KHUSUS 21+ Kendrick Malik adalah pengusaha pria sukses di Amerika. Kekayaan, ketampanan, kekuasaan- semuanya dimilikinya. Hanya ada satu yang belum berhasil Kendrick wujudkan, yaitu kepuasannya di ranjang. Hingga akhirnya ia berhasil menemukan seorang wanita simpanan yang luar biasa cantik dan seksi. Lalu bagaimana kelanjutan hidup mereka? Apalagi disaat Adeline tahu kalau Kendrick adalah seorang duda dan mempunyai sepasang anak yang selalu menunggu kedatangannya di rumah.
Lihat lebih banyakJangan lupa dikasih komentarnya ya buat yang baca! Terima kasih banyak!
Seorang pria berbadan atletis dengan kemeja putih yang menyelimuti tubuhnya sedang mengamati bangunan yang ada di depan matanya. Tangan besarnya masuk ke dalam kantong celana blazer, celana mahal berwarna hitam itu sedikit mencetak paha berototnya yang seksi. Embusan nafas panjang keluar dari hidungnya yang tinggi.
"Kendrick," panggil seorang pria yang baru saja keluar dari bangunan itu.
Kendrick Malik adalah nama dari pemilik badan atletis tersebut. Orang-orang yang ingin masuk bangunan itu sempat terhipnotis ketika berpapasan dengan Kendrick. Tidak ada orang yang bisa pergi begitu saja ketika melihat pesona Kendrick. Rahangnya yang tegas, alis tebal berwarna hitam terpahat sempurna, warna biru tercipta jelas di maniknya, dan bibir kissable bahkan dimiliki juga oleh pria itu.
"Kenapa tidak masuk?" tanya pria itu, Chris. Dia memakai setelan yang sama seperti Kendrick, tetapi Kendrick tetap menjadi pemenang jika mereka disandingkan.
"Aku pulang saja," katanya dengan nada datar, tak lupa dengan tatapan tajam.
Chris menghela nafasnya. "Tidak ada kata pulang! Aku percaya kalau kau akan mendapatkan wanita yang kau inginkan di klub ini! Hasratmu akan terpenuhi! Percaya padaku!"
Bangunan yang ditatap Kendrick selama setengah jam itu adalah sebuah klub mewah.
"Baiklah," sahut Kendrick setelah berpikir beberapa saat, membuat Chris tersenyum tipis.
Akhirnya Kendrick mau menerima tawaran yang ia berikan. Chris tidak mau sahabatnya ini menjadi gila karena hasratnya tidak bisa disalurkan entah sudah berapa lama.
***
"Kapan wanita-wanita itu akan datang?" tanya Kendrick setelah mereka duduk di sebuah ruangan tertutup. Kepulan asap terlihat jelas di langit-langit karena ulah Kendrick dan Chris.
"Sebentar lagi. Aku sudah menyiapkan tiga wanita yang bisa kau pilih."
"Apa aku pantas melakukannya?" tanya Kendrick yang masih bimbang.
Chris mengangguk mantap. "Tentu. Jangan biarkan kau tersiksa seperti ini. Sudah cukup kau menahannya selama enam tahun pernikahanmu. Lagipula kau sudah bebas tiga bulan belakangan ini, tidak ada lagi yang harus kau jaga."
Kendrick mengangguk singkat. Apa yang Chris katakan memang benar.
"Selamat malam, Tuan." Suara seorang pria buncit terdengar setelah ia masuk ke ruangan itu. Ia menunduk hormat kepada dua pria tampan yang sedang duduk dengan minuman mahal di meja.
"Bagaimana? Apa semuanya sudah siap?" tanya Chris.
"Sudah, Tuan. Sebentar lagi mereka akan datang kesini. Kalau begitu saya pamit keluar dulu, Tuan."
Kendrick hanya memperhatikan mereka saja. Ia tidak berniat menimpali percakapan mereka, karena ia tahu kalau Chris sudah berpengalaman dalam bidang ini.
***
"Adeline!"
Adeline yang merasa namanya disebut lalu membalikkan badannya. Ia sempat terkejut lalu dengan cepat menunduk sopan. Pria buncit yang tak lain adalah bosnya di klub mewah ini.
"Pergi sekarang ke ruang ganti pakaian. Kau harus ikut bersama dengan wanita-wanita bayaran."
Perintah pria buncit itu sukses membuat kepala Adeline mendongak. Manik cokelat Adeline membola, terkejut dengan perkataan bos. Ia tahu siapa dan apa pekerjaan para wanita bayaran itu.
