ingin pemakamannya dilakukan tertutup.

“Kenapa ia seperti tahu akan pergi? Ia bahkan menuliskan pesan begini?” aku jelas mempertanyakan pesan terakhir Sandra yang sepertinya tahu akan pergi untuk selama-lamanya sementara ia menyembunyikannya dariku, orang yang paling terdekat padanya.

Sandra, kamu memang membuatku benci padamu. Air mata semakin sulit kutahan ketika jenasahnya diperlihatkan padaku sebentar saja, Sandra terbujur kaku dalam peti mati. Keadaan jenasah Sandra yang terlalu lama di dalam sungai membuatnya harus dimakamkan beserta peti matinya.

“Kamu yang sabar ya, Vio. Aku yakin Sandra sudah tenang di sana.” Bayu, orang aku tunggu-tunggu akhirnya muncul, aku mengangguk pelan dan melirik ke samping kiri karena Adam masih ada di sana, aku harus bisa menahan diri terlebih dahulu memberitahukan semuanya.

Prosesi pemakaman berlangsung cepat, hanya tinggal aku, Adam, Bayu dan Cici sementara kerabat lainnya sudah pulang.

Aku sangat berharap Adam menjauh hingga aku bisa leluasa membicarakan tentang upaya penyelamatanku dan semua rencana licik suami tercintaku itu dengan baby sitter kami.

Sepertinya aku mendapatkan kesempatan ketika Cici mengajak Adam berkeliling melihat-lihat tempat favorit Sandra selama hidupnya, dengan alasan masih lemah berjalan, aku memutuskan tetap tinggal di dalam ruang tengah bersama Bayu. Bersyukur Adam tak curiga, ia dan Cici meninggalkanku begitu saja.

“Sebentar ya, sayang. Bayu, jaga Vio ya?” pesannya dan Bayu mengangguk mengiyakan. Begitu kulihat Adam dan Cici menjauh, aku lantas mendekati Bayu. Anak angkat papaku nampak jengah melihatku, seperti ada hal yang tak kena. Aku tak tahu apa itu.

“Yu, aku mohon tolong aku, Adam sama baby sitter yang bekerja di rumahku ada main, mereka selingkuh dan Adam berencana akan membunuhku lantas ingin mengambil alih perusahaan, sakit akibat stres ditinggal Nayla inilah mereka manfaatkan,” perkataanku yang tiba-tiba tentu saja membuat anak angkat papa sekaligus sahabatku ini kaget, ia mengerutkan alisnya.

“Kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh, Vio. Aku tahu sekarang ini kamu sedang sakit. Adam sendiri beberapa kali sudah memberitahu kondisimu, ia bilang kondisimu makin parah, obat yang diresepkan buatmu sudah naik dosisnya, aku juga melihat keadaanmu hari ini semakin memburuk, mungkin kalau Adam saja memberitahuku, aku tak percaya tapi apa yang kulihat ini membuatku percaya bahwa kamu memang masih butuh bantuan medis.

Apa kamu tak sadar sejak tadi kamu tidak memakai pakaian seharusnya, kamu hanya mengenakan pakaian lusuh, sandal terbalik. Adam saja menyebut bahwa kamu tidak mau menurut.”

Apa maksud Bayu? Pakaianku lusuh? Aku melihat pakaianku, semuanya baik-baik saja. Memang tadi kuakui kerabat Sandra beberapa kali mencuri pandang dan sesekali berbisik setelah melihatku, mataku masih normal dan semua yang aku pakai adalah pakaian hitam-hitam untuk melihat orang mati, tidak ada yang aneh, kaki jenjangku juga dilengkapi dengan sepatu hak tinggi berwarna senada.

“Bajuku lusuh gimana, Bay? Pakaian yang kupakai semuanya baik-baik saja, pakaian hitam dengan sepatu high heels, bahkan sebelum ke sini tadi aku sempat merias diri dengan bedak tipis, aku memang kehilangan Sandra, tapi aku tak mau terlihat pucat. Kenapa kamu ngomongnya aneh begitu?” tanyaku.

Upayaku meminta tolong pada Bayu nampaknya harus lebih keras lagi sebab Bayu justru melihatku layaknya aku ini orang gila. Aneh.

“Kamu lihat sendiri ‘kan, Bayu? Kalau kamu hanya mendengar sekilas saja pasti kamu tidak akan percaya, sudah beberapa bulan ini ia mengurung diri dan tak mau bertemu dengan orang lain, bahkan kamu sendiri yang mau menemuinya, ia tolak.

