Share

BAB 1. Mansion Patibrata

Vanila adalah nama panggung Kyra. Ia sengaja menyembunyikan identitasnya sebagai putri kedua dari keluarga konglomerat Patibrata. Kyra ingin menjadi aktris terkenal berkat usaha dan kerja kerasnya sendiri, bukan karena dia adalah Patibrata.

Sama seperti wanita kebanyakan, Kyra mengidolakan Asoka. Ia bahkan mengelola blog khusus untuk para penggemar Asoka yang disebut Sokkers. Kyra juga rutin menghadiri acara yang diadakan oleh pihak manajemen Asoka, berupa meet and greet, konser tunggal, maupun ketika promosi film terbarunya. Kyra akan dengan senang hati mengambil foto Asoka dalam berbagai pose, mengeditnya, dan kemudian ia upload di blog. Sekitar ratusan ribu orang sudah mengikuti blog milik Kyra. 

Selain menjadi fans garis keras Asoka, Kyra juga belajar akting di kelas khusus sejak ia masih SMP. Cita-citanya adalah menjadi pemain film terkenal seperti Asoka dan Videlia. Di usianya yang kini menginjak dua puluh tiga tahun, Kyra sudah membintangi belasan judul mini drama maupun film, sebagai pemain figuran. Ia hanya mendapat peran untuk tiga hingga tujuh adegan, dan seringnya tidak mempunyai dialog langsung dengan pemeran utama. 

Dengan kerja kerasnya selama bertahun-tahun, Kyra akhirnya berhasil masuk ke agensi KI entertainment, yang juga menaungi Asoka sebagai aktornya.

Kyra, merasa sangat beruntung hingga dadanya mau pecah. Dan Kyra juga bangga karena masuk ke KI dengan usahanya sendiri, bukan karena dia adalah Patibrata. Kyra menyukai kehidupan di mana orang-orang tak menganggapnya seperti seorang putri dari keluarga kaya raya. 

"Nanti malam kita nongki yuk," ajak Bianca, sahabat Kyra yang dulu juga pernah sekolah akting bersama Kyra, tetapi kini memilih untuk melanjutkan bisnis keluarganya. Mereka sedang berada di lobi gedung tempat Bianca bekerja. "Gue bosen banget karena tiap hari dimarahin terus sama Papa. Padahal dia yang maksa gue di posisi general manajer. Tapi pas kerjaan gue salah dikit, langsung diomelin dari Sabang sampai Merauke." 

Kyra menepuk bahu Bianca dan tertawa renyah. "Gue turut berduka cita, Bi. Tapi sorry, nanti gue ada makan malam keluarga." 

"Nggak asik lo!" Bibir Bianca setengah mengerucut. "Padahal gue mau mabok ntar malem. Kalau nggak ada lo, siapa yang nganterin gue pulang, coba?" 

"Robin?" Kyra justru balik bertanya. "Ajak Robin aja. Dia keliatan kayak anak baik." 

Bianca memutar bola matanya malas. "Yang bener aja sih Ra. Lo mau gue masuk ke kandang buaya?" 

Kening Kyra berkerut samar. "Emangnya kenapa? Robin keliatan kayak anak baik kok." 

"Ya Lord, kenapa lo masih polos aja sih?" Bianca berkacak pinggang. Kemudian geleng-geleng kepala. "Nggak semua cowok di dunia ini kayak Asoka, idola lo yang tampan, memesona, dan baik hati kayak malaikat itu. Robin adalah anak kaya songong yang suka nanam benih di mana-mana." 

"Oh ya?" balas Kyra ringan. "Keluarga Robin dulunya pernah jadi petani?" 

Bianca menghentakkan kaki. "Bodo amat Ra. Bodo! Makanya kalau ada party itu ikutan. Jangan sekolah dan belajar mulu. Lima tahun tahu jadi aktris tapi perannya figuran mulu. Enggak bosen apa? Mending juga ngurus salah satu cabang Patibrata. Udah ketahuan duit ngalir terus kayak mata air pegunungan." 

Kyra cuma bisa mendesah mendengar kalimat Bianca yang nyaris tidak bisa dipotong. Ia tadi cuma bercanda soal Robin. Sudah jadi rahasia umum kalau anak pemilik tambang batu bara itu adalah playboy kelas kakap. Tak ia kita reaksi Bianca akan berlebihan begini. 

"Gue mau pulang dulu. Nanti telat bisa diamuk kakek," kata Kyra akhirnya, kemudian melambaikan tangan pada Bianca, yang dibalas dengan tatapan kesal. Tetapi, Kyra tak peduli. 

