Jangan lupa dikasih komentarnya ya buat yang baca! Terima kasih banyak!
Seorang pria berbadan atletis dengan kemeja putih yang menyelimuti tubuhnya sedang mengamati bangunan yang ada di depan matanya. Tangan besarnya masuk ke dalam kantong celana blazer, celana mahal berwarna hitam itu sedikit mencetak paha berototnya yang seksi. Embusan nafas panjang keluar dari hidungnya yang tinggi.
"Kendrick," panggil seorang pria yang baru saja keluar dari bangunan itu.
Kendrick Malik adalah nama dari pemilik badan atletis tersebut. Orang-orang yang ingin masuk bangunan itu sempat terhipnotis ketika berpapasan dengan Kendrick. Tidak ada orang yang bisa pergi begitu saja ketika melihat pesona Kendrick. Rahangnya yang tegas, alis tebal berwarna hitam terpahat sempurna, warna biru tercipta jelas di maniknya, dan bibir kissable bahkan dimiliki juga oleh pria itu.
"Kenapa tidak masuk?" tanya pria itu, Chris. Dia memakai setelan yang sama seperti Kendrick, tetapi Kendrick tetap menjadi pemenang jika mereka disandingkan.
"Aku pulang saja," katanya dengan nada datar, tak lupa dengan tatapan tajam.
Chris menghela nafasnya. "Tidak ada kata pulang! Aku percaya kalau kau akan mendapatkan wanita yang kau inginkan di klub ini! Hasratmu akan terpenuhi! Percaya padaku!"
Bangunan yang ditatap Kendrick selama setengah jam itu adalah sebuah klub mewah.
"Baiklah," sahut Kendrick setelah berpikir beberapa saat, membuat Chris tersenyum tipis.
Akhirnya Kendrick mau menerima tawaran yang ia berikan. Chris tidak mau sahabatnya ini menjadi gila karena hasratnya tidak bisa disalurkan entah sudah berapa lama.
***
"Kapan wanita-wanita itu akan datang?" tanya Kendrick setelah mereka duduk di sebuah ruangan tertutup. Kepulan asap terlihat jelas di langit-langit karena ulah Kendrick dan Chris.
"Sebentar lagi. Aku sudah menyiapkan tiga wanita yang bisa kau pilih."
"Apa aku pantas melakukannya?" tanya Kendrick yang masih bimbang.
Chris mengangguk mantap. "Tentu. Jangan biarkan kau tersiksa seperti ini. Sudah cukup kau menahannya selama enam tahun pernikahanmu. Lagipula kau sudah bebas tiga bulan belakangan ini, tidak ada lagi yang harus kau jaga."
Kendrick mengangguk singkat. Apa yang Chris katakan memang benar.
"Selamat malam, Tuan." Suara seorang pria buncit terdengar setelah ia masuk ke ruangan itu. Ia menunduk hormat kepada dua pria tampan yang sedang duduk dengan minuman mahal di meja.
"Bagaimana? Apa semuanya sudah siap?" tanya Chris.
"Sudah, Tuan. Sebentar lagi mereka akan datang kesini. Kalau begitu saya pamit keluar dulu, Tuan."
Kendrick hanya memperhatikan mereka saja. Ia tidak berniat menimpali percakapan mereka, karena ia tahu kalau Chris sudah berpengalaman dalam bidang ini.
***
"Adeline!"
Adeline yang merasa namanya disebut lalu membalikkan badannya. Ia sempat terkejut lalu dengan cepat menunduk sopan. Pria buncit yang tak lain adalah bosnya di klub mewah ini.
"Pergi sekarang ke ruang ganti pakaian. Kau harus ikut bersama dengan wanita-wanita bayaran."
Perintah pria buncit itu sukses membuat kepala Adeline mendongak. Manik cokelat Adeline membola, terkejut dengan perkataan bos. Ia tahu siapa dan apa pekerjaan para wanita bayaran itu.
