Share

Hari pertama kerja

Terlihat wajah sumringan Rania ketika keluar dari ruangan Tuan Raka.

“Akhirnya aku bisa dapat pekerjaan. Terima kasih Tuhan!” ucap Rania. Gadis ini terlihat sangat bahagia karena baru saja mendapat pekerjaan baru. Walaupun hanya sebagai OB, namun Rania sangat mengharapkan pekerjaan ini.

Baru beberapa meter berjalan kaki, tiba-tiba ada seseorang menepuk pundak Rania, ia tak lain adalah Galang.

“Hei. Aku perhatikan kamu senyam-senyum sendiri sejak tadi. Ada kejadian apa barusan?Aku penasaran ingin dengar cerita kamu?” tanya Galih. Pria ini tersenyum ramah pada Rania.

Tentu saja Rania kaget karena di tanyakan hal seperti itu oleh adik sang Direktur.

“Eh, Pak Galih. Aku sampai kaget!Nggak ada kejadian yang aneh, Pak. Hanya saja, aku sangat senang karena bisa di terima kerja oleh perusahaan sebesar ini,” Jawab Rania. Gadis ini menjawab apa adanya dan sesuai dengan suasana hatinya sekarang.

“ Selamat, atas keberhasilanmu!Aku fikir kamu akan menyerah karena mendapatkan seorang direktur yang agak sedikit arogan seperti itu,” Jelas Galih sambil tersenyum manis.

Rania hanya membalas senyum dari Pak Galih. Ia tak ingin berkomentar lebih tentang sang Direktur yang angkuh itu. Setidaknya, kata-kata Galih telah mewakili kata hatinya. Rupanya Galih seakan mengerti dengan kemauan Rania sekarang. Tak tahu kenapa, gadis ini sangat senang jika mendengar Galih membelanya dari sang Direktur galak.

“Kamu yang betah kerja disini yah. Jangan dengerin dan ambil hati kalau kakak-ku ngomel-ngomel. Dia memang udah kayak gitu dari sononya. Sikapnya yang cuek dan pemarah itu, suka bikin orang lain kesal dan kurang nyaman. Walaupun begitu, ia sebenarnya orang yang baik,” Jelas Galih. Ia sengaja memberitahukan pada Rania tentang sikap dari sang Direktur, agar kedepan-nya Rania tak cepat menyerah dengan sikap saudaranya.

“Iya, Pak. Bapak tenang aja, aku bukanlah orang yang gampang menyerah dengan sebuah kesulitan. Aku juga bisa memahami dengan sikap sang Direktur yang agak aneh. Aku yakin, bisa mengatasi-nya!” jawab Rania. Gadis ini menjawab dengan penuh rasa percaya diri. Seakan-akan sikap direktur itu bukanlah masalah besar bagi-nya. 

Mendengar ucapan Rania, membuat Galih kagum dengan sikap dan rasa percaya diri yang tinggi pada gadis itu.

“Wah, aku fikir kamu adalah gadis yang lemah!Tapi ternyata aku salah. Sekarang, aku bisa lega. Kakak-ku tidak akan mudah menindas gadis sepertimu,” puji Galih. Pria ini terkekeh karena sekarang kakak-nya akan menemukan seseorang yang tak mudah menyerah seperti Rania. Galih bisa merasakan dari sikap dan sorot mata gadis itu.

Rania salah tingkah karena belum bekerja tapi sudah mendapatkan pujian dari Pak Galih.

“Pak Galih bisa aja. Kalau begitu, aku permisi mau melanjutkan aktivitas!” pamit Rania.

“Apa kamu sudah tahu dimana mengambil seragam kerja?Nggak mungkin kamu mau kenakan pakaian itu untuk bekerja, kan?” tanya Galih. 

Sambil menggelengkan kepala, Rania pun menjawab pertanyaan Galih.

“Aku nggak tahu dimana tempatnya, Pak,” jawabnya polos.

Sambil menarik tangan gadis itu,lalu Galih mengajaknya untuk mengambil baju kerja.

“Ayo!Aku akan menunjukan tempatnya,” ajak Galih.

