Beranda / Pendekar / Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam / 5. SUMPAH SEORANG PEWARIS ILMU SANG PENDEKAR

Share

5. SUMPAH SEORANG PEWARIS ILMU SANG PENDEKAR

Penulis: Mona Cim
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-15 14:55:03

"Dalam tubuhmu telah mengalir darah Pendekar Naga Hitam, sehingga kau telah memiliki kekuatan yang sangat menunjang pelatihan dasar. Mungkin murid biasa bisa mempelajarinya dalam waktu sebulan, tetapi kau dapat melakukannya hanya dengan waktu sehari saja. Inilah keistimewaanmu, Zien Cheng. Lakukanlah apa yang aku katakan dan fokus pada dirimu sendiri dengan memejamkan mata dan duduk dengan napas yang teratur," titah Kakek Gong Lu.

Di atas sebuah gunung yang tinggi, Zien Cheng duduk bersila sambil memejamkan matanya dan bernapas dengan teratur. Setiap perkataan Kakek Gong Lu ia praktikkan. Untuk mendapatkan energi Qi, ada beberapa tahapan yang harus ia lakukan. Zien Cheng dituntut untuk melakukan berbagai tahapan itu. Mulai dari tahapan awal permurnian Qi, pendirian dasar, hingga formasi inti.

Zien Cheng memfokuskan pikirannya ke dalam dantian. Merasakan halusnya energi Qi yang mulai bergerak lambat dan semakin melaju melalui saluran meridiannya. Pada momen inilah Zien Cheng dapat merasakan energi langit dan bumi sedang disaring dari kotoran hingga mencapai kemurnian Qi yang ia miliki. Semakin lama, energi Qi itu menjadi lebih berpondasi dan stabil dalam tubuhnya. Zien Cheng tersenyum penuh kelegaan.

'Apa yang aku rasakan ini? Aku pertama kalinya merasakan hawa yang sangat nyaman in. Seolah-olah tubuhku menjadi lebih ringan dan lapang sekali. Rasanya ada sesuatu yang mengalir dalam tubuhku, entah apa itu.' batin Zien Cheng.

Tahapan awal pemurnian Qi selesai, kini Zien Cheng beralih ke tahapan selanjutnya. Di mana ia diajarkan cara mengendalikan energi Qi dengan maksud untuk memadatkan energi Qi dalam tubuhnya. Tak Zien Cheng sangka, proses itu ternyata menyakitkan daripada proses pemurnian.

"Ugghh ... k-kakek ...." Zien Cheng terus berusaha untuk menguatkan diri. Meski proses itu menyakitkan, tetapi inilah proses terpenting. Zien Cheng mengigat dengan jelas bagaimana Kakek Gong Lu berkata sebelumnya. 'Pada proses ini, kau akan merasakan sakit. Tetapi proses ini harus kau lewati demi memadatkan energi Qi dalam tubuhmu.'

Berjam-jam Zien Cheng bertahan dalam kesakitan, akhirnya proses itu selesai. Dirinya berhasil membuat energi Qi dalam tubuhnya lebih padat, stabil, dan mampu dikendalikan oleh Zien Cheng sendiri.

Kakek Gong Lu yang duduk di atas sebuah batu pun tersenyum miring melihat Zien Cheng yang kegirangan belajar mengendalikan energi itu. Sepertinya bagian yang paling Zien Cheng sukai adalah ketika energi Qi itu mengalir dari dantiannya menuju meridian.

"Jangan senang dulu. Kau masih perlu belajar satu tahapan lagi, Zien Cheng. Jika kau telah berhasil, maka aku akan mengajakmu berlatih beberapa teknik beladiri yang aku kuasai. Lalu kau akan aku antar ke sebuah sekte yang mampu membawamu ke pulau Bunga Petir itu," ujar Kakek Gong Lu.

Zien Cheng mengangguk semangat. "Kalau begitu, ayo kita lakukan tahap selanjutnya, Kek!"