"Tapi, Sir, saya sudah bilang kalau saya hanya bekerja sebagai bartender saja di sini. Saya tidak ada niatan untuk menjadi mereka," jelas Adeline sopan. Ia kemudian memilin ujung kemejanya, merasa takut dengan tatapan bos.
"Saya tahu. Tapi kita kekurangan satu wanita lagi dan hanya kau yang layak. Saya tahu betul kalau mereka tidak akan memilihmu. Ini hanya sebagai formalitas saja."
Adeline menelan salivanya dalam. Walau hanya formalitas, tapi hatinya tidak merasa nyaman. Sesaat ingin menolak, suara boss itu keluar.
"Cepatlah, Adeline! Kalau mereka marah, klub ini akan jadi taruhannya! Apa kau mau klub ini ditutup dan kau kehilangan pekerjaanmu?"
"Tidak, Sir," seru Adeline cepat sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, sekarang pergilah. Kalau pekerjaan ini berhasil, saya akan memberikanmu bonus."
"Bonus?" kata Adeline dalam hati. Sejenak ia berpikir dalam hati, hingga akhirnya ia menerima perintah bosnya walau masih ada yang terasa menjanggal.
Adeline sangat butuh banyak uang untuk saat ini. Ia harus melunasi hutang-hutangnya kepada keluarganya.
***
'Deg'
Detak jantung Adeline berdegup kencang di dalam sana ketika ia memperhatikan penampilannya di kaca.
Rambut cokelat highlight miliknya dibiarkan terurai ke belakang dengan ujung yang bergelombang. Kulit wajahnya sudah ditutupi dengan foundation, bibir pink itu sudah berwarna merah gelap yang terlihat menggoda.
"Astaga! Ternyata kau punya badan yang bagus!" pekik seorang wanita yang baru saja masuk ke ruangan.
Kesadaran Adeline langsung saja penuh setelah mendengar itu. Dia tersenyum canggung ketika Ena memperhatikan dirinya dari atas sampai ujung kaki.
"Ayo. Mereka pasti sudah menunggu kita," ajak Ena.
***
Tiga wanita yang sudah berpakaian minim, menunjukkan belahan mereka dan kaki jenjang mulus, masuk ke ruangan yang ditempati Chris dan Kendrick. Mereka menundukkan kepala, sesuai dengan apa yang bos mereka sampaikan.
"Aku pergi. Pilih wanita yang menurutmu sesuai," jelas Chris yang lalu berdiri, meninggalkan Kendrick yang masih setia menatap tiga wanita secara bergantian.
Kendrick sudah memakai topeng untuk menyembunyikan identitasnya. Dia tidak mau kalau tiga wanita ini mengenal siapa dirinya, mengingat Kendrick adalah orang terkenal. Mereka bisa saja membuat reputasi Kendrick menjadi rusak. Itulah sebabnya Kendrick menggunakan topeng.
Berdiri, lalu berjalan ke arah tiga wanita itu sambil bersedekap dada. Manik biru Kendrick menatap satu persatu wanita yang sedang menundukkan kepala itu.
Kendrick punya selera yang tinggi. Dia tidak akan membiarkan wanita yang akan menjadi simpanannya ada cacat sekalipun. Langkah kaki yang dibalut oleh sepatu pantofel itu berbunyi, Kendrick berjalan mendekat lagi.
"Keluar," bisiknya pada wanita pertama tepat di telinganya. Tanpa menjawab, wanita itu segera berjalan ke arah luar, meninggalkan mereka dengan satu pertanyaan. Apa kekurangannya?
"Angkat wajah kalian!"
Kedua wanita itu mendongak, menuruti perintah Kendrick. Bisa dirasakan kalau tubuh mereka terasa panas, ternyata pendingin ruangan yang disetel di suhu terendah itu tidak berhasil membuat mereka kedinginan.
