Share

My Boss
My Boss
Penulis: Rahayu avilia

Bab 1

"Kamu memang selalu bisa membuatku terpesona, Jimmy." ucap seorang gadis yang kini ada di belakang dan melingkarkan tangannya di leher Jimmy. Ia meraba rahang kokoh Jimmy dan turun menelusuri leher hingga kini ke arah dada bidang lelaki itu. Sambil memainkan jari telunjuknya membentuk pola abstrak di dada bidang Jimmy. Sepertinya gadis itu sudah terbiasa melakukan hal itu pada Jimmy, sehingga tak ada penolakan dari Jimmy.

Walau tidak menolak namun juga tak ada reaksi dari Jimmy, lelaki itu masih asyik dengan keyboard di depannya. Pandangan matanya masih terfokus pada layar komputer yang masih menyala. Sepertinya cuma pekerjaan yang bisa membuat Jimmy tertarik, dari pada harus membalas perlakuan gadis cantik yang berusaha menggodanya kali ini. 

Saat terdengar ketukan pintu, dengan gerakan cepat Jimmy memutar kursinya dan menarik pinggang gadis cantik yang sejak tadi terus merayu itu untuk duduk di atas pangkuannya. Tangan Jimmy mulai bekerja, meraba paha gadis itu yang memang memakai rok pendek di atas lutut dengan gerakan sensual menggoda. Bahkan Jimmy menelusupkan kepalanya di ceruk leher gadis itu untuk memberikan kecupan-kecupan kecil. Sehingga membuat gadis yang ada di pangkuan Jimmy tersenyum bahagia.

Seperti mendapatkan apa yang dia inginkan, gadis muda yang kini ada di pangkuan Jimmy menikmati setiap gerakan yang Jimmy berikan. Bahkan gadis itu memberikan akses kepada Jimmy untuk melakukan yang lebih dari sekedar kecupan. Gadis itu menggigit bibir bawahnya agar terlihat semakin seksi dan menggoda di mata Jimmy.

"Ma-maaf Pak," ucap seorang wanita yang tadi mengetuk pintu sebelum memasuki ruangan Jimmy. Ia merasa tak enak hati melihat kegiatan bos-nya yang sedang asyik bercumbu dengan seorang gadis di ruangannya, bahkan wanita itu merasa kegiatan sang bos pasti terganggu dengan kehadirannya. Ia pun bersiap untuk balik badan dan kembali keluar dari ruangan. Menuju ke meja kerjanya, mungkin sebaiknya ia kembali setelah bos-nya selesai dengan kesibukannya. Pikir wanita itu. 

"Erika, tunggu!" panggil Jimmy. 

"Bawa dokumen itu kemari!" perintah Jimmy dengan nada suara penuh penekanan dan tatapan mata dingin menusuk kearah sekertarisnya yang sudah bersiap kembali keluar dari ruangannya. Melihat Erika sekertarisnya ingin keluar dari tempat itu, membuat Jimmy seakan tidak rela. Sorot mata tajam mengintimidasi yang ia berikan pada Erika, membuat Erika tidak bisa berbuat apa-apa selain menurut.

Merasa namanya dipanggil, Erika mau tak mau kembali berbalik badan dan mulai berjalan mendekat menuju kearah meja kerja Jimmy. Setelah menyerahkan dokumen itu, ia berniat untuk segera keluar. Pikirnya. Karena Erika benar-benar tidak nyaman melihat pemandangan akan kemesraan Jimmy dengan wanita-nya.

Tanpa berniat merubah posisi, Jimmy dengan wajah dingin andalannya mengambil dokumen yang di sodorkan Erika kepadanya. Ekspresi tenang yang Jimmy tampilkan, membuat Erika yakin jika hal seperti ini sudah biasa ia lakukan. Yaitu bermesraan dengan seorang gadis di ruangan kerjanya.

