Part 19 Pov Viona Sandiwara yang dimainkan Calvin benar-benar membuatku terjebak, aku harus terus bersandiwara demi kesehatan neneknya. Meski sedikit menolak dengan permintaan nenek untuk membuatku dekat dengan cucu kesayangannya itu, akan tetapi jika kupikir aku menyamar menjadi calon istrinya, tentu saja kami harus bermesraan supaya tak ketahuan. Aku sih santai saja, hanya saja semakin lama di rumah ini bisa saja membuat rencanaku terhadap Adam akan berantakan. Jika nanti acara santai di taman belakang ini selesai, aku akan langsung berbicara dengan Calvin mengenai semuanya. Sebelumnya aku tidak berterus terang kejadian yang sebenarnya menimpaku, Calvin setidaknya harus tahu supaya aku mudah meminta bantuannya. Aku harus segera meminta bantuan padanya karena sampai sekarang aku tak tahu bagaimana nasib putri semata wayangku, Rafiqa. Anak cantikku itu terus membayangiku. Aku sudah terlalu banyak membantu Calvin dengan menjadi calon istrinya. Baru saja santai di belakang, tiba-t
Part 18 “Nenek? Nenek sudah bangun?” Aku langsung menghampiri dan membawa nenek ke dalam kamarnya. Aku tahu jika ia masih butuh penjelasan dariku, hanya saja aku memilih santai dan tak mau menanggapi sambil mencari alasan tepat agar ia tak curiga sama sekali. Di belakang kami, Viona mengekor. Ia juga tak banyak bicara. Mungkin ia sama bingungnya dengan aku sebab kami sama-sama syok dan saling melemparkan pandangan yang mengisyaratkan kami tak tahu harus menjawab apa. “Nenek katanya tadi ingin membawa jalan-jalan Viona? Kenapa malah ketiduran?” Pengalihan topik saat ini sangat diperlukan. Tak lama nenek memasang wajah sumringah.Lega rasanya.“Oiya, aku ingin membawanya memilih pakaian di butik langganan kita. Rasanya sudah lama kita tidak ke sana,” kata nenek. Aku sebenarnya tak mempermasalahkan nenek akan ke luar bersama Viona, hanya saja jika sampai Adam dan orang suruhannya memergoki Viona maka akan selesai semuanya dan ketahuan siapa Viona sebenarnya. Aku memilih mengamankan
Part 17 “Mau ke mana kita?” “Viona kabur,”“Hahh,”“Sudahlah, nggak usah banyak bicara. Ikut saja denganku,” ajak ku dengan cepat. Aku dan Alex memutuskan pergi ke rumah dulu memastikan apa benar Viona kabur atau kemungkinan ia diculik, bisa saja semua itu terjadi dan kami harus mencari tahu kronologi kejadiannya.Baru saja aku sampai di rumah, dua pelayan menyambut ku dengan wajah pucat dan kebingungan, “Sejak kapan Viona pergi?” tanyaku. Dua pelayan perempuan itu saling melempar pandangan satu sama lainnya. "Kami pikir Bu Viona bersiap-siap mau bepergian bersama tuan, tapi ditunggu lama nggak ada juga Bu Viona ke luar, begitu kami berdua cek di kamar, ternyata Bu Viona sudah tidak ada,”Aku dan Alex lantas memeriksa ke dalam kamar di mana semalam Viona tidur, benar saja semuanya dalam keadaan kosong hingga ke dalam kamar mandi. “Bagaimana dengan nenek? Apa dia sudah tahu?” Kedua pelayan tadi yang sejak tadi mengikuti langkah kami ke kamar, kompak menggelengkan kepala. “Nenek
Part 16Pov Calvin“Informasi yang kudapatkan tentang Viona Putri Wijaya memang dia adalah pewaris tunggal keluarga Wijaya karena dia satu-satunya anak Tuan Brata Wijaya yang meninggal dua tahun lalu akibat kecelakaan pesawat, menurut info yang ku kumpulkan bahwa kecelakaan yang dialami kedua orang tua Viona adalah sebuah rekayasa yang sudah disusun sedemikian rupa karena ada pihak yang menginginkan kematian mereka.” Siang itu aku mengobrol dengan Alex di ruangan kantorku.Aku syok mendengar keterangan dan beberapa gambar Tuan Brata Wijaya beserta istri juga Viona yang waktu itu mungkin berusia lima atau enam tahun. Ternyata benar jika Viona adalah anak tunggal Brata Wijaya. Keluarga mereka terlihat begitu bahagia, aku memperhatikan gambar-gambar yang diserahkan Alex, orang suruhan sekaligus asisten sekretarisku di kantor. Alex sejatinya sahabatku, apa saja informasi yang ingin kudapatkan maka ia selalu punya jalan untuk mendapatkannya, tak sia-sia ia ku jadikan asisten sekaligus pe
Part 15 Calvin mengeratkan genggaman tangannya padaku lantas memberi isyarat agar aku memberikan senyuman pada perempuan yang terbilang lebih muda dengan sebutan neneknya tersebut. Aku mengikutinya kemudian mengambil tangan nenek lalu menciumnya dengan penuh hormat. “Kau memang hebat, Cal. Pilihanmu memang tepat, saat tadi kamu mengatakan bersama siapa dan mengirimkan fhoto nya padaku, rasanya senang melihat wajahnya yang cantik, sangat cantik,” pujinya berlebihan. Senyumku kecut. Aku merasa kecantikanku standar saja. Buktinya saja Adam lebih memilih bersama Alea, perempuan lebih muda dan cantik dariku. “Duduklah, nak. Ayo kita makan malam bersama,” ajaknya. Rasanya ia tak mau melepaskan tanganku. Kami mulai menikmati hidangan di atas meja. Mata nenek tak pernah lepas dariku, ia seakan bangga melihatku. “Kamu berasal dari mana?” tanyanya membuatku hampir saja tersedak. “Nenek? Kenapa harus tanyakan itu pada Viona, Nek?” Calvin protes. Nenek malah tersenyum penuh arti. “Tidak ad
Part 14 Pov Viona“Calvin Bintang Pratama, u can call me Cal,” laki-laki yang membantuku ke luar dari penjara rumah sakit jiwa ini mengulurkan tangannya. Akhirnya ia memperkenalkan diri setelah beberapa jam bersamanya tanpa saling tahu nama masing-masing.Memang sejak beberapa jam ini bersamanya, aku ingin tahu siapa namanya. Kini ia mengenalkan dengan diri dengan rasa percaya diri yang tinggi, aku menerima uluran tangannya dan menyebutkan namaku. “Nama yang cantik, secantik orangnya,” gumamnya. Aku mendengarnya dengan jelas namun aku lebih memilih seolah-olah tak mendengar. Gengsi kalau sebentar saja sudah sumringah menerima pujiannya.“Sekarang juga kita ke butik langganan keluargaku, di sana kamu bebas memilih pakaian apa saja yang akan kamu kenakan saat kita bertemu dengan nenekku nanti malam. Eits, biar aku saja yang memilihkan pakaian untukmu,” aku menarik napas panjang. Suka-suka mu lah. Aku menurut saja.Mau tak mau saja mengikuti semua perintahnya, aku bisa apa sebab samp