Adeline merasa sangat gugup, hanya tersisa dirinya dan juga Ena. Tadinya ia merasa sangat kedinginan dikarenakan pendingin ruangan ini, tapi setelah ia melihat manik biru itu, tidak ada lagi rasa kedinginan, semuanya sudah digantikan oleh rasa gugup dan panas. Aura Kendrick terlalu kuat sekali.
Kendrick meneliti wajah mereka satu-satu. Tidak ada yang salah dari wajah mereka, pasalnya semuanya sesuai dengan kriterianya. Yang ditakutinya adalah bagaimana wajah dua wanita itu tanpa make up. Tapi, setelah Kendrick pikir-pikir, ia tidak membutuhkan wajah, ia lebih membutuhkan badan mereka.
Sepatu pantofel itu bergema lagi, membuat Adeline malah menundukkan kepalanya. Lain halnya dengan Ena, dia masih mengangkat wajahnya.
Langkah kaki Kendrick berhenti di belakang mereka. Ia meneliti bagian belakang sintal mereka. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Kendrick berjalan ke tempatnya semula.
"Kau tinggal disini!" Kendrick menunjuk Adeline yang berada di kanan dengan dagunya. Dia menoleh ke Ena. "Keluar! Panggil bosmu kesini!”
Jantung Adeline terasa berhenti seketika. Badannya sedikit bergetar ketika ujung matanya melihat Ena sudah keluar.
Kendrick memilih duduk di sofa. Kaki kanannya menyilang di kaki kirinya. Matanya terus saja bergerak memperhatikan wajah indah Adeline, turun, sehingga ia bertemu dengan benda kenyal Adeline.
"Sangat pas untuk kugenggam," kata Kendrick dalam hati. Dua benda kenyal yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil itu berhasil membuat Kendrick langsung memutuskan pilihannya. Adeline adalah wanita Kendrick cari selama ini.
Baru kali ini Kendrick memilih wanita sesuai dengan seleranya. Rambut panjang, bibir kissable, hidung mungil, leher jenjang, bagian depan yang padat, putih mulus, kaki jenjang, dan terakhir bagian belakang bulat berisi.
Getaran di badan Adeline semakin lama semakin hebat. Ia tahu kalau sedari tadi Kendrick memperhatikan badannya. Tapi sayang, Adeline tidak bisa menggerakkan tangannya untuk melindungi bagian dadanya. Bahkan suaranya tidak bisa keluar sama sekali. Pesona pria yang sudah membuka topeng itu menguasai diri Adeline.
"Selamat malam, Tuan."
Adeline tahu suara itu! Dia langsung menoleh ke samping! Keberaniannya seketika terkumpul kembali ketika melihat bosnya sudah datang.
"Saya mau wanita ini," jelas Kendrick.
Bos itu mengangguk paham, membuat Adeline membolakan matanya besar. "Baik, Tuan. Tuan bisa membawanya. Saya permisi—"
"Tidak!" potong Adeline sambil menggeleng hebat. "Saya tidak mau!"
Kendrick tersenyum miring. "Seberapa keras pun kau menolak, aku tidak akan pernah melepaskanmu!" jelas Kendrick santai. Dia tidak akan melepaskan Adeline, pasalnya Adeline sudah melihat wajahnya. Melepas Adeline bisa membuatnya merasa terancam.
"Kau pergilah. Urusanku dengan wanita ini belum selesai," perintah Kendrick yang langsung dituruti oleh bos besar itu.
Kendrick berjalan, membuat Adeline merasa was-was. Tangannya bergerak, melindungi dadanya. Ia merutuki pakaian tipis yang digunakannya.
"Aku akan menjadikanmu sebagai wanita simpanan-ku. Tapi sebelum itu, kau harus menandatangani perjanjian di bawah materai ini. Kau dan aku akan saling mendapatkan keuntungan." Kendrick menjelaskan dengan sangat tenang.