Terlihat tatapan kekesalan dari wajah gadis yang masih ada di pangkuan Jimmy. Ia tak segan-segan melempar tatapan tidak sukanya kepada Erika. Karena bagi gadis itu, Erika sudah mengganggu kesenangannya bersama dengan Jimmy yang mungkin jika di lanjutkan akan berakhir di atas ranjang kamar pribadi Jimmy yang ada di kantornya.

Erika lebih memilih menundukkan kepalanya dari pada harus bertatap muka dengan sang bos atau pun gadis itu. Walaupun ini bukan pertama kalinya Erika mendengar jika Jimmy sering berganti pasangan, dan berkelakuan seperti itu di kantor. Tapi untuk melihat secara langsung seperti saat ini, itu sungguh sangat memalukan bagi Erika. 

Setelah selesai menandatangani dokumen pemberian Erika, Jimmy mengembalikannya kepada Erika. Sekilas Jimmy melirik Erika yang masih tertunduk dan tak melihatnya. Bahkan setelah menerima dokumen dari tangan Jimmy sekalipun, Erika hanya membungkuk kemudian berlalu keluar ruangan. Seperti tidak terjadi apa-apa. Tapi entah kenapa itu justru membuat Jimmy seperti kehilangan sesuatu. 

Jimmy menatap punggung Erika, sebelum akhirnya Erika benar-benar hilang dari pandangannya. Seakan tersadar akan sesuatu, Jimmy melepaskan pelukannya pada gadis yang masih setia berada di pangkuannya itu. 

Seorang gadis cantik yang dengan tak tahu malunya memainkan jari jemarinya di atas dada bidang Jimmy, berusaha membuat perhatian Jimmy teralihkan dari pekerjaan dan melirik kepadanya. Benar-benar seorang gadis penggoda yang begitu mahir akan tugasnya.

"Lepaskan tanganmu, Monika!" perintah Jimmy dengan nada penuh penekanan. Sambil memegang pergelangan tangan Monika untuk menghentikan kegiatannya yang sudah semakin liar. 

Gadis yang ternyata bernama Monika itu mengerjapkan matanya bingung. "Bukankah tadi kamu sangat menyukainya, Jimmy?" Monika berusaha merayu Jimmy dengan nada menggoda. 

Tak ada jawaban dari Jimmy selain tatapan mata tajamnya ke arah Monika sebagai tanda peringatan agar Monika tidak melanjutkan aktifitasnya. Monika pun memilih beranjak dari pangkuan Jimmy karena ia tak ingin membuat Jimmy marah kepadanya. Lalu ia berjalan menuju ke sofa.

"Kamu sekarang sudah nggak asyik lagi, Jimmy. Kamu sudah berubah. Padahal dulu kamu tidak bisa jauh dariku." ucap Monika yang kini mulai mendudukkan tubuhnya di atas sofa.

"Pergilah! Aku sedang sibuk dengan pekerjaanku, dan sebaiknya kamu jangan menggangguku untuk saat seperti ini." perintah Jimmy.

"Aku tak akan pergi kemana-mana, aku akan menunggumu, sayang. Dan tenang saja, aku tak akan menggangu lagi. Aku akan membaca beberapa buku di sana sambil menunggumu selesai dengan pekerjaanmu." jawab Monika sambil mengedipkan sebelah matanya.

Jengah dengan ulah Monika, kini Jimmy lebih memilih untuk kembali menyelesaikan pekerjaannya. Dengan harapan agar ia bisa pulang kerja lebih awal. Entah kenapa kali ini Jimmy ingin segera pulang setelah selesai dengan urusan kantornya. Dan untuk Monika? Jimmy tidak akan peduli lagi apa yang akan di lakukan gadis itu. Baginya ia lebih tertarik melihat suasana apartemennya ketimbang menemani Monika bermain. Suasana apartemen yang sudah beberapa hari tidak ia lihat bagaimana isinya.

*****

Erika baru saja memasuki apartemen yang ia tempati belakangan ini. Baru saja memasuki apartemen tersebut, entah kenapa perutnya sudah di sambut aroma pewangi ruangan yang membuatnya mual. Padahal Erika tak pernah mengganti aroma pewangi itu dengan yang baru, "Kenapa aroma pewangi ruangan ini jadi gini sih?" gerutunya. 

