Share

2. Setelah Malam Pertama

"Mmm ...." Ipeh membuka matanya secara perlahan lalu mengerjap-ngerjapkannya selama beberapa detik, menyesuaikan diri dengan ruangan yang gelap.

"Uwaaah keren ...." Gadis itu langsung terkesima melihat taburan bintang dan beberapa objek tata surya lainnya di langit-langit kamar yang memanjakan matanya, tetapi beberapa saat kemudian.

"Ini di mana?" tanyanya setelah menyadari ruangan itu terlalu megah untuk menjadi tempat kost dua petaknya.

Mata gadis itu mulai menelusuri setiap sudut ruangan yang terlihat teramat sangat mewah walaupun dengan pencahayaan yang terbatas, lalu pandangannya terkunci pada sosok laki-laki yang tertidur pulas di sampingnya.

"Aaargh! Ya ampun!" Ipeh berteriak dan langsung melompat dari tempat tidur.

Embusan angin dingin dari air conditioner membuatnya bergidik, gadis itu memeluk tubuhnya lalu menyadari sesuatu. Dia menurunkan pandangannya dan melihat tidak ada sehelai benang pun di tubuhnya.

"Aaargh!" Gadis itu kembali naik ke atas tempat tidur, menyembunyikan dirinya di dalam bed cover sambil menutup mulut dan matanya. Berharap teriakannya tadi tidak membangunkan laki-laki asing yang ada di sampingnya.

"A-apa yang terjadi? Siapa dia? Kenapa aku ada di tempat tidur bersamanya dan naked! Oh My God, apa aku dan dia ...." Ipeh tidak meneruskan bisikannya saat mencium bau anyir darah dan melihat bercak di seprai.

"Itu ...?" Gadis itu tidak meneruskan bisikannya karena tiba-tiba matanya terasa panas, diikuti oleh bulir-bulir bening yang mulai menetes membasahi pipinya.

"A-aku harus pergi! Aku tidak tahu apa yang akan terjadi lagi kalau laki-laki itu bangun!" bisiknya, bergegas turun dari tempat tidur. Dia mengambil pakaiannya yang berceceran di lantai, memakainya dengan tergesa-gesa kemudian berlari menuju pintu.

"Aaargh!" Ipeh kembali terkejut dan mundur beberapa langkah ke belakang saat ada sesuatu yang keras menghalangi jalannya.

"Kamu tidak bisa pergi ke mana pun! Kita harus menyelesaikannya malam ini!" seru Seorang laki-laki dengan suara baritonnya yang dalam.

"A-alex?" Ipeh mengenali suara itu. Dia adalah Bos perusahaan tempat dia magang selama hampir tiga bulan ini, sekaligus orang yang paling dia benci.

"Ayo!" Alex alias Leon langsung menyeret Ipeh ke tempat tidur.

"Aaargh apa yang kamu lakukan! Lepaskan aku!" Ipeh meronta-ronta agar bisa lepas dari cengkraman laki-laki tampan itu.

Alex melemparkan Ipeh ke tengah tempat tidur, hingga menimbulkan suara yang cukup kencang.

"Aduh sakit! Eh .. eh ... kamu mau apa!" Ipeh mulai mundur ke sandaran tempat tidur saat laki-laki itu mendekatinya lalu mengunci tubuhnya.

"Jangan! To-tolong ... jangan!" Ipeh berusaha mempertahankan dirinya tetapi sia-sia karena perbedaan kekuatan yang terlalu jauh. Dia seperti seekor kelinci kecil di hadapan seekor singa kelaparan.

"Hiss! Berisik!" seru Alex sinis.

Dalam waktu kurang dari satu menit, Alex berhasil merobek blus putih milik Ipeh dan melemparnya ke lantai.

"Bajuku ...." Gadis itu menatap nanar pada pakaiannya yang sudah tidak berbentuk lagi lalu mengalihkan pandangannya pada laki-laki yang kini sudah berada di atas tubuhnya.

"Dasar brengsek! Lepaskan!" Ipeh memaki-maki Alex sambil meronta-ronta, tetapi laki-laki itu tidak bergeming.