Adeline sempat terpaku ketika melihat manik biru Kendrick tapi dengan cepat ia memulihkan kesadarannya. "S—saya tidak mau."
"Aku tidak peduli," sahut Kendrick. Dia mengambil sebuah dokumen yang tidak jauh berada di belakang Adeline. "Tanda tangani ini. Cepat!" sentak Kendrick
Adeline memberanikan dirinya mendongak, menatap wajah Kendrick dengan badannya yang sedikit bergetar.
Terimakasih sudah mau baca. Ayo mari budayakan jadi pembaca yang aktif dengan komen dan beri gem agar penulis semakin semangat up bab. Harga bab itu tergantung jumlah kata, semakin mahal maka jumlah kata semakin banyak. Harap semuanya sudah paham ya. Terima kasih. Enjoy membaca.
Terimakasih sudah mau baca. Ayo mari budayakan jadi pembaca yang aktif dengan komen dan beri gem agar penulis semakin semangat up bab. Harga bab itu tergantung jumlah kata, semakin mahal maka jumlah kata semakin banyak. Harap semuanya sudah paham ya. Terima kasih. Enjoy membaca. Tiap 100 kata dihargai 1 koin.Walaupun terasa sulit, Adeline berusaha membuka suara. "A—aku tidak mau," tolak Adeline dengan bibir yang bergetar. Kendrick menarik satu ujung bibirnya, membentuk sebuah smirk yang sangat menyeramkan. "Aku tidak peduli. Kau harus menandatanganinya!" Adeline menggelengkan kepalanya. "I—ini semua terjadi karena kesalahan. A—aku dijebak oleh bosku," bela Adeline. Kendrick mengangguk. Pura-pura percaya deng
Ayo dong dikomen biar bintangnya nyalaAdeline tersenyum miris ketika melihat pantulan dirinya di kaca yang memuat kepala sampai ujung kakinya. Pakaian yang Kendrick berikan sungguh membuat Adeline merasa hina.Pakaian yang lebih layak dikatakan lingerie itu mencetak belahan gunung kembar Adeline yang bulat. Tidak ada yang menutupi lengan putih mulus Adeline. Pindah ke bawah, paha putih dan kaki jenjangnya terbuka sempurna, bahkan hampir memperlihatkan dalaman Adeline."Hina sekali," ejek Adeline sambil tersenyum kecut. Menggeleng, berusaha memohon kepada air matanya untuk tidak keluar saat ini, pasalnya Kendrick sudah berada di halaman mansion. Kendrick tidak boleh melihat Adeline menangis, ia benci jika Kendrick mengiranya adalah wanita lemah.
"Nyonya."Panggilan itu membuat Adeline sontak tersadar. Ia menarik pandangan ke arah Ana, kepala pembantu di mansion mewah ini sekaligus seorang ibu. Sebenarnya Adeline belum terbiasa dengan panggilan itu, bahkan ia sudah mengatakan untuk tidak memanggilnya nyonya, tapi Ana bersikeras.Karena malas berdebat, akhirnya Adeline membiarkan saja."Kenapa, Ana?" tanya Adeline sambil mendongak. Dia sedang berada di taman samping mansion, melakukan kegiatan favoritnya belakangan ini, yaitu melamun. Miris, tapi mau bagaimana lagi."Dokter keluarga Malik sudah ada di dalam, Nyonya.""Maksudnya?" tanya Adeline tak mengerti. Alis rapi itu menya
"Kita mau kemana, Tuan?" Denio mengeluarkan pertanyaannya sesudah Kendrick masuk ke dalam mobil mewah keluaran terbaru tersebut. Dia menatap Kendrick yang sedang memainkan tablet di kursi penumpang melalui kaca spion tengah.Kendrick yang dipanggil mendongakkan wajah. Wajah Kendrick terlihat benar-benar lelah. "Ke mansion ... yang baru," jelas Kendrick yang lalu memejamkan matanya.Ada banyak mansion yang Kendrick miliki, jadi dia memberikan petunjuk lebih spesifik agar Denio mengerti."Baik, Tuan," sahut Denio yang paham yang lalu memberikan petunjuk ke sopir pribadi Kendrick.Kendrick lelah. Satu harian ini dia terus berada di kantor untuk melakukan meeting dengan berbagai kolega bisnis.&nb