Sejak berkobarnya semangat belajar itu di hati Zien Cheng, ia berlatih tanpa kenal lelah. Mulai dari belajar pembentukan energi inti hingga beberapa jurus ilmu bela diri yang dikuasai oleh Kakek Gong Lu. Sesuai apa kata sang guru, Zien Cheng sangat cepat mempelajarinya. Satu bulan penuh di atas Gunung Meiluing, Zien Cheng telah menunjukkan bakat bela diri yang mumpuni.

"Hyaaaaa!" Zien Cheng berteriak sambil menebaskan pedangnya ke udara. Disaksikan oleh langit senja dan Kakek Gong Lu, Zien Cheng mengeluarkan semua jurus yang ia miliki dengan sangat lihai. Tak ada lagi keraguan dalam setiap pergerakannya. Semuanya terlihat nyaris sempurna.

Hingga saat Zien Cheng menyudahi pertunjukkan bela dirinya, Kakek Gong Lu pun menyuarakan keputusannya. "Besok kita akan berangkat menuju sekte Tapak Naga Merah."

***

Ada sekitar sembilan sekte yang dapat mengikuti seleksi masuk perguruan tinggi di Pulau Bunga Petir. Dari masing-masing sekte, dipilih tiga perwakilan yang akan di kirim ke pulau tersebut. Hingga total keseluruhan yang akan berangkat ke Pulau Bunga Petir berjumlah 27 orang. Namun, tiba-tiba Sekte Tapak Naga Merah kedatangan tamu istimewa sehingga pimpinan sekte mengumumkannya pada 27 orang tersebut.

"Jumlah orang yang dikirim ke Pulau Bunga Petir memang ada dua puluh tujuh orang. Tetapi ada satu murid tambahan lagi yang dibawa langsung oleh guru dari Pendekar terdahulu yang sangat kuat," ucap pimpinan Sekte Tapak Naga Merah.

Seketika semua murid langsung berbisik satu sama lain. Mereka sangat penasaran tentang siapa murid spesial itu. Hingga akhirnya, gerbang pun terbuka. Zien Cheng melangkah masuk ke area perkumpulan bersama dengan Guru Gong Lu yang memakai penutup wajah dan tudung kepala hingga tak ada yang bisa melihatnya.

Pimpinan sekte Tapak Naga Merah langsung memberikan hormat yang dalam pada Guru Gong Lu. Sontak petinggi sekte juga ikut tunduk. Entah apa yang dibisikan oleh Guru Gong Lu pada ketua sekte Tapak Naga Merah. Guru Gong Lu melangkah pergi setelah menyudahi pembicaraannya. Meninggalkan Zien Cheng di sana yang mendadak cemas dengan keadaan sekitarnya.

"Perkenalkan aku Zien Cheng. Murid dari Guru Gong Lu dari sekte Naga Hitam. Senang bertemu dengan kalian. Aku harap kita bisa saling mengenal satu sama lain nantinya," ucap Zien Cheng memperkenalkan diri.

Dari dua puluh tujuh murid yang ada di sana, ada tiga murid yang menyita perhatian Zien Cheng. Tiga murid yang menatapnya dengan tatapan tak percaya. Merekalah yang dua membuang Zien Cheng ke jurang.

'Kalian tega membuangku ke jurang setelah memberikan penyiksaan yang pedih padaku. Aku bersumpah akan membuat kalian bertiga tunduk padaku. Tak ada tempat bagi kalian di sekte Pulau Bunga Petir. Akan aku pastikan posisi kalian jauh di bawahku,' batin Zien Cheng.

Akhirnya mereka semua digiring ke sebuah dermaga. Mereka menaiki sebuah kapal besar untuk menyeberang menuju Pulau Bunga Petir yang amat mereka dambakan. Sepanjang perjalanan Zien Cheng habiskan untuk meditasi sederhana di ujung kapal. Namun, ketenangannya terusik ketika suara beberapa orang di belakangnya teramat mengganggu.