Vio masih sakit, seperti hari ini aku sudah memaksanya supaya ia berdandan rapi di penghormatan terakhir sahabatnya.

Tetapi kamu bisa melihat sendiri ia malah berpenampilan biasa saja, makanya tadi aku sempat membicarakan ini pada kerabat Sandra, biar tak kaget melihatnya.

Aku tadi juga tidak mau membawanya ke sini, hanya saja ia ngotot. Vio masih sulit membedakan mana yang nyata dan mana yang halusinasi.”

Adam yang tiba-tiba sudah muncul di belakang kami menjelaskan kondisi yang sebenarnya membuatku bingung. Aku menggelengkan kepala tak terima.

“Aku baik-baik saja, kalian lah yang salah melihatku,” elakku. Adam menghela napas panjang. Ia menghampiriku lantas memegang tanganku.

“Sebaiknya kita pulang, sayang. Kita sudah melihat Sandra untuk yang terakhir kalinya, sebentar lagi waktunya kamu minum obat dan beristirahat,”

Aku benar-benar menolak diajak pulang, aku merasa tak aman berada di dalam rumahku sendiri.

Ada Adam dan Alea yang sewaktu-waktu bisa saja membunuhku.

Usahaku menolak ajakan pulang suamiku tak berhasil, bahkan Bayu ikut-ikutan memasukkan aku ke dalam mobil. Sedih sekali, aku meronta-ronta, mereka tak peduli.

Cici hanya memandangku dengan pandangan yang sulit ku artikan, fiks aku dinyatakan sebagai orang gila.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 19

    Part 19 Pov Viona Sandiwara yang dimainkan Calvin benar-benar membuatku terjebak, aku harus terus bersandiwara demi kesehatan neneknya. Meski sedikit menolak dengan permintaan nenek untuk membuatku dekat dengan cucu kesayangannya itu, akan tetapi jika kupikir aku menyamar menjadi calon istrinya, tentu saja kami harus bermesraan supaya tak ketahuan. Aku sih santai saja, hanya saja semakin lama di rumah ini bisa saja membuat rencanaku terhadap Adam akan berantakan. Jika nanti acara santai di taman belakang ini selesai, aku akan langsung berbicara dengan Calvin mengenai semuanya. Sebelumnya aku tidak berterus terang kejadian yang sebenarnya menimpaku, Calvin setidaknya harus tahu supaya aku mudah meminta bantuannya. Aku harus segera meminta bantuan padanya karena sampai sekarang aku tak tahu bagaimana nasib putri semata wayangku, Rafiqa. Anak cantikku itu terus membayangiku. Aku sudah terlalu banyak membantu Calvin dengan menjadi calon istrinya. Baru saja santai di belakang, tiba-t

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 18

    Part 18 “Nenek? Nenek sudah bangun?” Aku langsung menghampiri dan membawa nenek ke dalam kamarnya. Aku tahu jika ia masih butuh penjelasan dariku, hanya saja aku memilih santai dan tak mau menanggapi sambil mencari alasan tepat agar ia tak curiga sama sekali. Di belakang kami, Viona mengekor. Ia juga tak banyak bicara. Mungkin ia sama bingungnya dengan aku sebab kami sama-sama syok dan saling melemparkan pandangan yang mengisyaratkan kami tak tahu harus menjawab apa. “Nenek katanya tadi ingin membawa jalan-jalan Viona? Kenapa malah ketiduran?” Pengalihan topik saat ini sangat diperlukan. Tak lama nenek memasang wajah sumringah.Lega rasanya.“Oiya, aku ingin membawanya memilih pakaian di butik langganan kita. Rasanya sudah lama kita tidak ke sana,” kata nenek. Aku sebenarnya tak mempermasalahkan nenek akan ke luar bersama Viona, hanya saja jika sampai Adam dan orang suruhannya memergoki Viona maka akan selesai semuanya dan ketahuan siapa Viona sebenarnya. Aku memilih mengamankan