Mohon beri komentarnya ya teman teman.Setelah mencoba meyakinkan dirinya, Adeline kemudian berbalik badan. Mata cokelat terangnya langsung bertabrakan pada seorang wanita cantik.Wanita itu menggunakan sebuah dress dibalut oleh jaket tebal dengan aksen bulu di sekitar lehernya. Rambutnya diikat satu, menunjukkan lehernya yang jenjang."Akhirnya aku bertemu denganmu!" pekiknya sambil menunjukkan senyum lebar, mata wanita itu sampai tak terlihat lagi.Bahkan untuk membalas wanita itu dengan sebuah senyuman sangat sulit untuk dilakukan Adeline. Pikirannya masih menebak siapa wanita yang ada di hadapannya ... sepertinya dia pernah bertemu dengan wanita itu."
Pagi-pagi sekali Adeline sudah berada di balkon dengan segelas air hangat yang berada di tangannya. Saat dia ingin menatap ke bawah, ternyata matanya menemukan sesuatu. Di bawah sana, ada mobil mewah milik Kendrick. Tidak menunggu waktu lama, Kendrick segera keluar dari mobil tersebut.Sambil mengangguk mantap, akhirnya Adeline masuk ke dalam kamarnya. Bersiap sebentar lalu turun ke bawah untuk menyambut kedatangan Kendrick.Adeline boneka Kendrick. Dia harus menuruti semua yang Kendrick katakan. Dia tidak boleh membuat Kendrick marah.Langkah kaki Adeline melambat ketika melihat pria berbadan besar dengan jas yang membalut tubuh, masuk ke dalam mansion. Manik biru itu menyapu semua kondisi mansion, lalu akhirnya jatuh ke manik cokelat Adeline.
Adeline melangkahkan kakinya menuju area taman belakang.Tidak ada yang dia bisa dia lakukan di dalam mansion. Maka dari itu Adeline memutuskan untuk mengunjungi taman belakang sembari menjernihkan matanya karena sudah bosan melihat sosok Kendrick yang ada di dalam mansion.Kaki yang dibalut oleh Hermes oran sandal itu berhenti kala matanya mendapatkan seorang pria besar yang menggunakan setelan jas sedang menatapnya dengan tatapan datar tapi terlihat mengerikan.Adeline kenal orang itu. Dia Denio, sekretaris pribadi Kendrick.Adeline menggerakkan kepalanya, berusaha merilekskan ototnya yang tegang. "Apa yang kau lakukan disini?" tanya Adeline mencoba mencairkan suasana.Denio mene
"Hari ini kau berangkat ke kantor, 'kan?" Adeline yang duduk di kursi menghadap kaca bertanya sembari mengeringkan rambutnya dengan bantuan hair dryer. Sebenarnya dia malas keramas pagi-pagi, tapi mengingat rambutnya yang sudah bercampur dengan keringat hasil kegiatan mereka semalam, membuat Adeline terpaksa melakukannya.Kendrick menarik pandangannya yang sedari tadi memandang luar melalui kaca jendela besar. Dirinya sempat tertegun ketika melihat punggung seksi Adeline dari belakang. Padahal Adeline menggunakan sweater tapi tetap membuat Kendrick bisa membayangkan betapa mulusnya punggung Adeline."Ya," jawab Kendrick. Ia mengangkat cangkir berisi kopi, membawanya masuk, membasahi kerongkongannya.Adeline bernafas lega, setidaknya dia tidak akan sport jantung selama beberapa