Pada tahun ini, ibukota Republik Indonesia yang diberi nama kota Garuda, sudah dipindahkan, tepatnya di pulau Kalimantan. Gedung-gedung tinggi menjulang, lampu berkelap-kelip dan kota terasa hidup dua puluh empat jam. Berkat pemerintah yang mulai mengucurkan banyak dana di bidang perfilman lima belas tahun lalu, kini hasilnya sudah berhasil didapatkan. Kota Garuda tak ubahnya seperti Seoul, tetapi dengan banyak pepohonan yang tak kalah dari jumlah gedung. Budaya lokal khas Indonesia bahkan sudah terkenal hingga mancanegara berkat karya dan kerja keras para seniman. Bahkan Bali dan Raja Ampat harus membatasi jumlah pengunjungnya setiap tahun karena sering terjadi lonjakan.

Kyra memasuki mobilnya dan mulai membelah malam Garuda. Penghuni kota ini, kebanyakan adalah pendatang dari berbagai kota di Indonesia, dan mereka sudah terbiasa menggunakan moda transportasi MRT ketimbang naik mobil pribadi. Pajak mobil pribadi juga sangat tinggi per tahunnya. Karena itulah, jalanan tak terlalu ramai oleh kendaraan.

Makan malam kali ini, sebenarnya Kyra malas sekali untuk mengikuti. Tetapi, ia tak punya pilihan lain selama ia masih tinggal di mansion milik keluarga Patibrata. Kyra tak punya banyak uang untuk membayar sewa apartemen. Ayah bahkan mengambil semua fasilitas yang ia miliki sebagai putri Patibrata, kecuali mobil, hanya karena Kyra tak mau kuliah dan memilih fokus pada impiannya menjadi aktris. 

Kyra... benar-benar sudah muak dengan hidupnya. 

****

"Kyra, apa kamu sudah memutuskan untuk mengambil jurusan kuliahmu?" Ayah bertanya tepat ketika Kyra meletakkan sendok peraknya dan mengelap bibir dengan serbet. 

Di ruang makan super megah ini, dengan banyak hidangan menggugah selera, duduk saling berhadapan anggota keluarga Patibrata. Tepat di sebelah Ayah, adalah kakak sulung Kyra yang bernama Ayudia Citra Patibrata, sementara di depannya, ada Kakek Pedro. Kyra sendiri berhadapan dengan adik bungsunya, Eiji Aezar Patibrata. 

"Bukannya Ayah udah punya Kak Ayudia sebagai pewaris? Kenapa masih perlu aku?" kata Kyra setelah hening beberapa lama. "Aku masih dengan keputusan awalku, ingin jadi aktris." 

Impian Kyra, adalah menjadi tokoh utama perempuan di drama yang dibintangi Asoka, sosok idola yang begitu ia kagumi. Asoka adalah wujud kesempurnaan. Ia mempunyai paras rupawan, sepasang bola mata yang menyorot teduh dan ramah, serta senyuman yang menyegarkan seperti embun pagi. Asoka adalah aktor berusia dua puluh delapan tahun yang memiliki kharisma seorang bintang. Sederet penghargaan bergengsi sudah berhasil ia kantongi. 

Bimasena menggebrak meja dan menatap sang putri tajam. "Jangan buang-buang waktu berhargamu, Kyra. Ayah sudah berkompromi sama kamu lima tahun terakhir. Tapi apa yang kamu dapat? Hanya peran kecil dengan gaji tak seberapa? Kamu tidak akan sukses menjadi aktris, Kyra. Contoh kakakmu yang sudah mencapai posisi general manajer dengan kerja kerasnya sendiri. Berhentilah dan mulai kuliah! Ayah ingin kamu memegang beberapa anak perusahaan Patibrata."

"Tapi ini hidup Kyra, Ayah. Kyra yang menjalaninya, bukan Ayah. Jadi berhentilah buat menyetir hidup Kyra," balas Kyra tegas, masih berusaha mengontrol emosi. "Aku akhirnya berhasil masik KI entertainment setelah empat tahun. Tolong, kasih aku kesempatan, Ayah." 

Terkadang, Kyra ingin menjadi Ayudia yang segala keinginannya selalu dipenuhi Ayah. Ayudia yang selalu menjadi kebanggaan Ayah untuk dipamerkan ke semua orang. Kyra juga ingin menjadi Aezar, yang bebas bermain sepuasnya karena ia masih SMA. Jika saja Bunda masih hidup, Bunda pasti akan mendukung segala keputusan Kyra. Bahkan dulu Bunda sendiri yang mendaftarkan Kyra ke kelas akting. 

Bimasena menggeleng tegas. "Ayah sudah daftarkan kamu masuk kuliah, bulan depan sudah mulai ospek. Jika kamu masih mangkir, tidak usah tinggal di rumah ini, Kyra." 

"Apa itu tidak keterlaluan?" Pedro yang sedari tadi diam, kini buka suara. "Biarkan anakmu mengejar apa yang menjadi mimpinya. Kamu pikir, Kyra akan berhasil mengurus perusahaan dengan paksaan? Setidaknya jika nanti Kyra gagal seperti yang kamu takutkan, setidaknya Kyra sudah berusaha untuk mewujudkankan impiannya." 