Rania pun merasa tak nyaman karena tangan-nya kini berada di genggaman Galih. Gadis ini tak enak hati pada pegawai yang lain. Apalagi ia baru saja masuk kerja dan sudah di perlakukan seperti itu oleh Pak Galih. Tentu, pegawai yang lain akan merasa iri jika melihat pemandangan seperti itu.

 “Mengapa sikapnya berbeda jauh dari sang Direktur angkuh itu?” batin Rania bertanya-tanya. Gadis ini seakan membandingkan karakter kakak-beradik ini.

“Hei. Kok, bengong aja. Ayo!” ajak Galih. Pria ini tersenyum manis pada Rania.

Rania pun tersadar dari lamunan-nya. 

“I...iya, maaf pak,” Jawab Rania. Gadis ini langsung mengikuti langkah kaki Galih.

Semua mata memandang ke arah mereka berdua. Galih yang seakan tak ingin melepaskan genggaman-nya pada gadis itu, pria ini seakan tak perduli dengan pandangan orang terhadapnya dan juga Rania.

Sambil berjalan, Rania memandangi diam-diam wajah Galih.

“Pak Galih terlihat sangat hangat dan bersahabat. Tak seperti kakak-nya yang arogan itu.” Batin Rania lagi-lagi mengutuk sang Direktur.

Tak lama kemudian, merekapun sampai di tujuan.

“Ini tempat-nya. Ayo masuk ke dalam!Aku akan memperkenalkanmu pada kepala OB disini. Dia nanti yang akan memberikanmu seragam seperti yang lain-nya.” Jelas Galih.

Merekapun langsung masuk ke dalam ruangan itu. Tampak Buk Tuti dan yang lain-nya telah berada di ruangan untuk siap-siap bekerja.

“Selamat pagi semua.” Sapa Galih ramah.

Semua orang yang ada di dalam ruangan itu tiba-tiba saja kaget. Tak seperti biasanya Pak Galih datang tiba-tiba seperti itu. Biasanya ada pemberitahuan terlebih dahulu sebelum berkunjung.

Mereka pun langsung berkumpul dan memberi hormat pada Galih.

“Selamat pagi juga, Pak Galih.” Jawab semua. 

Semua-nya seakan gugup dengan kedatangan tiba-tiba Pak Galih. 

“Kalian semua nggak usah terlihat tegang seperti itu. Aku datang kesini hanya untuk memperkenalkan kalian dengan rekan kerja kita yang baru. Aku harap kalian bisa bekerja sama dengan baik!” jelas Galih.

Mereka merasa heran dan penasaran dengan hubungan Galih dan pegawai baru itu. Tak pernah Pak Galih turun tangan langsung dalam mengantar karyawan baru ke dalam ruangan-nya. Tentu pemandangan seperti itu membuat beberapa orang curiga dan bertanya-tanya tentang hubungan kedua-nya.

“Ayo Rania, perkenalkan dirimu!” ucap Galih.

Rania menarik nafas panjang dan mulai mengenalkan diri.

“Selamat pagi, semuanya. Perkenalkan, namaku Rania. Aku adalah OB baru disini. Aku harap kalian mau menerimaku bergabung disini. Mari bekerja-sama dengan baik!Mohon bimbingan-nya!”jelas Rania.

“Mulai sekarang, Rania akan bekerja dengan kalian. Perlakukanlah dia dengan baik!Buk Tuti, tolong tunjuk-kan dan ajari dia apa saja yang harus di kerjakan-nya di dalam perusahaan ini!” ucap Galih penuh harap.

“Iya, Pak Galih. Selamat bergabung di tim ini!Semoga kita bisa bekerja-sama dengan baik dan kamu juga betah disini,” Ucap Buk Tuti seraya sambil mengulurkan tangan.

Buk Tuti merupakan kepala OB di perusahaan. Ia yang mengatur semua kebersihan yang ada dalam kantor ini. 

“Terima kasih, Buk. Mohon bimbingannya!” Rania memberi salam.

“Sama-sama, Nak Rania. Sekarang, kamu cepat ganti baju karena kita akan segera bertempur hari ini!” jelas Buk Tuti sambil terkekeh.

