Share

ENDING (EXTRA PART)

Author: Kennie Re
last update Last Updated: 2023-08-28 08:19:13

Beberapa tahun kemudian ...

“Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima.

Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?”

“Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max.

“Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mereka.

Hari ini keduanya akan memasuki dunia perkuliahan. Hari pertama, pasti akan jadi hari yang melelahkan. Karenanya, Ivory menyiapkan makanan bergizi dan bekal untuk mereka.

“Kami berangkat, Bu,” Isaac meraih kunci dan menuju ke arah Ivory dan Max di kamar mereka. “Apakah Ayah tidak bekerja?”

Max menggeleng. “Hari ini aku akan mengantar kalian. Aku ingin tahu seperti apa putra-putriku ini menjalani hari pertama perkuliahan.”

“Oh, please, Ayah. Kami akan baik-baik saja. Aku janji akan menjaga Macky dengan baik.”

“Jangan pangil aku Macky! Itu menjijikkan!” Mackenzie menoleh pada sang ayah dan ibu, memasang wajah muram lantas menunggu kecupan dari keduanya. Ivory dan Max secara bergantian memberikan kecupan di kening Mackenzie. Ivory menangkupkan kedua tangan di wajah Mackenzie dan memandangi putrinya cantiknya yang sesekali membenarkan kaca mata yang menggantung di pangkal hidungnya.

“Putriku yang cantik. Kau mengingatkanku pada Bibi Elle yang cantik dan menyukai science hingga bisa menciptakan berbagai ramuan hebat. Sama sepertimu,” puji Ivory pada anak gadisnya yang sangat menyukai ilmu-ilmu science.

“Bibi Elle lebih hebat karena ia adalah seorang elder, Bu. Apakah kita akan ke tempat kakek dan nenek? Apakah akan mengunjungi Bibi Elle?”

“Nanti, setelah kalian pulang kuliah, oke? Sekarang pergilah.”

“Ayo, Macky! Ayah sudah tak sabar melihat anak gadisnya memakai jas ilmuwan! Cepatlah!”

Mackenzie memutar bola mata menanggapi panggilan Isaac yang sering kali iseng terhadapnya. Hal itu membuat Ivory tersenyum bangga dan bahagia menyaksikan putra-putrinya tumbuh menjadi remaja yang luar biasa. Ia mengusap lengan Mackenzie sebelum putrinya itu akhirnya pergi dari hadapannya.

Ivory mendesah lemah, kemudian membuka laci nakasnya dan menemukan foto seorang balita cantik dengan rambut berwarna perak dan bola mata sewarna tembaga, tengah tertawa riang memeluk sebuah boneka duyung. Ia membalik foto tersebut dan kembali membaca tulisan yang ada di sana.

‘Aku sengaja mengirimkan ini, untuk mengobati kerinduanmu pada Lyra. Ia berusia lima tahun ini. Ia baik-baik saja dan sangat bahagia. Jika nasib masih berpihak padamu, maka kalian bisa saja bertemu. Jangan membenciku karena membawanya kabur, aku hanya ingin menyelamatkannya. Hanya ia bagian dirimu yang bisa kumiliki, begitu pun sebaliknya. Berbahagialah, Ivy.’

Bulir bening meluncur di pipi Ivory kala membaca kembali tulisan itu. Ia sudah membacanya berulang kali, tetapi rasanya ingin melakukannya berulang kali.

“Lyra ... aku merindukanmu, sayang.”

***

“Minggir kau, nerd!” ejek beberapa perempuan yang mendorong Mackenzie hingga ia terhuyung dan nyaris jatuh. Sepasang lengan menyangga tubuhnya dan membuatnya kembali berdiri tegak. Semula Mackenzie mengira bahwa seorang lelakilah yang telah menolongnya. Namun, ketika ia menoleh, seorang gadis seusianya dengan rambut perak tersenyum padanya.

“Apakah kau baik-baik saja? Kemarilah, duduk denganku. Jangan menoleh pada mereka. Mereka hanya berusaha mencari perhatian dari seorang gadis cantik sepertimu,” ujar gadis di sampingnya. Rambutnya yang keperakan terurai panjang bergelombang, mengingatkan Mackenzie pada seseorang yang tampak tak asing yang ada di alam bawah sadarnya.

Mackenzie duduk di samping gadis itu dan mengeluarkan peralatan menulis. Mereka belum menerima pelajaran sesuai jurusan perkuliahan yang mereka pilih. Karena hari ini adalah hari pertama mereka, maka semua mahasiswa baru harus menjalani masa orientasi selama beberapa hari.

Mackenzie kembali menoleh pada gadis yang ada di sampingnya, membenarkan kaca mata agar bisa menilik wajah dan ciri fisik gadis itu dengan baik. Gadis itu menyadari Mackenzie memerhatikannya, ia hanya menoleh kemudian membalas senyum Mackenzie.

