Share

Mr. Mint And Miss Coffee
Mr. Mint And Miss Coffee
Author: Queen Ayodya

Bab 1. Menikah?

Bab 1 : Kesialan Andy!

Andy melangkahkan kedua kakinya ke sebuah restoran cepat saji, perutnya terasa sangat lapar. Kebetulan dia belum lama tiba New Hampshire, setelah beberapa tahun lamanya dia berada di London untuk meraih gelar profesor.

Elena—neneknya yang membuat Andy terpaksa harus kembali ke Amerika. Berkali-kali dengan getolnya dia terus memborbardir Andy dengan telepon-telepon, dan chat darinya melalui aplikasi WeChat.

Elena bilang pada cucu laki-laki kesayangannya, jika ada sesuatu yang harus dia katakan pada Andy, menyangkut urusan nyawa. Sebenarnya terlalu berlebihan bagi Andy begitu mendengar Elena mengatakan hal tersebut.

“Nenek, sebenarnya apa yang ingin kau katakan sehingga menyuruhku kembali ke Amerika secepatnya?” tanya Andy saat itu.

“Kau tahu, aku sedang dirawat di rumah sakit sudah dua minggu lamanya, kan? Dokter mengatakan, usiaku hanya bisa bertahan tiga bulan, Andy!” seru Elena di telepon, kemudian terdengar isak tangis dari suara parau wanita berusia 75 tahun itu.

“Lalu?”

“Kau harus kembali, kau harus segera menikah!”

“Menikah?!” seru Andy tak kalah kagetnya mendengar kalimat terakhir Elena. Bagaimana mungkin dia harus menikah! Seumur hidupnya yang dia kenal hanya buku, dan buku. Permintaan Elena benar-benar keterlaluan bagi Andy.

“Ya, kau harus menikah secepatnya, atau aku tak akan memberikan bagian harta kepadamu!” sungut Elena, kemudian menutup telepon menyisakan sesungging senyum di bibirnya.

Mau tak mau Andy menuruti kemauan perempuan tua itu untuk kembali ke Amerika. Dia harus menikah?

Lalu siapa yang harus menjadi calonnya?

Apakah harus melakukan kencan buta melalu jejaring sosial?

Atau bagaimana kalau dia memasang iklan di koran, mempromosikan dirinya?

“Mau pesan apa, Tuan?” tanya seorang pelayan. Sejak tadi Andy hanya berdiri di depan meja pemesanan, tanpa mengatakan apa pun membuat gadis pelayan di depannya mau tak mau bertanya.

“Satu cangkir espresso dibuat dengan suhu 90 sampai 96 derajat celcius, gunakan termometer untuk mengukur suhunya, aku tak mau terlalu panas, jadi pastikan keakuratannya. Lalu perhatikan tingkat kelarutan kopi harus sesuai 1.25 – 1.45 tds, jangan sampai salah!”

Kedua mata pelayan itu hanya membelalak kaget, dia tak menyangka lelaki yang terlihat sangat tampan dengan balutan jas mahal di depannya itu ternyata seorang pelanggan yang sangat menyebalkan!

“Ada lagi, Tuan?”

“Jangan lupa sebelum kalian membuat kopi untukku, aku mau kalian membersihkan alat-alat itu terlebih dahulu, karena—“

“Hai, permisi, aku mau memesan secangkir espresso!” seru seorang gadis yang tiba-tiba langsung menuju ke meja pemesanan tanpa mengantri lebih dulu. Membuat Andy menekuk wajahnya dan mencebik!

Gadis itu cukup cantik, tubuhnya tak terlalu pendek, kurus, rambut lurusnya yang berwarna merah tembaga, membuat penampilan sangat sempurna di mata pria manapun. Senyumannya juga lumayan, membuat barista yang berada di belakang gadis pelayan itu tersenyuum malu-malu.

“Kau tak bisa mengantri?” tanya Andy pada gadis yang berada di depannya.

“Mengantri? Aku harus masuk kelas beberapa menit lagi, jadi maaf saja kalau aku menyerobot. Kau keberatan?” tanya gadis itu dengan nada santai, dan wajah tanpa dosa. Membuat Andy mendengus kesal.

Andy menarik napas panjang dan mengembuskannya perlahan.

Bukan hanya gadis itu saja yang memiliki urusan di dunia ini, kenapa dia harus menyerobot tanpa aturan?

Barista itu juga dengan kurang ajarnya mendahulukan pesanan gadis itu, membuat Andy ingin membalikkan seisi kota saat itu. Kenapa hari ini terasa sangat menjengkelkan baginya?

“Katamu kau tak lama, tapi kau memesan kopi sudah hampir lima belas menit, Nona,” ucap Andy datar. Gadis itu tertawa, dengan santainya dia bercakap-cakap dengan barista seakan lupa kalau Andy pun sedang menunggun kopi miliknya untuk dibuat.

“Ini kopi espresso milikmu,” ujar barista sembari memberikan segelas kopi pada gadis cantik tak tahu aturan.

Dia menerimanya, kemudian buru-buru berbalik, tanpa sengaja dia tersandung kaki panjang milik Andy, membuatnya berputar dengan segelas espresso yang isinya agak keluar dari bibir gelas. Gadis itu berusaha menahan keseimbangan, tapi gagal.

Satu gelas espresso menyiram wajah Andy, dan membasahi jas yang dikenakannya.

Sial!

“Ma-maaf,” ucap gadis itu.

“Kurasa cukup hari ini aku bertemu dengan gadis sepertimu. Jika sampai aku harus bertemu untuk kedua kalinya, kupastikan saat itu juga akan terjadi kiamat!” maki Andy dengan intonasi suara penuh penekanan, benar-benar jengkel dibuatnya.

“Kau pergi dari hadapanku, dan kau barista, sebaiknya kau belajar bagaimana caranya menyervis seorang pelanggan dengan baik!”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status