"Seseorang merasa sangat sombong setelah menjadi anggota spesial untuk ikut berangkat ke Pulau Bunga Perak. Padahal tak ada yang perlu disombongkan dengan posisi itu."

"Kau benar. Tapi menurutku dia tak pantas disebut anggota spesial. Dia lebih pantas disebut anggota cadangan saja. Hanya belajar beberapa bulan saja, tidak akan membuat seseorang dapat melampaui kemampuan kita."

"Murid buangan sepertinya mana bisa menjadi seorang pendekar. Jangankan menjadi seorang pendekar, dia bahkan tak pantas menyebut dirinya bagian dari sebuah sekte."

Zien Cheng yang awalnya menutup matanya sambil mendengarkan ujaran mereka, kini perlahan membuka matanya. Ia tatap mereka bertiga dengan tatapan yang datar, lalu terkekeh sinis.

"Berpendapatlah sepuas kalian, selagi itu mampu kalian lakukan. Tapi aku pastikan, kalian bertiga tak akan mampu melampauiku suatu saat nanti. Kesakitan, ketidakadilan, dan segala keburukan yang kalian lakukan padaku di masa lalu akan menjadi kutukan bagi kalian suatu saat nanti. Aku akan pastikan kalian tunduk di bawah kakiku!" tegas Zien Cheng

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   5. SUMPAH SEORANG PEWARIS ILMU SANG PENDEKAR

    "Dalam tubuhmu telah mengalir darah Pendekar Naga Hitam, sehingga kau telah memiliki kekuatan yang sangat menunjang pelatihan dasar. Mungkin murid biasa bisa mempelajarinya dalam waktu sebulan, tetapi kau dapat melakukannya hanya dengan waktu sehari saja. Inilah keistimewaanmu, Zien Cheng. Lakukanlah apa yang aku katakan dan fokus pada dirimu sendiri dengan memejamkan mata dan duduk dengan napas yang teratur," titah Kakek Gong Lu.Di atas sebuah gunung yang tinggi, Zien Cheng duduk bersila sambil memejamkan matanya dan bernapas dengan teratur. Setiap perkataan Kakek Gong Lu ia praktikkan. Untuk mendapatkan energi Qi, ada beberapa tahapan yang harus ia lakukan. Zien Cheng dituntut untuk melakukan berbagai tahapan itu. Mulai dari tahapan awal permurnian Qi, pendirian dasar, hingga formasi inti.Zien Cheng memfokuskan pikirannya ke dalam dantian. Merasakan halusnya energi Qi yang mulai bergerak lambat dan semakin melaju melalui saluran meridiannya. Pada momen inilah Zien Cheng dapat mera

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   4. TANTANGAN MENUJU GUNUNG MEILUING

    Setelah melakukan latihan dasar kekuatan fisik untuk membangun pondasi awal, hari ini Zien Cheng akan diajarkan tahapan selanjutnya yakni pembelajaran tentang seseorang bagaimana merasakan, mengarahkan, dan menyimpan energi internal seseorang atau disebut juga dengan Qi.Pagi-pagi sekali Zien Cheng pergi ke gunung Meiluing yang letaknya berkilo-kilo meter dari hutan terlarang yang ia tempati selama beberapa bulan ini. Zien Cheng sengaja memakai penutup kepala agar tak ada yang mengenalinya terutama anggota sekte yang telah membuangnya.Saat di perjalanan menuju tempat yang dituju, ada saja rintangan yang muncul. Mulai dari munculnya dua ekor babi hutan yang ganas. Zien Cheng memang berhasil mengalahkan dua ekor babi hutan itu, tetapi tak lama kemudian muncul belasan ekor lagi dari arah belakang. Zien Cheng berteriak, mau tak mau ia berlari pontang-panting menghindari kejaran babi hutan itu."HH-haaahhh ... b-babi hutan s-sialan! Astaga kakiku--ini pegal sekali." Zien Cheng berjalan sa