"Tapi, Sir, saya sudah bilang kalau saya hanya bekerja sebagai bartender saja di sini. Saya tidak ada niatan untuk menjadi mereka," jelas Adeline sopan. Ia kemudian memilin ujung kemejanya, merasa takut dengan tatapan bos.
"Saya tahu. Tapi kita kekurangan satu wanita lagi dan hanya kau yang layak. Saya tahu betul kalau mereka tidak akan memilihmu. Ini hanya sebagai formalitas saja."
Adeline menelan salivanya dalam. Walau hanya formalitas, tapi hatinya tidak merasa nyaman. Sesaat ingin menolak, suara boss itu keluar.
"Cepatlah, Adeline! Kalau mereka marah, klub ini akan jadi taruhannya! Apa kau mau klub ini ditutup dan kau kehilangan pekerjaanmu?"
"Tidak, Sir," seru Adeline cepat sambil menggelengkan kepalanya.
"Kalau begitu, sekarang pergilah. Kalau pekerjaan ini berhasil, saya akan memberikanmu bonus."
"Bonus?" kata Adeline dalam hati. Sejenak ia berpikir dalam hati, hingga akhirnya ia menerima perintah bosnya walau masih ada yang terasa menjanggal.
Adeline sangat butuh banyak uang untuk saat ini. Ia harus melunasi hutang-hutangnya kepada keluarganya.
***
'Deg'
Detak jantung Adeline berdegup kencang di dalam sana ketika ia memperhatikan penampilannya di kaca.
Rambut cokelat highlight miliknya dibiarkan terurai ke belakang dengan ujung yang bergelombang. Kulit wajahnya sudah ditutupi dengan foundation, bibir pink itu sudah berwarna merah gelap yang terlihat menggoda.
"Astaga! Ternyata kau punya badan yang bagus!" pekik seorang wanita yang baru saja masuk ke ruangan.
Kesadaran Adeline langsung saja penuh setelah mendengar itu. Dia tersenyum canggung ketika Ena memperhatikan dirinya dari atas sampai ujung kaki.
"Ayo. Mereka pasti sudah menunggu kita," ajak Ena.
***
Tiga wanita yang sudah berpakaian minim, menunjukkan belahan mereka dan kaki jenjang mulus, masuk ke ruangan yang ditempati Chris dan Kendrick. Mereka menundukkan kepala, sesuai dengan apa yang bos mereka sampaikan.
"Aku pergi. Pilih wanita yang menurutmu sesuai," jelas Chris yang lalu berdiri, meninggalkan Kendrick yang masih setia menatap tiga wanita secara bergantian.
Kendrick sudah memakai topeng untuk menyembunyikan identitasnya. Dia tidak mau kalau tiga wanita ini mengenal siapa dirinya, mengingat Kendrick adalah orang terkenal. Mereka bisa saja membuat reputasi Kendrick menjadi rusak. Itulah sebabnya Kendrick menggunakan topeng.
Berdiri, lalu berjalan ke arah tiga wanita itu sambil bersedekap dada. Manik biru Kendrick menatap satu persatu wanita yang sedang menundukkan kepala itu.
Kendrick punya selera yang tinggi. Dia tidak akan membiarkan wanita yang akan menjadi simpanannya ada cacat sekalipun. Langkah kaki yang dibalut oleh sepatu pantofel itu berbunyi, Kendrick berjalan mendekat lagi.
"Keluar," bisiknya pada wanita pertama tepat di telinganya. Tanpa menjawab, wanita itu segera berjalan ke arah luar, meninggalkan mereka dengan satu pertanyaan. Apa kekurangannya?
"Angkat wajah kalian!"
Kedua wanita itu mendongak, menuruti perintah Kendrick. Bisa dirasakan kalau tubuh mereka terasa panas, ternyata pendingin ruangan yang disetel di suhu terendah itu tidak berhasil membuat mereka kedinginan.
Adeline merasa sangat gugup, hanya tersisa dirinya dan juga Ena. Tadinya ia merasa sangat kedinginan dikarenakan pendingin ruangan ini, tapi setelah ia melihat manik biru itu, tidak ada lagi rasa kedinginan, semuanya sudah digantikan oleh rasa gugup dan panas. Aura Kendrick terlalu kuat sekali.
Kendrick meneliti wajah mereka satu-satu. Tidak ada yang salah dari wajah mereka, pasalnya semuanya sesuai dengan kriterianya. Yang ditakutinya adalah bagaimana wajah dua wanita itu tanpa make up. Tapi, setelah Kendrick pikir-pikir, ia tidak membutuhkan wajah, ia lebih membutuhkan badan mereka.