Rupanya Buk Tuti menerima dengan ramah atas kedatangan Rania. Wanita paruh baya ini, memang terkenal dengan jiwa humorisnya. Walaupun demikian, Buk Tuti memiliki sikap tegas dan disiplin dengan para bawahan-nya. Ia menyukai orang yang tipe pekerja keras serta disiplin terhadap pekerjaan dan juga waktu, itulah Buk Tuti.

“Sekarang, bergabunglah dengan mereka!Aku pergi dulu melanjutkan pekerjaan. Selamat bekerja!” pamit Galih. Ia pun segera berlalu dari ruangan itu.

Rania dengan cepatnya langsung pergi ke ruangan ganti tanpa basa-basi. Ia tak ingin membuat kesan buruk di awal pertama kerja.

“Aku permisi ganti baju dulu!”pamit Rania.

“Cepatlah kembali dalam waktu 1 menit!” Buk Tuti dengan nada tegasnya.

Rania langsung bergegas ke ruangan ganti. Ia tak ingin berlama-lama dan membuat kepala OB itu marah.

Tak cukup satu menit dalam mengganti pakaian, gadis ini langsung kembali berkumpul dengan teman-teman yang lain. Ada beberapa orang yang menatap-nya sinis dan ada juga yang terlihat ramah terhadap-nya.

Salah satu OB disitu menghampiri dan menyapa Rania.

“ Hai. Kenalin, namaku Valen,” gadis itu mengulurkan tangan dan tersenyum ramah.

Dengan senang hati, Rania membalas uluran tangan Valen.

“Aku Rania, salam kenal juga,”Jawabnya. Ia pun membalas dengan ramah uluran tangan valen.

“Yang betah kerja disini, ya. Selamat datang di tempat kerja baru!” ucap Valen. Ia terlihat sangat menyambut dengan kedatangan Rania.

“Terima kasih, Valen,” Jawab Rania tersenyum tipis.

Setelah semuanya berkumpul, Buk Tuti langsung memberikan aba-aba dengan tugas mereka hari ini. Ob yang.ada di perusahaan itu terbagi menjadi sepuluh bagian. Masih banyak lagi teman OB yang lain, namun mereka di kelompok yang berbeda. Rania kini berada di dalam pengawasan Buk Tuti.

Di perusahaan sebesar itu, tentu mereka membutuhkan banyak OB disitu.Apalagi direktur mereka terkenal sangat pembersih. Ia tak ingin kantor-nya terlihat kotor dan berdebu. Makanya, ia di juluki si Tuan perfect. Ia tak ingin terlihat memiliki sedikit cela dalam penampilan-nya pada orang lain.

“ Aku akan membagi kalian menjadi lima kelompok. Kelompok satu, dua dan tiga, kalian membersihkan semua ruangan bagian atas!Jangan biarkan sedikit debu berserakan di lantai ataupun di dalam bagian setiap ruangan kantor. Pak Raka tak akan senang jika melihat sedikit debu saja. Aku harap kalian semua teliti dalam bekerja!” Buk Tuti mengarahkan.

“Siap Buk,” Seru mereka.

“Untuk kelompok empat dan lima, kalian bersihkan ruangan bawah yang ada di lantai dua. Bersihkan setiap ruangan dengan teliti. Kalian harus terbiasa mendisiplinkan diri sendiri dan pekerjaan. Sekarang, bubar dan mulai kerjakan tugas kalian masing-masing,” Tambah Buk Tuti.

Akhirnya semua bubar dan mengambil tugas masing-masing.

Terkecuali Rania, ia dipanggil Buk Tuti karena masih pemula disitu. Ia di bimbing dan di ajarkan bagaimana cara mengerjakan tugasnya disitu.

“Kamu kesini!” panggil Buk Tuti.

Dengan cepat, Raniapun segera bergegas menemui Buk Tuti. Gadis ini benar-benar terlihat ingin mempelajari dengan benar untuk keseluruhan tugasnya disitu.

“Iya, Buk. Apa saja yang harus ku kerjakan di dalam perusahaan sebesar ini?” tanya Rania serius.

“Pertanyaan yang bagus, Nak. Ayo ikut!Aku akan menunjukkan dimana tempat kerjamu dan apa saja yang harus di lakukan oleh pegawai baru disini,” Ajak Buk Tuti.

Ia pun mengikuti langkah wanita paruh baya itu dan sambil mendengarkan dengan jelas dan teliti setiap bagian penjelasan dari Buk Tuti. Rania tak ingin banyak bertanya dengan hal-hal yang tak seharusnya ia pertanyakan. Begitulah Rania menjaga sikapnya di awal pertama masuk kerja.

Buk Tuti menjelaskan sambil memberi contoh pada Rania. Ia menginginkan proses pelatihan ini tak memakan waktu yang lama dan harus di ulang-ulang. Buk Tuti adalah orang yang sangat menghargai waktu, makanya Rania mendengarkan dengan hati-hati setiap detail penjelasan dari Buk Tuti.

“Apa kamu sudah mengerti dengan semua tugasmu?” tanya Buk Tuti.

“Ingat Buk,” Jawab Rania tegas.

“Bagus!Aku sangat menyukai orang yang cepat tanggap dengan apa yang di sampaikan!Aku tak ingin mengulangi penjelasanku tadi. Jika seseorang berniat kerja, maka dia harus mengerti dengan setiap tugasnya tanpa harus disebutkan berulang kali,” Jelas Buk Tuti. Wanita paruh baya ini sedikit memberikan nasehat dan motivasi untuk Rania.

Apapun pekerjaan itu, kita harus mencintai dan mengingat setiap detail bagian dari tugas itu. Terlebih lagi harus bisa mendisiplinkan diri dan menghargai waktu.

“Jadi, aku sudah boleh bergabung dengan para pekerja lain-nya, Buk?” tanya Rania. Gadis ini terlihat sangat bersemangat dalam melakukan tugasnya.

“Untuk hari ini, kamu harus di training dulu. Aku ingin melihat hasil pekerjaanmu, sebelum kamu bergabung dengan yang lainnya,” jawab Buk Tuti yang terkesan memberi tantangan.

“Baik, Buk. Aku akan bekerja dengan giat. Mohon bimbingan-nya!” ucap Rania tenang.

Ia pun langsung memulai aktivitasnya dalam perusahaan itu. Rania mengerjakan dengan sungguh-sungguh setiap perintah yang di berikan oleh Buk Tuti. Secara diam-diam, Buk Tuti mengawasi pekerjaan Rania. Wanita paruh baya ini, ingin melihat bagaimana Rania bekerja tanpa di awasi olehnya. 

Walaupun Buk Tuti tak berada di dekat untuk mengawasinya, namun Rania tetap tekun dengan pekerjaannya. Ia tak mengambil sedikitpun kesempatan selama tak ada Buk Tuti disitu. Ia benar-benar melakukan semua yang diperintahkan oleh kepala OB-nya.

“Benar-benar gadis yang rajin dan jujur!Ia tak mengambil waktu sedikitpun selama aku tak mengawasi-nya. Gadis itu berbeda dari yang lain-nya. Ia benar sungguh-sungguh dalam melakukan pekerjaan-nya,”Buk Tuti tersenyum sambil memuji Rania.

Rania masih menikmati pekerjaan-nya. Ia terlihat serius dalam membersihkan setiap bagian ruangan. 

Tiba-tiba Buk Tuti datang dan menyapa.

“Apa kamu sudah selesai?” tanya Buk Tuti. Ia pura-pura tak melihat dengan pekerjaan Rania.

“Hampir selesai, Buk. Butuh tiga puluh menit lagi untuk membersihkan ruangan ini,” Jawab Rania.

“Baiklah. Kamu bersihkan ruangan ini dengan benar. Aku akan kembali lagi dalam waktu tiga puluh menit.” Jelas Buk Tuti. Iapun berlalu dari hadapan Rania. 

Buk Tuti sengaja tak memberitahu untuk memeriksa hasil pekerjaannya hari ini. Ia hanya ingin melihat sampai dimana kesungguhan Rania dalam melakukan tugasnya.

Anak tunggal dari Pak Marcel dan Buk Aulia ini,memang tak pernah melakukan pekerjaan berat di rumahnya. Ia di kelilingi banyak pembantu di rumah. Walaupun demikian, Rania tak ingin manja dan bermalas diri. Ia tak ingin diperlakukan istimewa dan layaknya seorang puteri di dalam istana megahnya. Rania ingin melakukan-nya sendiri, terkadang ia bertentangan dengan orang tua karena sikapnya itu. Namun itulah Rania, ia memiliki tujuan dan pemikirannya sendiri.

Setelah menyelesaikan tugasnya, kini Rania mengecek sendiri hasil kerjanya hari ini.

“Apa sudah terlihat bersih ruangan ini?” Rania bertanya-tanya sambil melihat setiap bagian sudut kantor itu.

Tak lupa juga ia mengecek debu di setiap ruangan itu. Rupanya aktivitas Rania sedari tadi tak luput dari pandangan Buk Tuti selaku kepala OB disitu.

“Benar-benar gadis yang rajin dan pandai mendisiplikan waktu!” puji Buk Tuti dari kejauhan.

Setelah melihat Rania selesaimengecek setiap bagian ruangan, Buk Tuti akhirnya muncul juga dengan wajah datar seperti biasanya.

“Bagaimana dengan pekerjaanmu?Apa sudah selesai?” tanya Buk Tuti.

“Iya, Buk.” Jawab Rania. Gadis ini tak menjelaskan apa yang di lakukannya tadi. 

Rania hanya khawatir jika pekerjaannya berantakan dan tak sesuai harapan dari Buk Tuti.

“Ia tak menjelaskan padaku tentang kejadian tadi. Gadis ini benar-benar murni melaksanakan tugas tanpa harus mengharap pujian.” Batin Buk Tuti. 

Wanita paruh baya ini semakin kagum dengan kepribadian Rania, walaupun ia baru bertemu beberapa jam yang lalu. 

Rupanya pekerjaan Rania cukup memuaskan. Buk Tuti telah mengamati dengan seksama sejak tadi. 

“Maafkan aku jika pekerjaanku kurang memuaskan!Aku akan memperbaikinya di kemudian hari.” Rania merendah.

Buk Tuti tak menjawab ucapan dari gadis itu. Ia sengaja tak memuji pekerjaan Rania, agar gadis itu tak mudah puas dengan hasil yang di capainya.

“Kamu boleh istirahat sekarang!Tugas kita masih banyak dan waktu masih panjang.” Jelas Buk Tuti.

“Terima kasih, Buk.” Jawab Rania. Gadis ini sambil menarik nafas.

Iapun mengikuti langkah kaki Buk Tuti untuk bergabung dengan yang lain-nya. Tampak rekan kerjanya yang lain telah istirahat makan siang.

“Sekarang, kamu bergabung dengan mereka!Gunakan waktu istirahatmu sebaik mungkin. Direktur kita tak akan bisa mentolerir waktu jika sudah waktunya bekerja. Silahkan makan dan istirahat!” perintah Buk Tuti.

Raniapun akhirnya bergabung dengan teman yang lain-nya. Tiba-tiba Valen menyapa.

“Hai Rania. Bagaimana dengan pekerjaanmu tadi?Apa berjalan dengan lancar?” tanya Valen ramah.

“Iya, semuanya baik dan berjalan lancar.” Jawab Rania tersenyum.

“Baguslah kalau gitu. Aku kira kamu akan menyerah dengan pekerjaan ini.” Tambah Valen.

“Mudah-mudahan aku bisa bertahan dan mencintai pekerjaan ini.” Jawab Rania.

“Kamu udah pernah bertemu dengan direktur kita?” tanya Valen.

“Hmmmm....sudah.” Jawab Rania singkat.

“Apa kamu nggak lagi bercanda?” tanya Valen seakan tak percaya.

“Iya, benar. Aku nggak bercanda, len.” Tambah Rania.