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   3. MENEMUKAN GURU HEBAT DALAM POHON

    Selama tiga bulan lamanya, Zien Cheng berlatih seorang diri di hutan terlarang tersebut bermodal dengan sebuah pedang milik Pendekar Naga Hitam yang terkuat pada masanya. Zien Cheng melakukan berbagai gerakan ketangkasan dalam berpindah tempat dan teknik menghindari serangan. Tebasan kuat yang Zien Cheng lakukan membuat pohon di hadapannya mengeluarkan getah berwarna hitam."Sudah tiga bulan aku belajar beladiri sendiri, tetapi aku merasa ilmuku tak begitu banyak meningkat. Pedang ini akan sangat hebat jika dipegang oleh orang yang hebat. Sedangkan pedang ini ada pada orang bodoh sepertiku," monolog Zien Cheng merasa kurang percaya diri.PYARRRR!Suara petir terdengar memekakan telinga, menyambar sebuah pohon yang barusan ditebas oleh Zien Cheng. Batang pohon itu seketika hangus secara keseluruhan. Zien Cheng tercengang, memundurkan langkahnya dengan gerakan kaku. Tiba-tiba ...BRAK!Batang pohon itu pecah seketika. Hingga puing-puingnya berhamburan jauh. Zien Cheng sampai berjungka

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   2. DARAH NAGA HITAM SAKTI

    Sebelum tubuh Zien Cheng terhempas ke tanah, tubuhnya tiba-tiba mengambang di udara untuk beberapa detik hingga terjatuh ke tanah dengan lembut. Raut wajahnya pucat pasi, matanya tertutup rapat, dan bibirnya kering. Namun, aroma darah yang teramat unik seolah menarik keras kesadarannya."Engg ...hhh ...." Zien Cheng melenguh begitu merasakan sekujur tubuhnya terasa ngilu. Perlahan kedua kelopak matanya terbuka. Hamparan langit di sela-sela semak yang ia rebahi terlihat sangat indah."A-aku m-masih hidup?" gumamnya terbata-bata.Tiba-tiba aroma khas itu tercium kembali. Entah mengapa hanya karena aroma itu, menimbulkan dorongan kuat untuk Zien Cheng bangkit dari posisinya. Walau teramat tertatih dan rasa remuk di tubuhnya, akhirnya Zien Cheng dapat bangkit juga. Pandangannya langsung terfokus pada sebuah gua tua yang ada di sampingnya."Gua apa itu?" Zien Cheng menelisik sekitar. Tak ada siapapun di sekitar sana. Bahkan nyaris tak ada jalan untuk di pijak. Zien Cheng terpaksa menerobos

  • Murid Buangan : Akulah Sang Pewaris Kekuatan Naga Hitam   1. MURID TERLEMAH

    Di atas gunung yang tinggi dihuni oleh sekte terlemah di Benua Selatan yakni sekte Kongdang. Di mana pimpinan sekte tersebut telah menghilang secara misterius. Hanya putranya yang malang yang tetap berada di sana, yakni seorang pemuda bernama Zien Cheng. Di saat semua murid sekte Kongdang mempelajari jurus penting masuk perguruan tinggi, seorang murid yang sedang melakukan hukuman menyapu halaman, memperhatikan setiap gerakan dengan detail. Dialah Zein Cheng. Zien Cheng dengan semangat menggunakan sapu sebagai pedang untuk turut berlatih."Heh, Zien Cheng! Menyapu yang benar!" tegur Paman Gong. Satu-satunya pengawas para murid yang paling kejam dan juga adik dari ayahnya Zien Cheng.Buru-buru Zien menghentikan aksinya. Ia kembali menyapu dedaunan kering dengan serius. Sesekali melirik Paman Gong yang masih berdiri tak jauh darinya."Aku sudah memperingatimu untuk tahu diri, Zien Cheng. Jangan melewati batas. Aku pastikan kau tak ada waktu untuk mempelajari ilmu penting masuk pergurua

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status