Sepatu pantofel itu bergema lagi, membuat Adeline malah menundukkan kepalanya. Lain halnya dengan Ena, dia masih mengangkat wajahnya.
Langkah kaki Kendrick berhenti di belakang mereka. Ia meneliti bagian belakang sintal mereka. Setelah beberapa saat berpikir, akhirnya Kendrick berjalan ke tempatnya semula.
"Kau tinggal disini!" Kendrick menunjuk Adeline yang berada di kanan dengan dagunya. Dia menoleh ke Ena. "Keluar! Panggil bosmu kesini!”
Jantung Adeline terasa berhenti seketika. Badannya sedikit bergetar ketika ujung matanya melihat Ena sudah keluar.
Kendrick memilih duduk di sofa. Kaki kanannya menyilang di kaki kirinya. Matanya terus saja bergerak memperhatikan wajah indah Adeline, turun, sehingga ia bertemu dengan benda kenyal Adeline.
"Sangat pas untuk kugenggam," kata Kendrick dalam hati. Dua benda kenyal yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil itu berhasil membuat Kendrick langsung memutuskan pilihannya. Adeline adalah wanita Kendrick cari selama ini.
Baru kali ini Kendrick memilih wanita sesuai dengan seleranya. Rambut panjang, bibir kissable, hidung mungil, leher jenjang, bagian depan yang padat, putih mulus, kaki jenjang, dan terakhir bagian belakang bulat berisi.
Getaran di badan Adeline semakin lama semakin hebat. Ia tahu kalau sedari tadi Kendrick memperhatikan badannya. Tapi sayang, Adeline tidak bisa menggerakkan tangannya untuk melindungi bagian dadanya. Bahkan suaranya tidak bisa keluar sama sekali. Pesona pria yang sudah membuka topeng itu menguasai diri Adeline.
"Selamat malam, Tuan."
Adeline tahu suara itu! Dia langsung menoleh ke samping! Keberaniannya seketika terkumpul kembali ketika melihat bosnya sudah datang.
"Saya mau wanita ini," jelas Kendrick.
Bos itu mengangguk paham, membuat Adeline membolakan matanya besar. "Baik, Tuan. Tuan bisa membawanya. Saya permisi—"
"Tidak!" potong Adeline sambil menggeleng hebat. "Saya tidak mau!"
Kendrick tersenyum miring. "Seberapa keras pun kau menolak, aku tidak akan pernah melepaskanmu!" jelas Kendrick santai. Dia tidak akan melepaskan Adeline, pasalnya Adeline sudah melihat wajahnya. Melepas Adeline bisa membuatnya merasa terancam.
"Kau pergilah. Urusanku dengan wanita ini belum selesai," perintah Kendrick yang langsung dituruti oleh bos besar itu.
Kendrick berjalan, membuat Adeline merasa was-was. Tangannya bergerak, melindungi dadanya. Ia merutuki pakaian tipis yang digunakannya.
"Aku akan menjadikanmu sebagai wanita simpanan-ku. Tapi sebelum itu, kau harus menandatangani perjanjian di bawah materai ini. Kau dan aku akan saling mendapatkan keuntungan." Kendrick menjelaskan dengan sangat tenang.
Adeline sempat terpaku ketika melihat manik biru Kendrick tapi dengan cepat ia memulihkan kesadarannya. "S—saya tidak mau."
"Aku tidak peduli," sahut Kendrick. Dia mengambil sebuah dokumen yang tidak jauh berada di belakang Adeline. "Tanda tangani ini. Cepat!" sentak Kendrick
Adeline memberanikan dirinya mendongak, menatap wajah Kendrick dengan badannya yang sedikit bergetar.
Tubuh pria itu kian mengeras seperti batu. Sungguh, Kendrick baru menyadari kalau saat ini mereka ada di makam Katrin.Kendrick tak berbohong kali ini. Awalnya, ia kira mereka sedang berziarah ke sebuah makam keluarga pria itu, makanya dia tak melirik batu nisan itu di awal.“Kenapa kau terdiam, Kendrick?” tanya Adeline. Menarik kerah mantel pria itu sehingga mata mereka kembali bertemu. “Ayo, jawab aku! Apa kau tidak punya jawaban? Apa kau tidak bisa berbohong untuk yang kesekian kalinya lagi? Jawab!” bentak Adeline hebat.Meskipun pria itu sedang dilanda rasa terkejut, mimik wajahnya tetap tidak menunjukkan itu. Malah terkesan sangat santai. Yang berhasil membuat emosi Adeline semakin mendidih.