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 17

    Part 17 “Mau ke mana kita?” “Viona kabur,”“Hahh,”“Sudahlah, nggak usah banyak bicara. Ikut saja denganku,” ajak ku dengan cepat. Aku dan Alex memutuskan pergi ke rumah dulu memastikan apa benar Viona kabur atau kemungkinan ia diculik, bisa saja semua itu terjadi dan kami harus mencari tahu kronologi kejadiannya.Baru saja aku sampai di rumah, dua pelayan menyambut ku dengan wajah pucat dan kebingungan, “Sejak kapan Viona pergi?” tanyaku. Dua pelayan perempuan itu saling melempar pandangan satu sama lainnya. "Kami pikir Bu Viona bersiap-siap mau bepergian bersama tuan, tapi ditunggu lama nggak ada juga Bu Viona ke luar, begitu kami berdua cek di kamar, ternyata Bu Viona sudah tidak ada,”Aku dan Alex lantas memeriksa ke dalam kamar di mana semalam Viona tidur, benar saja semuanya dalam keadaan kosong hingga ke dalam kamar mandi. “Bagaimana dengan nenek? Apa dia sudah tahu?” Kedua pelayan tadi yang sejak tadi mengikuti langkah kami ke kamar, kompak menggelengkan kepala. “Nenek

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 16

    Part 16Pov Calvin“Informasi yang kudapatkan tentang Viona Putri Wijaya memang dia adalah pewaris tunggal keluarga Wijaya karena dia satu-satunya anak Tuan Brata Wijaya yang meninggal dua tahun lalu akibat kecelakaan pesawat, menurut info yang ku kumpulkan bahwa kecelakaan yang dialami kedua orang tua Viona adalah sebuah rekayasa yang sudah disusun sedemikian rupa karena ada pihak yang menginginkan kematian mereka.” Siang itu aku mengobrol dengan Alex di ruangan kantorku.Aku syok mendengar keterangan dan beberapa gambar Tuan Brata Wijaya beserta istri juga Viona yang waktu itu mungkin berusia lima atau enam tahun. Ternyata benar jika Viona adalah anak tunggal Brata Wijaya. Keluarga mereka terlihat begitu bahagia, aku memperhatikan gambar-gambar yang diserahkan Alex, orang suruhan sekaligus asisten sekretarisku di kantor. Alex sejatinya sahabatku, apa saja informasi yang ingin kudapatkan maka ia selalu punya jalan untuk mendapatkannya, tak sia-sia ia ku jadikan asisten sekaligus pe

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 15

    Part 15 Calvin mengeratkan genggaman tangannya padaku lantas memberi isyarat agar aku memberikan senyuman pada perempuan yang terbilang lebih muda dengan sebutan neneknya tersebut. Aku mengikutinya kemudian mengambil tangan nenek lalu menciumnya dengan penuh hormat. “Kau memang hebat, Cal. Pilihanmu memang tepat, saat tadi kamu mengatakan bersama siapa dan mengirimkan fhoto nya padaku, rasanya senang melihat wajahnya yang cantik, sangat cantik,” pujinya berlebihan. Senyumku kecut. Aku merasa kecantikanku standar saja. Buktinya saja Adam lebih memilih bersama Alea, perempuan lebih muda dan cantik dariku. “Duduklah, nak. Ayo kita makan malam bersama,” ajaknya. Rasanya ia tak mau melepaskan tanganku. Kami mulai menikmati hidangan di atas meja. Mata nenek tak pernah lepas dariku, ia seakan bangga melihatku. “Kamu berasal dari mana?” tanyanya membuatku hampir saja tersedak. “Nenek? Kenapa harus tanyakan itu pada Viona, Nek?” Calvin protes. Nenek malah tersenyum penuh arti. “Tidak ad

  • Misteri Obat Dari Baby sitter    Part 14

    Part 14 Pov Viona“Calvin Bintang Pratama, u can call me Cal,” laki-laki yang membantuku ke luar dari penjara rumah sakit jiwa ini mengulurkan tangannya. Akhirnya ia memperkenalkan diri setelah beberapa jam bersamanya tanpa saling tahu nama masing-masing.Memang sejak beberapa jam ini bersamanya, aku ingin tahu siapa namanya. Kini ia mengenalkan dengan diri dengan rasa percaya diri yang tinggi, aku menerima uluran tangannya dan menyebutkan namaku. “Nama yang cantik, secantik orangnya,” gumamnya. Aku mendengarnya dengan jelas namun aku lebih memilih seolah-olah tak mendengar. Gengsi kalau sebentar saja sudah sumringah menerima pujiannya.“Sekarang juga kita ke butik langganan keluargaku, di sana kamu bebas memilih pakaian apa saja yang akan kamu kenakan saat kita bertemu dengan nenekku nanti malam. Eits, biar aku saja yang memilihkan pakaian untukmu,” aku menarik napas panjang. Suka-suka mu lah. Aku menurut saja.Mau tak mau saja mengikuti semua perintahnya, aku bisa apa sebab samp

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status