"Makilah sesukamu tapi saat ini akulah yang memegang kendali! Lebih baik kamu menurut atau ...." Alex tidak meneruskan ucapannya hanya memandang tubuh Ipeh seperti seekor binatang buas yang siap memangsa buruannya.

Ipeh jelas ketakutan, bulu kuduknya berdiri, badannya bergetar. Dia sadar posisinya saat ini sudah terjepit dan tidak memiliki kekuatan lagi untuk berontak.

"A-apa maumu?" Akhirnya gadis itu mengalah, dia tidak ingin laki-laki itu melakukan sesuatu yang lebih kejam.

Alex menatap lekat Ipeh. Setelah yakin buruannya tidak bisa berkutik, dia mulai melonggarkan cengkeramannya.

"Gadis pintar! Ok, mari kita bicara!" Alex dengan cepat membungkus seluruh tubuh Ipeh dengan bedcover dan menggulingkannya seperti sedang membuat sushi.

"Eh, eh ... apa yang kamu lakukan! Lepaskan aku!" Gadis itu terkejut dengan tingkah absurd pria tampan tersebut.

"Ck! Berisik!" Alex mengambil beberapa lembar tisu dari nakas lalu memasukkannya ke dalam mulut Ipeh.

Mahasiswi semester empat itu membelalakkan matanya tidak percaya dengan tindakan semena-mena Alex.

'Dasar laki-laki brengsek! Apa haknya memperlakukan aku seperti ini! Lihat saja pembalasanku suatu saat nanti, Alex!' Api dendam membara di hati gadis itu.

"Mmph! Mmph!" Ipeh terus melakukan aksi protesnya.

"Kalau kamu masih tidak mau diam! Aku akan menutup mulutmu dengan lakban!" Alex menatap tajam gadis kecil yang sudah resmi jadi istrinya itu, kepalanya pusing menghadapi tingkah Ipeh yang tidak mau menurut.

Gadis itu terkejut lalu buru-buru menggelengkan kepalanya dan terdiam. Dia sudah cukup tersiksa menjadi gulungan sushi.

'Kenapa aku harus berurusan dengan psikopat ini." Ipeh meratapi nasibnya di dalam hati.

'Gadis setan itu akhirnya bisa diam,' gumam, Alex sambil menghela napasnya lalu terduduk di sebelah istrinya.

"Dengarkan aku baik-baik karena tidak ada siaran ulang!" Laki-laki tampan itu menegaskan kata-katanya.

Ipeh mengangguk, lalu menyadari laki-laki yang berada di sampingnya memakai celana panjang, tidak sepenuhnya naked seperti dirinya tadi.

"Semalam kita sudah menikah, pamanmu yang menjadi walimu," jelas Alex, melihat tatapan penuh selidik Ipeh.

"Mmph!" Ipeh berteriak karena terkejut, matanya membola.

"Ck! Diamlah dengarkan aku!" Alex mendelik.

Ipeh mengerucutkan bibirnya lalu kembali teringat tubuh polosnya saat bangun tidur. Gadis itu melirik tajam pada suaminya. Laki-laki yang diliriknya hanya memutar bola matanya.

"Tenanglah, aku tidak melakukan apapun padamu! Aku tidak tertarik padamu, itu semua untuk mengelabui kakek yang datang semalam!" Alex berusaha menjelaskan duduk perkaranya.

Ipeh masih tidak mempercayainya, kemudian mengalihkan pandangannya pada bercak darah di seprai.

Alex mengikuti pandangan Ipeh.

"Aku menusuk jempolmu semalam lalu memercikkan darahnya ke sprei, setidaknya kalau dilakukan tes DNA itu darah aslimu," jelas Alex santai.

'Ah, syukurlah aku masih suci.' Gadis itu merasa lega tetapi sesaat kemudian dia menyadari sesuatu.

Alex menoleh pada Ipeh karena merasakan tatapan kebencian dari istrinya itu

"Apa?" tanya Laki-laki tampan itu.

"Mmph ... mmph!" Ipeh berusaha memaki-maki suaminya.