Gustav mengernyitkan alisnya kala mendapati ada sebuah bayangan yang kini menutupi cahaya yang menerangi punggung bagian belakangnya hingga Adeline. Merasa penasaran, kepala pria itu berputar 180 derajat ke arah belakang, diikuti dengan sebagian tubuhnya. Dan kini, tubuh pria itu mematung kala matanya menatap netra biru yang sangat dingin.Adeline— yang posisinya tepat di seberang Gustav— juga menyadari ada sesuatu yang janggal. Perlahan namun pasti, juga dengan detak jantung yang kencang— wanita itu mendongakkan wajahnya. Mata dan bibir wanita itu terbuka lebar kala melihat seorang pria tengah menarik pandangan dari arah Gustav ke dirinya.“Kendrick.” Adeline menggumam kaget. Tanpa sadar, dia berdiri dari tempat semula. Tatapan yang Kendrick layangkan, seakan dapat membuat tubuhnya terasa sa
Dalam perjalanan, sebenarnya Gustav sudah ingin memberitahukan dimana alamat itu berada. Namun karena melihat reaksi Adeline yang sungguh semangat, itu membuatnya mengurungkan niat untuk menjelaskan apa yang terjadi.Gustav tidak ingin membuat ekspresi bahagia di wajah itu luntur begitu saja. Namun, ketika mereka sudah sampai, Adeline pasti akan berada dalam tahap itu. Sungguh, Gustav sangat dilema sekali.Beberapa menit berlalu, akhirnya mobil itu berjalan melambat. Menandakan kalau sebentar lagi mereka akan sampai di tempat yang dituju.Adeline kerap kali memutar kepalanya ke kiri dan kanan. Seakan sedang mencari-cari namun sayangnya tak menemukan apa yang ia cari. Dengan penuh perasaan campur aduk, wanita itu melirik ke samping, ke arah Gustav. “Ap
Adeline meringis pelan. Dia terus berjalan dengan menatap ke arah samping. Sungguh merasa tidak enak.“Aku pasti sudah sangat mengecewakanmu.”Ucapan Adeline, membuat Gustav sontak memberhentikan langkahnya. Memutar kepalanya ke samping, menatap Adeline dengan alis yang menyatu bingung. “Mengecewakan?” tanyanya.Adeline mengangguk pelan. Ketika ia hendak menjelaskan, Gustav segera berbicara lebih dahulu.“Oh, aku paham. Soal permintaanku tadi di dalam?” Gustav bertanya dengan alis yang naik ke atas, juga telunjuk yang menunjuk ke belakang. Melihat Adeline yang mengangguk lagi, Gustav pun terkekeh ramah. “Astaga, Adeline, tidak perlu merasa seperti itu. Aku
“Maaf.”Satu kata itu membuat Adeline menoleh ke sebelah. “Tidak masalah.”Gustav mengembuskan napas. Dirinya merasa tidak enak sama sekali. “Aku sungguh bersalah. Ehm ... aku punya kenalan, dia seorang pria juga, kau mau bersamanya untuk mencari Katrin?” tanya Gustav, memberikan saran.Adeline terlihat berpikir. Sebenarnya, dia membutuhkan informasi mengenai Katrin dengan sangat cepat. Namun dengan tawaran itu, itu sama saja semakin merepotkan Gustav.“Tidak perlu. Aku maklum. Malah, aku yang merepotkanmu. Seharusnya tadi, kau meninggalkanku saja di restoran. Biar aku saja yang mencari keberadaan Katrin.”
Adeline tak mengerti kenapa dia bisa sepercaya ini pada seseorang yang baru ia kenal. Bahkan, kini dia sudah masuk ke dalam apartemen pria itu untuk menunggu sang pemilik apartemen bersiap.Wanita itu mencoba untuk menarik kesimpulan sendiri. Mungkin saja dikarenakan Adeline sudah sangat pasrah dan tidak tahu harus mencari kemana Katrin, makanya dia menerima tawaran yang diberikan oleh Gustav .... Ya, itu adalah alasan yang paling masuk akal.“Maaf. Kau jadi lama menungguku.”Suara berat dan harum parfum maskulin itu masuk ke indra pendengaran dan penciuman Adeline. Wanita itu sontak menoleh ke sumber suara.Di depan sana, sudah ada Gustav yang penampilannya jauh berbeda dari sebelumnya
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen