Share

Bab 5. Syarat Dan Ketentuan

Sharon masih belum bisa mencerna dengan baik kalimat Andy barusan. Mengajarinya berbohong?

Berbohong seperti apa?

Sedangkan selama ini, Sharon merasa dia hanya berani berbohong pada kedua orangtuanya mengenai nila akademisnya, selain itu?

Dia tak berani berbohong, apalagi dia harus berbohong pada Shanon—kakak perempuannya.

“Kau memintaku mengajarimu berbohong?” tanya Sharon dengan wajah polosnya.

Andy benar-benar ingin menepuk jidat gadis di hadapannya. Sulit sekali berbicara pada Sharon.

“Ya. Jangan khawatir, selain itu aku akan membayarmu, bagaimana?”

“Wow! Berpura-pura menjadi kekasih bohongan lalu kau juga akan membayarku?”

“Ya.”

“Berapa?” tanya Sharon yang mulai tertarik dengan tawaran yang diberikan Andy padanya. Apa salahnya berbohong sebentar, menjadi kekasih Andy, dan dia pun mendapatkan bayaran. Lagi pula, pria di hadapannya ini tak jelek, kelewat tampan malah. Siapa yang bisa menolak?

“Aku akan membayarmu 150 dollar, bagaimana? Aku hanya membutuhkanmu hari ini saja.”

Setelah Sharon berpikir lagi, tak ada salahnya menjadi pacar bayaran hanya untuk beberapa jam saja, lagi pula 150 dollar tidak terlalu buruk. Laki-laki di hadapannya yang akan menjadi pacar bayarannya pun terlihat tidak memalukan untuk menjadi pacar sesaatnya.

Terbesit di otak Sharon untuk membawa Andy keluar sebentar, dan memamerkannya pada mantan yang sudah menyelingkuhinya.

“Aku juga punya syarat,” ujar Sharon tiba-tiba dengan senyum licik di bibirnya.

Andy menaikkan satu alisnya, tiba-tiba perasaannya mendadak tak enak. Gadis itu mengajukan syarat?

Dia adalah pihak pertama, dan Sharon adalah pihak kedua, bagaimana bisa pihak kedua mengajukan syarat, padahal mereka yang akan menerima bayaran nantinya. Andy juga tak akan menimbulkan kerugian pada  Sharon, lalu syarat apalagi?

“Apa syaratmu?” tanya Andy agak ragu.

“Aku juga mau membawamu ke suatu tempat begitu kau selesai dengan urusanmu. Dari 150 dollar aku potong, aku beri diskon menjadi 100 dollar, dengan syarat kau harus menemaniku juga menjadi pacar pura-puraku, ok?”

“Hm, baiklah jika itu maumu. Sekarang kau ikut aku ke ruangan nenekku!”

Andy tak banyak bicara, dia langsung menarik dengan kasar pergelangan tangan Sharon. Membuat Sharon terseok-seok mengikut laki-laki bertubuh tinggi itu. Ada desiran hangat di dalam dada Sharon. Meski baru kedua kalinya dia bertemu, tak bisa dipungkirinya wajah Andy telat membuatnya terpesona.

Andy yang bertubuh tinggi, dengan bentuk tubuh yang proporsional, bahu dan dada yang lebar, belum lagi bentuk wajahnya yang menurut Sharon; sempurna! Bagaimana mungkin Sharon bisa menolak meski hanya menjadi pacar bohongan, setidaknya Andy lebih baik untuk dipamerkan ke mantannya nanti, karena Andy memiliki banyak nilai plus di mata Sharon ketimbang Gerald—mantan kekasihnya.

Keduanya telah sampai di depan ruang perawatan Elena. Seorang perawat baru saja keluar dari dalam ruangan membawa baki berisi obat.

“Kau jangan terlalu banyak bicara, kalau tidak nenekku bisa curiga. Jawab seperlunya saja,” pesan Andy pada Sharon. Dia yakin gadis itu cukup bawel kalau dilihat dari penampilannya. Andy tak terlalu suka dengan gadis yang bawel.

Sharon mengangguk. Perlahan keduanya masuk ke dalam ruangan. Elena sedang membaca sebuah buku, kemudian dia menoleh ke arah dua orang yang sedang berpegangan tangan. Ada binar-binar kebahagiaan di wajah Elena, sepertinya Andy benar-benar mengabulkan keinginannya.