Setelah menerima beberapa hal penting mengenai universitas tempat mereka menerima pendidikan, Mackenzie berlari menuju ke kantin di mana Isaac telah menunggunya untuk menikmati makan siang bersama.

“Ini, makanlah yang banyak agar kau kuat ketika mereka membully-mu lagi,” ujar Isaac yang membuka kotak makan berisi salad ayam dan kotak lain berisi macam-macam kudapan. “Ibu memasak seluruh isi dunia dan membawakannya untuk bekal kita. Habiskanlah.”

Mackenzie memberengut, tetapi ia sendokkan juga makanan itu. Ia kemudian mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas dan mulai membacanya. Ia mendekat pada Isaac dan membisikkan sesuatu. “Isaac, apakah kau percaya adanya vampir?”

Isaac mendengkus. “Konyol sekali pertanyaanmu. Sekarang aku juga akan bertanya padamu. Apakah kau percaya pada manusia serigala?”

Mackenzie meninju lengan saudara kembarnya dan melanjutkan ritual makan sembari membaca buku. Namun, konsentrasinya buyar saat ia merasakan kehadiran seseorang dari kejauhan, mendekat ke arah di mana mereka berada.

“Hey, kita bertemu lagi. Boleh aku bergabung dengan kalian?” tanya gadis yang menyelamatkan Mackenzie saat di dalam aula. Mackenzie mengangguk, sementara Isaac memerhatikan gadis itu dengan saksama. Tatapannya tak beralih dari gadis yang terlalu memesona itu.

Gadis itu terbelalak memerhatikan Isaac dan Mackenzie secara bergantian. “Kalian sangat mirip. Apakah kalian saudara kembar?” Ia lalu mengulurkan tangan sembari tersenyum. “Perkenalkan, aku Lyra Agony. Siapa nama kalian?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   ENDING (EXTRA PART)

    Beberapa tahun kemudian ... “Apakah kau percaya itu, Max? Kau lihatlah putra-putri kita. Mereka kini berusia delapan belas tahun dan—oh! Apakah kau dulu juga mengalami ini? Usia berapa kau berubah menjadi dewasa?” tanya Ivory saat sadar bahwa si kembar, Isaac dan Mackenzie telah berubah menjadi berusia delapan belas tahun di usia mereka yang kelima. Max tertawa mendengar komentar polos Ivory. Ia lantas meraih wanita itu dalam dekapannya dan mengecup bibirnya sekilas. “Di usia tiga tahun aku berubah menjadi delapan belas tahun dan menjalani pelatihan dari kakek Jeremiah untuk menerima jabatan darinya sebagai seorang alpha Alsenic pack. Apakah kau tidak mengalami itu?” “Apakah aku kelihatan seperti manusia ajaib seperti kalian?” tanya Ivory yang dijawab gelak tawa oleh Max. “Baiklah, artinya usia kita terpaut sangat jauh. Kau seharusnya lebih tua dibanding diriku. Benar begitu, kan?” Ivory mengangguk, kemudian menoleh lagi pada Isaac dan Mackenzie yang telah menghabiskan sarapan mere

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   130.

    Seth tersungkur tanpa daya di atas tanah, pandangan mata sayunya pandangi langit malam di mana bulan purnama tengah benderang menyinari dunia. Seth bisa mendengar lolongan serigala yang memuja Amethyst. Sebagai tanda syukur kemenangan mereka. Hawa panas menggelegak. Keheningan mencekam ini, Seth mati rasa, tidak bisa merasakan tubuhnya lagi. ‘Dad. Katakan padaku. Kalau aku adalah seorang putra dan keturunanmu yang baik.’ Wajah sang ayah yang tersenyum manis berkelebatan di benak Seth saat mendiang menyerunya penuh kasih sayang. Seth masih ingat kenangan itu dengan jelas. Linea berlarian menerjang kubangan-kubangan api yang meratakan tanah, sembari menahan rasa sakit di perutnya yang terasa sangat mengejang, demi apa pun. Melihat Seth menghadapi kematian, membuatnya Linea terseok-seok. Dia menyambar tubuh Seth yang tidak berdaya; merenggang nyawa. “Seth, astaga. Aku mohon, jangan tinggalkan aku. Bagaimana dengan anak-anakku. Dia membutuhkanmu. Jangan pergi, Seth. Kau harus melihat

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   129.

    TAANG!!! Anak panahnya meleset ke arah lain ketika Seth mematahkannya dengan sambaran petir. Terlepas dari tepat sasaran atau tidaknya, Ronan tak peduli. “Lihat aku di sini, Rogue tolol!” ejek Ronan tersenyum miring, dia sengaja benar memancing emosi Seth yang mudah sekali tersulut. “Dasar bodoh! Siapa pun tidak ada yang dapat mengalahkan aku!” amuk Seth terus luncurkan semua serangannya secara brutal. “Kau, Omega tidak berguna! Jangan halangi aku!” DUARR!!! Ronan berlari menghindar ketika serangkaian ledakan api meletus hebat di belakangnya. Melompat dengan langkah kaki panjang, bergerak gesit, cekatan serta lincah. Bermanuver—tak sulit menghindari serangan Seth yang lambat-laun mulai melambat. “Ada apa denganmu? Mengapa kau lamban sekali? Kau bahkan tidak bisa menggoresku sedikit saja!” Ronan terpingkal geli. Sekali lagi, dia melesatkan dua pasang anak panah. “DIAM KAU! Percuma! Serangan panahmu ini tidak akan bisa melumpuhkan aku!” DUARR!!! Ronan melompat tinggi di atas ud

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   128.

    Markus tanpa pikir panjang kembali, menyelamatkan karibnya. Dia menerobos semua ledakan-ledakan petir yang meletus di kanan-kirinya, berlari cepat demi menyelamatkan Alegria yang kepayahan akibat pendarahan. Markus bergegas menyambar Alegria yang terkapar, melompat cepat—menghindari sambaran petir lainnya yang tiada hentinya berdatangan.“Mengapa kau kembali? Bagaimana dengan pasukanmu?” tanya Alegria lemah dan merasa bersalah. Dia diserang oleh gelombang batuk darah.“Masih tanya juga! Tentu saja menyelamatkanmu! Mustahil, meninggalkanmu mati di sana! Pasukanku yang tersisa mereka berhasil ke tempat aman. Rogue itu memang keparat! Bagaimana bisa dia memiliki kekuatan sihir mengerikan seperti ini!?”Markus, Alegria, Marion, William dan semua pasukan yang tersisa berhasil mencapai zona perimeter aman yang sebelumnya telah disiapkan oleh mereka. Menjauhi medan pertempuran yang mustahil mereka hadapi. Mereka mengubah diri ke wujud manusia.

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   127.

    “Menyerahlah saja kau, Seth! Tidak ada jalan keluar atau lari! Sebelum kami semua benar-benar membunuhmu!” kecam Mirielle bersungguh-sungguh dengan ucapannya. “Kau sudah terkepung! Kau harus membayar seluruh kejahatanmu di hadapan Dewi Amethyst!”BZZT!“Kau pikir siapa dirimu?! Karena kau Elder pilihan yang menjembatani Dewi Bulan, kau pikir bisa berbuat segalanya?”Mirielle mencibir setengah meradang. “Tidakkah kau pikirkan semua korban yang telah kau hancurkan hidupnya? Pack yang tidak bersalah atau berdosa! Tidakkah kau memikirkan anak-anak yang kehilangan keluarga mereka? Aku tak paham mengapa kau memilih jalan beracun seperti ini?!”CLASSH!BLARR!“Tidak usah sok memahamiku, Mirielle! Aku tak peduli apa pun! Selama tujuanku tercapai, dendam kematian leluhurku terbalaskan, dan semua kelompok Pack yang kalian agung-agungkan itu hancur selamanya! Justru aku senang menghancurkan kalian semua hingga tidak ada yang ter

  • Mr. Wolfy and His Siren Mate (INDONESIA)   126.

    Mirielle merintih putus asa. “Max! Jawab aku! Mom! Dad! Ronan, please! Anybody hear me?!”“Elle?! Kau di mana?! Kau baik-baik saja?! Bertahanlah, Elle! Aku bersama pasukan The Cardinal, anggota Pack dan keluarga! Sebentar lagi, sampai! Kau tidak terluka ‘kan? Kami semua cemas sebab tak mendengar kabar apa pun darimu.” Max menjawab dari mind-link. “Katakan kalau kau bersama Lyra sekarang?”Helaan napas lega terdengar dari hidung bangir Mirielle. “Aku tidak bersama Lyra, Max. Aku gagal mendapatkannya. Ini semua karena kekuatan sihirku yang belum pulih sepenuhnya! Seth dan Linea memiliki mantra dinding sihir kuat. Padahal, aku nyaris berhasil. Aku mengacau! Aku baik-baik saja! Max, ada situasi genting! Sebelum kau menyaksikannya secara langsung. Aku ingin kau dengarkan ucapanku dulu.”“Tunggu sebentar, Elle! Aku mengendus bau Ivy dekat sini?! Apa itu jeritan istriku?! SEDANG APA DIA? MENGAPA IVY BISA BERSAMA DENGAN SETH?!!”Sensasi berdenyut

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status