'Apapun itu harusnya kamu minta ijin dulu padaku! Argh, ingin kucincang saja laki-laki satu ini dan kenapa harus ada tes DNA segala!' Ipeh benar-benar emosi, dia menatap jempol tangannya dan baru menyadari ada plester kecil di sana. Gadis itu kembali mendelik pada suaminya.

"Aku sudah sah jadi suamimu! Jadi seandainya aku melakukannya padamu itu memang hakku!" Alex menegaskan posisinya pada Ipeh.

"Hmph!" Ipeh memalingkan wajahnya.

Melihat tingkah istrinya, Alex semakin tidak sabar.

"Pilihlah, kesucianmu atau bekerjasama denganku!"

Ipeh kembali menatap tajam pada suaminya.

"Aku tidak menyukaimu tetapi melakukan itu pasti menyenangkan!" Alex menyunggingkan seulas senyum iblisnya sambil menatap tubuh Ipeh yang terbungkus bedcover.

Ipeh semakin menatap tajam suaminya sambil meronta-ronta agar bisa lepas dari kepompong bedcovernya.

'Laki-laki kurang se-ons, buaya buntung!' Ipeh berteriak dalam hati.

"Aku hitung sampai tiga ya, satu ...." Alex mulai menghitung, Ipeh masih berusaha meredam emosinya.

"Dua ...." Alex mulai memegang bedcover, Ipeh merinding dan buru-buru mengangguk setuju.

"Perempuan plin-plan!" Alex mendengus kasar.

Ipeh hanya bisa menghela napas.

Tiba-tiba, Alex mendudukkan kepongpong Ipeh di sampingnya kemudian membuang tisu di mulut istrinya itu.

"Mulai hari ini kamu adalah istri sahku, tapi jangan harap bisa mendapatkan cintaku!" Alex menatap tajam pada istrinya.

"Baik, Suami." Ipeh mengangguk.

'Kakek, cucumu ini menahan diri demimu,' gumam Ipeh di dalam hatinya.

"Jaga sikapmu dan hormati aku sebagai suamimu di depan keluarga kita!"

"Baik, Suami!"

'Heh, dia itu gila hormat ya!' Ipeh terus menggerutu di dalam hatinya.

"Panggil Tuan Muda!"

"Ay ... ay, Kapten!"

'Tuan Muda segala, pret!' Ipeh meledek Alex di dalam hatinya.

"Tuan Muda!" Alex bersikukuh.

"Eh, iya ... baik, Tuan Muda!" Ipeh mengalah.

'Lelah Hayati kalau begini tapi saat ini aku tidak berdaya.' gumamnya di dalam hatinya, Ipeh hanya bisa menghela napas.

"Satu lagi jangan mempublikasikan pernikahan kita di kantor atau depan umum, mengerti!"

"Iya ... Tuan Muda!" Ipeh menjawab dengan malas.

"Ingat aku ini suamimu secara agama, jadi kamu harus menurut padaku! Kamu tahu, kan, dosa istri yang membangkang pada suaminya!" Alex melirik sinis pada istrinya.

Ipeh hanya terdiam sambil mengerucutkan bibirnya.

‘Ceilah, dia membahas soal dosa! Bukannya dia itu titisan iblisnya di sini!' gumam Ipeh lagi di dalam hatinya sambil memutar matanya.

"Jawab!" Alex mulai tidak sabar.

"Baik Tuan Muda!" Ipeh mengangguk.

"Bagus!"' Alex mengangguk-angguk tanda puas.

"Hih!" gumam Mahasiswi semester empat itu merasa jijik pada Alex.

"Sikap apa itu! Mana tata kramamu di depan suamimu! Ingat, sekarang surgamu terletak di telapak kakiku!"

"Hiss, sok alim!" Gadis itu mendelik walaupun hati kecilnya membenarkan ucapan Alex.

'Dasar gila hormat! Kalau bukan karena surgaku kini pindah haluan dari kaki ibu padamu, sudah kubanting bolak-balik si buaya buntung ini," batin Ipeh meradang.

Bersambung✍️

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status