“Kau sudah balik, Andy?”

“Ehm, aku menjemput dia,” jawab Andy lalu menunjuk Sharon yang berada di sampingnya dengan telunjuk.

“Sharon?”

“Nenek Elena?”

Keduanya terkejut, ternyata Elena adalah nenek dari Andy?

Andy sendiri tak kalah terkejutnya, bagaimana mungkin kedua orang perempuan yang menurutnya menyebalkan, ternyata sudah saling mengenal?

“Sebentar, kalian berdua?” tanya Andy dengan tatapan mata yang penuh rasa ingin tahu. Bibir tipisnya bergerak hendak mengatakan sesuatu.

“Andy, kalau kau bilang calonmu adalah Sharon, tanpa kau perlu bertanya banyak, aku merestuinya,” ucap Elena penuh percaya diri. Satu tangannya memberikan isyarat pada Sharon, agar Sharon duduk di samping tempat tidurnya.

Andy merasa kepalanya sangat pening, benar-benar pening, sepertinya Elena menyukai Sharon, dan ini akan menjadi musibah besar baginya.

“Ya, dia calonku. Jadi nenek sudah mengenalnya?” jawab Andy dengan senyum pahit sepahit kopi yang belum diseduh.

“Sharon itu gadis yang baik, saat nenek menatap kedua matanya, ada perasaan yang membuat hati ini terasa hangat. Senyumannya, begitu lembut. Aku setuju dengan pilhanmu, lalu kapan kalian akan menikah?”

“Menikah?!” ujar Sharon dan Andy berbarengan. Tak pernah terpikir jika Elena akan menanyakan hal seperti itu. Bagaimana mungkin bisa menikah, sedangkan Sharon hanya pacar bohongan Andy, dan Andy tak pernah terpikir untuk menikah, baginya perempuan itu sangat menyusahkan.

“Andy, dokter bilang aku masih bisa bertahan hidup sampai satu atau dua tahun ke depan jika aku melakukan operasi pengangkatan tumor. Tapi kalau tak melakukan operasi, maka hanya bisa bertahan tiga sampai enam bulan ke depan. Nenek mau dioperasi, jika kau menikah dengan Sharon. Bagaimana, setuju?”

Oh, pusing kepala Andy dirasakan semakin menjadi.

Andy memijat pelipisnya. Andy hanya memiliki Elena—neneknya, karena kedua orangtuanya meninggal saat Andy masih berusia 10 tahun saat kecelakaan mobil yang menyebabkan kedua orangtuanya tewas di tempat.

Semenjak saat itu, Elena yang merawat Andy dengan seluruh kasih sayang yang dimilikinya. Bagaimana mungkin Andy mampu menolak keinginan wanita tua yang sangat dicintainya?

Tapi bagaimana bisa dia menikah dengan seorang gadis yang baru saja ditemuinya, tak ada perasaan apa pun. Kebohongannya benar-benar menjadi bumerang bagi dirinya!

“Nek, apa jika aku menikahi Sharon, maka kau setuju untuk dioperasi?” tanya Andy ragu.

“Tentu saja.”

Sharon yang berdiri di samping Andy mencubit pinggang Andy cukup kencang, membuat Andy membulatkan kedua matanya dan meringis, lalu dia tersenyum ke arah Sharon dengan terpaksa.

“Bagaimana, Sayang? Nenek meminta kita menikah,” ujar Andy dengan tatapan yang sangat kejam, seakan dia ingin menelan Sharon saat itu juga.

“Tidak bisa menawar, Nek?” tanya Sharon.

Elena dengan penuh keyakinan menggeleng dan tertawa kecil. Bagi Andy, hal itu adalah penyiksaan terindah yang diberikan neneknya padanya.

“Andy aku merestui kalian, tentukan tanggal pernikahannya, siapa tahu aku nanti mati di meja operasi sebelum sempat melihat kalian berdua menikah. Jadi pernikahan harus dilakukan sebelum aku dioperasi, setuju?”

Ahh!

Andy benar-benar dibuatnya mati kutu. Menikah, menikah, dan menikah!

Menentukan tanggal pernikahan?

Menikah dengan gadis urakan dan tak punya attitude seperti Sharon?

Andy melirik sinis ke arah Sharon yang sedang menggenggam tangan Elena. Entah apa yang disukai Elena pada gadis itu, sepertinya pesona Sharon benar-benar telah menyihir Elena.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status