Share

#2 Drama Adu Mulut

Hari baru mulai tumbuh, cahaya matahari telah temaram di bawah pusara langit. Muda-mudi asyik bercengkrama di antara megahnya gedung.

Di sudut kampus ITB, Malik tengah kebingungan mencari kelasnya. 

"Ah sial di mana ini kelas". Gerutu Malik sembari membawa banyak buku di tangannya.

Keringat bercucuran, Malik bagai mendaki gunung mencari kelasnya dari lantai 1 hingga lantai 4, dia lupa setiap kelas mempunyai kode nomor masing-masing. 

Di tengah kebingungan itu terlihat gadis manis berkerudung putih berjalan ke arahnya.

"Maaf Mbak mau nanya, kelas Fisika untuk mahasiswa baru di mana yah?". Tanya Malik sembari senyum manis.

"Nomor ruangannya berapa yah Mas?". Jawab gadis itu.

"Oh yah maaf saya lupa melihat nomornya Mba". 

"Nama dosennya pak Yudi bukan Mas". Tanya gadis.

"Iya Mba namanya pak Yudi Sukonto Legowo".

"Tadi saya lihat pak Yudi masuk ruangan 309, coba Mas ke lantai 3 paling pojok sebelah kanan".

"Terima kasih Mba atas bantuannya, kalau ga ada Mba mungkin saya hanya mondar-mandir ga jelas di sini". Sahut Malik penuh kebahagiaan.

"Iya Mas sama-sama, lain kali liat kode nomornya yah biar ga kebingungan". Seru gadis itu memberi nasehat dengan ekspresi tegas.

"Ok Mba manis". Balas Malik dengan genit sembari berlalu meninggalkan gadis itu yang tengah heran dengan tingkah laku Malik yang begitu tidak sopan.

Di pojok kanan terlihat kelas bernomor 309, Malik ragu bercampur malu karena hari pertama masuk kelas harus dengan keadaan telat.

"Assalamualaikum, permisi pak maaf saya telat". Salam Malik setelah membuka pintu kelas.

Di bangku paling depan terlihat bapak-bapak berjas hitam sedang mengamati buku dengan seksama. 

"Waalaikumsalam, silahkan duduk mas, lain kali jangan telat yah, kalau masih mau saya kasih nilai". Sahut bapak dosen dengan mata menyala.

"Baik pak ini yang terakhir dan tidak akan terulang lagi". Malik bermuka melas. 

Malik melihat sekeliling kelas, terlihat bangku kosong di sudut sana. Ia mendekati bangku itu dengan perlahan. 

"Eh Mas Malik yah". Sapa gadis di sebelah kiri Malik.

"Bukannya kamu yang di bawah pohon itu bukan". Sahut Malik.

"Iyah ini saya Salima". Seorang gadis mengagetkan Malik ternyata gadis itu.

"Astaga dunia begitu sempit yah, haha,".

Ternyata wajah yang tak asing duduk di samping Malik adalah gadis manis yang ia temui tempo hari di bawah pohon cemara.

Akhirnya selepas mata kuliah mereka mengobrol santai.

"Kamu masih bawa sapu tangan kucel itu Sal?".

"Heh sembarangan yah kalo ngomong, siapa bilang itu kucel, orang cuma buat lap air mata". Salima mengelak.

"Yah kalau nangisnya tiap hari kan bisa saja, apalagi nangisnya seember, hehehe". Malik meledek.

Tak terasa mereka berdua semakin dekat satu sama lain, namun insiden itu akhirnya terjadi.

Selepas keluar dari kelas, Salima dikejutkan oleh sesosok lelaki yang sangat ia kenal.

"Sayang tolong maafkan aku, kemarin itu hanya teman kelas yang kebetulan ngopi bareng di cafe, udah yah marahnya". Bujuk pria berambut pirang yang diketahui adalah Dahlan mantan kekasih Salima.

"Kau tak bisa merayuku lagi Dahlan, ini bukan yang pertama kau ketahuan selingkuh, aku sudah muak dengan semua kebohonganmu, menjauh lah dariku". Bentak Salima.

"Dasar wanita murahan, goblok sudah untung cowok setajir sekeren diriku mau sama kamu". Hardik Dahlan tersulut emosi.

"Jaga mulutmu Dahlan, aku nyesel pernah suka sama kamu dasar bajingan, plak". Balas Salima sembari menampar wajah Dahlan, namun Dahlan berhasil menangkap tangan Salima dan akan menampar balik kepada Salima.

"Cukup sekali kau mempermalukanku wanita murahan". Dahlan memegang leher Salima dengan kuat, Salima kesulitan bernafas. 

Ketika hendak menampar balik sesuatu kejadian terjadi.

"Lepaskan dia kalau kau masih ingin melihat dunia". Ancam Malik yang tiba-tiba hadir di tengah keributan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status