Ia pun menutup mulutnya memakai telapak tangannya kemudian berjalan cepat menuju ke kamarnya. Karena Erika sudah benar-benar tak tahan dengan aroma pewangi yang menurutnya sangat menyengat itu.

Setelah sampai di kamarnya, Erika meletakkan tasnya di atas meja yang biasa ia pakai jika ada pekerjaan yang perlu ia kerjakan di rumah. Atau pun ia memakainya untuk mengetik novel dari laptopnya. Ya benar, selain bekerja sebagai sekertaris di kantor Jimmy, pekerjaan sampingannya adalah menjadi penulis novel online. Setidaknya dengan begitu ia tidak merasa kesepian berada di apartemen mewah ini sendirian. Dan lagi ia mendapatkan gaji yang lumayan dari jerih payahnya tersebut.

Setelah membersihkan diri, dan sudah berganti baju piyama Doraemon kesukaannya. Erika mengambil laptop dan membukanya sambil duduk bersandar di tepi ranjang. Ia mulai menjelajah membuka aplikasi novel online untuk sekedar membaca komen dari para pembaca setianya.

Sudut bibir Erika terangkat saat ia mulai membaca komen satu persatu dari bab terakhir yang ia update kemarin malam. "Komen kalian sungguh membuatku jadi bersemangat untuk ngetik lagi." gumam Erika sambil tersenyum. 

Erika pun memasang headset di telinganya. Jari-jemarinya lincah berselancar di atas keyboard laptop miliknya untuk membalas komen para reader. Saat asyik dengan balasan komentar yang ia berikan, tiba-tiba saja terlintas bayangan Jimmy bermesraan dengan gadis tadi di kantor. "Kenapa masih saja terasa nyeri? Padahal itu sudah biasa ia lakukan di depanku." gumam Erika yang matanya mulai berkaca-kaca siap untuk menangis. 

"Walah, walah, kenapa aku jadi cengeng gini sih?" Erika menggelengkan kepalanya untuk menepis perasaan sesak di dalam dadanya. Ia menghapus air mata yang sudah berada di pelupuk matanya dengan menggunakan ibu jari. 

"Fokus Erika, fokus!" 

Erika menyemangati dirinya sendiri. Setelah menghela nafas, Erika pun mulai melanjutkan tulisannya agar ia bisa update malam ini. Dan tanpa ia sadari apa yang Erika lihat tadi siang seakan menjadi inspirasi baginya untuk kelanjutan novelnya.

Mungkin ia terlalu menghayati isi dari tulisannya, atau mungkin ia masih terbawa perasaan saat melihat bosnya sedang bermesraan di kantor tadi siang. Yang jelas kini Erika merasa sedih dan merasa begitu sesak menyusup ke dalam dadanya. 

"Aku tidak boleh mempunyai perasaan apapun pada pak Jimmy. Walaupun ia seniorku di kampus dulu. Aku harus tahu diri, posisinya saat ini sudah berbeda dengan yang dulu." gumam Erika memperingati dirinya sendiri supaya tidak jatuh hati pada pesona Jimmy yang memang sangat tampan. 

"Erika! Apa kamu ada di dalam?" teriak seseorang dari luar kamarnya. Dan Erika tahu betul itu suara siapa. 

Dengan segera Erika melepas headset dari telinganya, dan menutup laptopnya. Ia beranjak dari kasur dan berlari menuju ke pintu kamar untuk membukanya. "I-iya." jawab Erika sambil tertunduk tak berani melihat orang yang baru saja memanggilnya. 

"Aku lapar, buatkan sesuatu untukku!" perintah orang itu kemudian berlalu pergi begitu saja tanpa melihat bagaimana wajah Erika.

Erika menghela napas lega, ia menatap punggung orang itu yang sudah berjalan menuju ke kamarnya. "Tumben mas Jimmy pulang kemari?" gumam Erika penuh tanya. "Semoga saja ini bukan pertanda buruk untukku."

Bersambung ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status