“Kamu ketemu dimana dengan sang direktur kita?” tanya Valen. Ia masih terlihat sangat penasaran dengan penjelasan Rania.

“Kenapa Valen tertarik sekali membahas sang direktur yang arogan itu?Apa sih yang menarik dari pria itu?Tatapannya saja membuat orang lain tak betah berlama-lama disisi-nya.” Batin Rania.

“Kok bengong sih, Ran?Jawab dong!Aku penasaran dengan direktur tampan itu. Seandainya saja dia bisa jadi pacarku, maka aku akan jadi wanita paling beruntung dan bahagia di dunia ini.” Tambah Valen sambil terkekeh.

Langsung saja Rania menjelaskan sikap sang direktur pada saat mereka pertama kali bertemu.

“Nggak ada yang menarik dari direktur kita, len. Sikapnya agak sedikit aneh. Kalo aku sarankan, sebaiknya kamu nggak usah jatuh cinta dengan pria yang temperamen seperti itu!Masih banyak pria diluar sana yang lebih baik.” Jelas Rania. Ia terlihat sangat kesal ketika membahas tentang sang direktur itu. Apalagi mengingat isi perjanjian yang ia tanda tangani tadi pagi.

“Sepertinya kamu terlihat sangat tak suka dengan Pak Raka!Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?” tanya Valen. Gadis ini mengunyah makanan dengan tatapan yang lebih penasaran lagi.

“Sebaiknya kamu habiskan makananmu dulu!Setelah itu, aku akan menceritakan sebuah rahasia padamu.” Jawab Rania.

“Oke. Aku akan segera menghabiskan-nya secepat mungkin. Kamu harus me-megang kata-katamu barusan, ya!” tambah Valen. 

Rania hanya tersenyum tanpa menjawab ucapan Valen. Sebenarnya, Rania sangat kesal jika harus membahas direktur. Ia masih sangat jelas dalam mengingat setiap perlakuan buruk dari Raka.

“Mengapa Valen bisa tertarik dengan pria arogan, sok ganteng dan kasar seperti itu?Apa sih yang menarik dari pria sombong itu?” batin Rania bertanya-tanya.

“Aku sudah menghabiskan makananku. Sekarang, kamu harus tepati janjimu tadi. Ayo ceritakan padaku!Mengapa kamu terlihat sangat tak nyaman jika membahas sang direktur?Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Valen penasaran.

Gadis ini tak sabar ingin mendengarkan penjelasan dari Rania.

“Pokoknya, direktur itu memiliki sikap yang aneh dan sangat temperamen terhadab orang lain. Sok ganteng, arogan dan sikapnya buruk. Ia berbeda jauh dari Pak Galang.” Jelas Rania kesal.

“Apa benar seperti itu?Kalau memang direktur jahat, mengapa ia menerima-mu kerja disini?” tanya Valen lagi.

Rania di hujani berbagai macam pertanyaan oleh rekan kerjanya. Pertanyaan Valen seakan menjebaknya untuk mengatakan kejujuran.

Rania pun menarik nafas panjang sebelum akhirnya ia menjelaskan pada Valen.

“Kamu perlu tahu, mendapatkan pekerjaan ini tidaklah mudah. Aku tak langsung di terima begitu saja oleh direktur. Banyak hal yang harus ku lakukan dan setujui agar bisa masuk di tempat ini,” Jelas Rania.

“Maksud kamu gimana?Aku semakin nggak ngerti saja dengan cerita kamu barusan,” tambah Vania. Ia semakin bingung dengan cerita Rania.

“Maksudnya, aku di terima kerja disini tidaklah mudah. Direktur dan aku mempunyai perjanjian tertulis yang harus aku patuhi agar bisa di terima masuk di perusahaan ini,” Sahut Rania.

“Perjanjian apa?” tanya Valen. Ia semakin penasaran.

“Perjanjian itu dibuat oleh direktur langsung. Aku harus mematuhi semua perintahnya dari A sampai z. Kamu ngerti kan?Bukankah itu adalah syarat yang tak masuk akal?” jelas Rania lagi. Gadis ini terlihat semakin kesal menyebutkan isi perjanjian itu.

Valen menelan ludahnya. Ia tak menyangka jika Rania mempunyai perjanjian seperti itu dengan sang direktur tampan.

“Apa..?!Bukankah itu bagus?” Vania dengan nada terkejut.

“Bagus gimana?Bagus apanya?Itu sangat menyusahkan!Jika tak butuh pekerjaan ini, aku nggak bakalan mau menanda tangani perjanjian gila itu,” ucapnya lirih.

“Kamu kayak nggak senang mendapatkan kesempatan emas itu. Hampir semua wanita yang ada di perusahaan ini, ingin dekat dengan Pak Raka. Tak semua orang bisa mendekatinya. Direktur kita bukanlah orang yang mudah bergaul,” jelas Vania.

“Kesempatan emas apa?Aku kerja disini bukan hanya semata-mata kerja sebagai OB saja. Tak lebihnya, aku telah dijadikan kacung olehnya,” Jawab Rania mendengus.

“Kalau aku yang ada di posisi itu, maka aku akan sangat bahagia sepanjang hari karena bisa dekat dengan sang Direktur tampan,” Vania terkekeh.

“Emang ada yang salah dengan otak kamu ya. Pria seperti itu tak baik di jadikan pacar,” jelas Rania. Ia terlihat sangat kesal karena Vania tak mengerti juga.

“Kita jangan membicarakan direktur keras-keras!Ia mempunyai banyak mata-mata disini,” tambah Vania.

Setelah selesai bicara, tiba-tiba ada seorang pria tampan bertubuh tegap dan tampilannya terlihat sangat sempurna masuk ke ruangan mereka. Pria itu memakai kacamata berwarna hitam, ia tak lain adalah Tuan Raka.

Buk Tuti langsung menyuruh semua pekerja berdiri dan memberi salam pada sang direktur.

“Ayo berdiri dan beri salam pada direktur!” perintah Buk Tuti.

Para OB berdiri dan langsung memberi salam pada Tuan Raka, termasuk Rania. Betapa kesalnya wajah Rania ketika melihat wajah sang Direktur. Ia masih terbayang-bayang akan isi perjanjian yang tak masuk akal itu.

“Mengapa ia kesini?Bikin kesal saja,” batin Rania.

Berbeda dengan Vania, ia sangat senang dan antusias dalam menyambut sang Direktur.

“Wah, Direktur kita memang sangat tampan!Aku ingin sekali memeluk tubuhnya yang seksi itu,” Vania dengan nada rendah.

Mendengar ucapan Vania,membuat Rania merinding seketika.

“Vania benar-benar sudah sakit jiwa,” natin Rania.

Tak berapa lama, sang direktur hanya datang tanpa bicara apapun pada mereka. Ia hanya memperhatikan wajah dan ekspresi Rania sejak tadi. Rupanya Raka seakan tahu jika saat ini Rania terlihat sangat kesal dengan kehadiran-nya.

“Aku akan membuat hidupmu menderita kerja disini. Seberapa kuat dan percaya dirimu bertahan menghadapiku.” Batin Raka. Pria tampan itu menyeringai.

“Dia itu apa-apaan sih. Mengapa ke ruangan ini jika memang tak punya keperluan?Apa dia hanya pamer dengan kekuasaan-nya?Benar-benar ke kanak-kan!” Batin Rania kesal.

Tiba-tiba suara direktur memanggilnya.

“Hei, kamu pegawai baru cepat kesini!” panggil Raka.

Rania dengan rasa canggung dan kesalnya langsung menghampiri sang direktur.

Semua mata tertuju pada sang direktur dan juga Rania. Mereka tak mengerti apa yang sebenarnya terjadi di antara keduanya. Tatapan mereka terlihat seakan mengajak perang satu sama-lain. Apalagi kedatangan direktur di ruangan OB merupakan peristiwa langka. Ia tak pernah sekalipun datang kesitu, kecuali mengirim seseorang jika ada hal yang perlu disampaikan.

Bagaimanakah kisah selanjutnya?

Penasaran!!!

Baca terus kelanjutan ceritanya hanya di GOOD N***L

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status