Baru kali ini kakek Pedro membela Kyra. Entah Kyra harus merasa terhormat atau terharu. Sejak kecil, Kyra memang dekat dengan Kakek. Namun setelah Bunda meninggal tujuh tahun lalu, hubungan mereka berdua pun perlahan mulai merenggang. Setidaknya, kini Kakek sudah berusaha membela Kyra, dan Kyra sangat menghargainya. Hanya saja, keputusan Kyra sudah bulat. Ia sudah lelah dengan segala drama yang terjadi di keluarga ini. 

"Kyra udah memutuskan, untuk keluar dari rumah ini," kata Kyra tegas. Ia memandang ke arah Ayah dengan sisa-sisa kekuatan dan keberanian yang ia miliki. "Aku akan mulai mengemas barangku dan keluar besok pagi-pagi sekali." 

Tabungan pribadi Kyra, masih ada sekitar dua puluh juta. Cukup untuk menyewa apartemen selama satu bulan, tetapi tak cukup untuk biaya hidup. Maka dari itu, Kyra memutuskan untuk tinggal sementara di apartemen Bianca sebelum mencari kos-kosan bersih di pinggir kota dengan harga terjangkau. Kyra sudah mulai muak hidup dalam bayang-bayang keluarga Patibrata. 

Dengan lutut yang mulai goyah, Kyra berdiri dan menganggukkan kepala untuk kesopanan, sebelum kemudian berjalan tegas ke arah kamarnya yang berada di lantai dua. 

Hal yang kemudian Kyra sesali adalah, bahwa kakaknya, Ayudia, bahkan tidak memberikan komentar apapun. Begitu pula dengan Aezar yang sibuk main ponsel sejak makan malam dimulai hingga selesai. Tidakkah, mansion besar keluarga Kyra lebih dingin dari lantai penjara? 

****

Siang ini, Kyra melangkah riang saat menghadiri press conference yang diadakan KI Entertainment, agensi yang menaungi Asoka. Mereka hendak mengabarkan kepada wartawan mengenai drama terbaru yang akan dibintangi Asoka setelah rehat selama enam bulan. Katanya, Asoka akan memberikan kejutan tak terduga, dan Kyra sudah tidak sabar mendengarnya. 

Tadi pagi Kyra membawa kopernya ke apartemen Bianca. Cewek itu baru bangun tidur ketika Kyra sampai. Tanpa tahu malu, Kyra langsung meletakkan kopernya di kamar tamu yang ada di apartemen Bianca. Kyra bahkan tak peduli saat Bianca mulai ngomel-ngomel dan ceramah tanpa henti. Kyra langsung pergi ke ballroom KI entertainment begitu mendapat kabar tentang press conference hari ini.

Kyra sudah siap dengan kamera superzoom miliknya, yang ia beli dengan uang Ayah. Bodo amat dengan gengsi. Yang penting, Kyra bisa mengambil foto Asoka dengan kualitas terbaik. 

Tepat ketika Asoka menaiki panggung, Kyra mengarahkan kameranya bersamaan dengan para wartawan yang sedang meliput. Kyra dapat akses masuk ke ballroom ini karena ia salah satu aktris yang bernaung di KI entertainment. 

Kyra nyaris menjerit saat berhasil mendapatkan foto Asoka yang tampak begitu tampan di dalam kameranya. Mata ramah Asoka tampak cemerlang terkena sinar bliss dari kamera yang diarahkan wartawan. Senyumnya begitu lebar seperti iklan pasta gigi. Bgaian mana pun dari tubuh Asoka, tidak ada yang mempunyai cela. Bagi Kyra, Asoka memang sudah terlahir sempurna. 

Persis ketika Asoka sedang memegang mix, Kyra mendapat pesan dari manajernya. Sebuah pesan berisi tawaran menjadi peran pendukung di drama kolosal berjudul The History of Prambanan. Kyra baru akan membalas bahwa ia tak terlalu suka bermain drama kolosal, tetapi ketika telinganya menangkap suara seksi Asoka yang mengatakan bahwa ia akan bermain di drama yang berjudul sama dengan naskah yang ditawarkan ke Kyra, ia refleks menjerit heboh dan melompat-lompat riang. 

Akhirnya! Setelah ribuan purnama, Kyra bisa berada dalam satu frame dengan Asoka! Apakah, Kyra yang akan menjadi tokoh utama perempuannya? 

Ketika menyadari suasana yang mendadak hening, Kyra berhenti melompat dan menemukan dirinya sedang menjadi pusat perhatian. Bahkan Asoka pun ikut-ikutan diam dan memandanginya heran. Apakah, teriakan Kyra memang sekencang itu? Apa Kyra sudah membuat acara press conference Asoka berantakan? 

Kyra langsung memukul mulutnya sendiri dan berlari keluar ruangan sambil menutupi wajah. Astaga, Kyra malu sekali! Mau ditaruh mana mukanya setelah ini? Bagaimana jika Asoka mengenalnya sebagai pembuat onar?

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status